A3

350 66 19
                                    

"Jangan bicara omong kosong lagi. Ayo kita pulang." Ningsih bersiap-siap untuk pulang. Tapi Shons masih duduk diam di kursinya.

"Aku akan pulang sendiri." Ujar Ningsih lagi. Saat melihat Shons tak merespon ucapannya. Lelaki itu hanya diam sambil menatap Ningsih intens.

"Teman-teman mu." Shons akhirnya membuka suara. Dan itu penuh ancaman.

Lagi.

Ningsih yang tadinya sudah berdiri dari duduknya, terpaksa duduk kembali. Di saat Shons mulai mengancam dirinya lagi dengan membawa teman-temannya.

"Berhenti kekanak-kanakan.. kita sudah sangat dewasa sekarang." Ujar Ningsih dengan penuh penekanan.

Amarahnya meluap lagi setelah dipancing oleh sang mantan pacar. Untuk apa membicarakan teman-temannya?

"Memangnya... apa yang aku lakukan?" Kata Shons tanpa dosa.  Sambil tersenyum mengejek ke arah Ningsih yang tampak sudah memerah menahan emosi.

Ningsih mencoba mengatur nafasnya yang memburu akibat ledakan emosi. Ia harus bisa mengontrol dirinya. Percuma marah, lelaki di depannya ini tak akan peduli.

"Kita tidak memiliki hubungan apapun lagi. Kita hanya sebatas bos dan karyawan. Bagaimana mungkin kita tinggal bersama." Ucap Ningsih setelah sukses menenangkan diri. Ia harus berkepala dingin, memberikan Shons pengertian.

Ningsih rela dipermaikan, di perbudak oleh lelaki ini jika itu masih dibatas wajar. Karna ia juga sadar diri, dimasa lalu telah kabur begitu saja tanpa memberikan kepastian apapun pada sang mantan pacar.

Jadi jika Shons ingin balas dendam. Silahkan.. apapun itu. Tapi tidak untuk tinggal bersama. Karna Ningsih tau betul apa yang akan terjadi nanti jika mereka serumah.

"Baiklah. Mulai sekarang kita sepasang kekasih lagi. Meski dimasa lalu, aku tak pernah mengiyakan kalau kita putus." Ujar Shons enteng. Memang, dari dulu sampai sekarang, semua selalu di angap enteng oleh lelaki ini.

"Shons.." Ningsih sudah pasrah. Percuma, apapun yang ia katakan tak akan merubah keras kepala sang mantan kekasih.

"Temanmu Sekar boleh juga." Kata Shons tersenyum miring.

Ningsih langsung menatap Shons tajam. Kenapa bawa-bawa mbak Sekar? Ningsih tau temannya itu sangat cantik, badannya juga impian banyak perempuan diluar sana.

Apa Shons tertarik sama mbak Sekar?

"Jangan sentuh mbak Sekar. Dia sudah punya tunangan dan akan pulang kampung minggu besok." Ningsih memperingati.

"Kamu cemburu? Tenang saja.. ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Kata Shons sambil tersenyum mengejek, lagi. Dia tau yang difikiran Ningsih.

"Dia memang sangat cantik, dan memiliki tubuh yang indah..."

"Shons!!" Potong Ningsih tak terima. Mbak Sekar tidak ada hubungannya dengan ini semua.

"Kalau dia sudah punya tunangan.. lalu apa hubungannya dengan maintenance Yongki? Mereka berselingkuh?" Tanya Shons dengan raut wajah seolah-olah berfikir keras.

"Apa yang kamu bicarakan?" Ningsih tak mengerti ucapan Shons barusan. Ia tau kalau ko Yongki memang punya perasaan ke mbak Sekar. Karna terlihat jelas gerak geriknya di mata Ningsih.

Hanya saja Ningsih tau betul, jika mbak Sekar bukanlah gadis yang merespon perasaan pria lain disaat dirinya memiliki tunangan.

Mbak Sekar selalu bersikap apatis selama ini kepada laki-laki yang menyukainya.

"Kamu tidak tau?" Jakpot.. Shons tersenyum sumringah. Ningsih ternyata belum tau hubungan dua orang itu.

"Tau apa?" Ningsih jadi teringat saat ko Yongki menemui Shons dua kali kemaren di ruangan kerja kepala divisi itu. Pasti berkaitan dengan ini.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang