L

416 82 19
                                    

○●
"Kemaren itu kamu dimarahin pak kepala divisi ya?"

Ningsih yang tadinya sibuk mengisi data di komputer langsung menolehkan kepalanya ke arah Yuki.

Kemaren? Perasaan ia tidak pernah lagi ketemu dengan Shons sejak pertemuan terakhir mereka beberapa hari yang lalu saat Shons memanggil dirinya.

Setelah pertemuan mereka di ruangan Shons beberapa hari yang lalu, besoknya Shons tidak masuk kerja lagi. Sampai hari ini, hari Sabtu.

Entah pergi kemana lelaki itu, yang Ningsih yakini pasti Shons sedang merencakan sesuatu untuk dirinya sekarang.

"Beberapa hari yang lalu. Saat kamu diminta pergi keruangannya." Yuki seolah mengerti kebingungan diwajah Ningsih.

"Siapa yang bilang?"

"Haikal."

"Tau dari mana dia?" Perasaan Ningsih tidak ada yang menyaksikan perdebatan ia dan Shons saat itu.

"Haikal gak sengaja denger, pas melewati ruangan pak kepala devisi. Dan gak sengaja lihat kamu keluar dari ruangan itu juga."

Ningsih hanya diam mendengar itu. Tapi ini terlalu aneh, kejadiannya sudah lewat beberapa hari yang lalu. Tapi kenapa baru sekarang ia mendengar berita seperti ini.

"Kok Haikal tau itu aku?" Siapa tau Haikal salah orang, atau cuma mengarang aja.

"Tadinya dia gak tau itu kamu. Soalnya Haikal cuma lihat kamu dari belakang doang. Dan tadi pagi dia baru sadar jika staff HRD yang keluar sambil nangis dari ruangan pak Shons itu kamu, karna disini yang rambut hitam sebahu cuma kamu aja."

Ningsih refleks menatap semua rekan kerjanya yang ada didalam ruangan ini, dan itu benar. Rambut hitam sebahu hanya dirinya saja.

Hari Sabtu ini semua staff HRD masuk kerja, mereka lembur. Karna ini sudah akhir bulan. Jadi banyak data yang harus segera dirangkap.

Jika ini bukan akhir bulan, hanya beberapa saja staff yang akan masuk bekerja dihari sabtu untuk lembur. Itupun jika departemen yang mereka pegang sedang urgent.

"Kamu dimarahin kenapa?" Tanya Yuki penasaran. Setahunya Ningsih bukanlah karyawan yang suka melakukan kesalahan. Dan rekan kerjanya ini jika bukanlah orang yang akan bertindak tidak sopan pada atasan.

"Gak ada." Kilah Ningsih. Ia tidak mau membicarakan ini lebih lanjut lagi, jadinya Ningsih kembali berkutat dengan komputernya.

"Lalu kenapa menangis?"

"Haikal pasti salah lihat." Jawabnya tak berani menatap Yuki. Takut rekan kerjanya itu tau kebohongannya.

"Palingan dia dimarahi karna udah menggoda pak Shons."

Astaga.. Soting udah berdiri aja dibelakang kursi kerjanya Ningsih. Mana gadis itu berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Seperti atasan yang sedang melabrak bawahannya yang lalai dalam menjalankan pekerjaan.

Ningsih hanya menatap malas Soting. Ia hanya merasa heran, gadis satu ini seperti hantu. Selalu datang tiba-tiba menyela percakapan orang. Belum lagi Yiren yang selalu ada dimanapun Soting berada.

"Berhenti berasumsi sendiri." Sunggut Ningsih kesal. Masalahnya yang keluar dari mulut Soting sering dipercaya oleh staff-staff disini.

Menggoda Shons? Yang benar aja.

"Lalu kenapa? Coba jelaskan."

"Penting?" Jawab Ningsih tak peduli.

"Tuhkan. Kamu gak bisa jawab, berarti benar kamu dimarahi karna menggoda pak Shons." Ejek Soting yang merasa perkataannya benar.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang