C

475 97 0
                                    

○●
"Siapa yang satu kampus dengan pak kepala divisi?"

Soting datang-datang nyolot nanya pada Yuki. Mana pasang wajah songong.

Ningsih dan Yuki reflek noleh ke asal suara yang menyela dalam obrolan mereka.

"Jadi Ningsih beneran kuliah di Australia?"

Ini Yiren yang nanya. Dia kan selalu ada dimanapun Soting berada. Mereka berdua sudah seperti satu paket.

"Tentu aja benar. Masa data yang udah ditulis pabrik bohong." Jawab Yuki.

Selama ini, staff di HRD tak ada yang percaya kalau Ningsih lulusan kuliah dari luar negeri. Mereka berfikir itu hanya rumor belaka.

Padahal data sudah berbicara, tetep saja mereka tidak percaya. Dan Ningsih juga tidak peduli mereka mau percaya atau tidak. Gadis itu tak pernah mengkonfirmasi rumor yang banyak beredar ini itu tentang dia pernah berkuliah di Australia.

Ningsih mengabaikan itu semua, karna baginya tidak penting. Terserah mereka menuduhnya berbohong atau apa. Yang penting atasan percaya dia benar lulusan luar negeri.

"Dia benar lulusan luar negeri, tapi dia kuliah Australia karna beasiswa." Ucap Soting memberitahu.

Sontak Ningsih menatap Soting heran. Bukankah selama ini Soting yang selalu menolak mentah-mentah fakta kalau dirinya lulusan kuliah luar negeri?
Lalu kenapa sekarang gadis itu mengiyakan?

Dan Ningsih juga sedikit janggal, kenapa Soting tau dirinya mendapatkan beasiswa? Atasan mana lagi yang dijilat oleh gadis itu agar bisa mendapatkan informasi pribadi dirinya sedetail itu.

"Tapi mana mungkin dia kuliah di kampus yang sama dengan pak kepala divisi, mentang-mentang berada di negara yang sama." Soting menatap Ningsih remeh.

Dan dibalas dengusan oleh Ningsih. Sok tau, bisiknya dalam hati.

"Bener kok, mereka kuliah dikampus yang sama. The Australian National University. Aku udah cek tadi." Ucap Yuki meyakinkan. Karna memang dia sudah mengeceknya tadi.

"Jangan bohong." Soting masih tak percaya.

"Bener. Mereka satu kampus. Tapi beda angkatan. Pak kepala divisi berada dua tingkat di atas Ningsih. Gak tau deh mereka saling kenal atau gak." Sekarang Yuki menatap Ningsih minta jawaban.

"Mana mungkin saling kenal." Timpal Yiren yang tak terima jika kepala divisi mereka saling kenal dengan Ningsih.

"Ya mana level juga. Yang satu kan jalur beasiswa. Pak kepala divisi kan pakai uang sendiri." Cerocos Soting.

Ningsih hanya memutar bola matanya bosan. Ini tuh gak penting, tolong, dia mau menyelesaikan kerjaannya.
Apa tak bisa gadis-gadis ini berhenti bicara?

Menganggu. Omel Ningsih dalam hati.

"Kamu kenal pak Shons? Pernah satu kampus, setidaknya pasti pernah ketemu atau pernah lihat." Yuki masih penasaran. Ini Ningsih kenal atau gak dengan ketua divisi mereka.

"Gak. Gak tau. Beda angkatan begitu mana mungkin kenal. Lagian kampus itukan besar, mau ketemu dimana." Jawab Ningsih ogah-ogahan.

Bohong. Ningsih bohong. Tapi mana mungkin juga rekan kerjanya ini tau dia sedang bohong.

Yang ada dia akan dibilang sedang berbohong jika mengatakan kenal dengan ketua divisi.

"Udah pasti sih gak akan kenal." Ucap Soting sambil tersenyum mengejek.

"Pergi sana. Emang kamu gak punya kerjaan? Malah ngegosip disini." Usir Ningsih. Dia jengkel juga, pekerjaannya tak jadi selesai karna direcoki oleh kedua gadis kepo ini.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang