"Ningsih.. kamu mulai hari ini kerja di kantor kepala divisi."Semua mata tertuju pada Ningsih, yang menjadi pusat perhatian hanya bengong. Mencoba mencerna apa yang barusan di katakan oleh bu Yeri, sekretaris departemen mereka.
Senen pagi ini, seperti pagi yang biasanya. Mereka akan selalu mengadakan rapat pagi di departemen tempat mereka bekerja.
Hanya rapat singkat yang mana para karyawan HRD berdiri mengelilingi bu Yeri selaku sekretaris departemen mereka, yang memberi arahan atau pemberitahuan.
Seperti saat ini, bu Yeri memberitahu kalau Ningsih akan pindah bekerja ke ruangan kepala divisi.
"Saya bu?" Tanya Ningsih memastikan.
"Jangan pura-pura gak tau. Pasti kamu sendiri yang minta kerja di sana sama pak Shons" ucap Soting sewot. Gadis itu berfikir, pasti Ningsih yang membujuk kepala divisi mereka. Secara mereka teman satu kampus dulu di Australia.
Ningsih yang mendengar itu, hanya memutar matanya bosan. Iya kali dia yang minta.
"Karna banyak yang akan di urus untuk acara fun day nanti, jadi sekretaris Citra meminta kamu bekerja dikantor kepala divisi saja. Agar lebih efisien mendiskusikannya dengan beliau."
"Baik bu." Ningsih mengangguk paham. Meski di dalam hati ia sedikit curiga. Pasti Shons lah dalang dari semua ini.
"Sekian rapat pagi ini. Semuanya kembali ke kursi kalian masing-masing." Ucap bu Yeri menyudahi rapat pagi itu.
Semua bubar ke kursi masing-masing, begitu juga dengan Ningsih yang berjalan tak semangat menuju meja kerjanya.
"Kamu sakit?" Tanya Yuki yang berdiri disamping Ningsih. Gadis itu memperhatikan gelagat Ningsih yang tampak lesu.
"Ah.. gak." Jawab Ningsih kelagapan. Karna dia tadi sempat tak fokus. Sibuk dengan fikirannya sendiri.
"Kamu gak punya hubungan baik sama Pak Shons?" Bisik Yuki sepelan mungkin. Takut ada karyawan yang lain mendengar.
Ningsih langsung menoleh ke arah Yuki. Kok dia tau?
"Mana mungkin." Jawab Ningsih cepat.
"Baguslah. Kamu kayak menghindar terus tiap ada hal yang berhubungan sama kepala divisi kita."
Yuki sangat peka ternyata.
"Aku pergi dulu." Pamit Ningsih. Setelah dia mengambil barang-barang yang dibutuhkannya untuk bekerja nanti di ruang kepala divisi dari atas meja kerjanya.
Ia harus segera mungkin menghindari Yuki, karna rekan kerjanya itu sudah mulai curiga tentang hubungannya dengan Shons.
"Selamat bekerja." Ucap Yuki tulus.
"Kamu juga." Balas Ningsih.
Ningsih bergegas keluar ruangan departemen HRD. Di pintu, ia melihat Soting dan Yiren berdiri sambil menatap dirinya.
Bukan apa-apa, Ningsih bukannya takut dengan dua gadis itu. Hanya saja, ini masih jam kerja, dan masih pagi. Kenapa dua gadis itu berdiri di depan pintu? Apa mereka tidak mulai bekerja?
"Tunggu dulu." Sahut Soting yang menahan Ningsih melewati pintu untuk keluar.
"Apa?" Balas Ningsih sewot. Jalannya diganggu. Emang kurang kerjaan ini manusia.
"Kamu besar kepala ya sekarang. Mentang-mentang kamu pernah satu kampus dengan kepala divisi kita." Kata Soting menggebu-gebu. Dia iri, Ningsih yang biasanya tak menonjol. Sekarang menjadi pusat perhatian.
"Gak jelas." Sunggut Ningsih tak peduli. Ia ingin melanjutkan jalannya. Tapi lengannya ditahan Yiren.
"Lepas." Ningsih tak terima. Apa-apaan lagi ini. Tak cukup Soting yang menjengkelkan, Yiren ikutan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik T(c)inta
FanfictionDi pabrik itu tempat berbagai jenis orang berkumpul, dengan tingkah laku yang berbeda. Dari yang rajin sampai yang malas. Dari yang caper sampai yang pendiam. Dari yang baik sampai yang jahat. Ningsih staff HRD yang menyaksikan semua tingkah sesama...