S

356 78 28
                                    

○●

"Kenapa?" Ningsih merasa heran aja Saka menatap dirinya dari tadi tanpa bicara apapun.

Sekarang mereka sedang duduk dikantin untuk sarapan. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya jika Saka shift malam, Ningsih akan menjemput lelaki itu kedepartemennya tiap pagi untuk sarapan bersama.

"Kenapa?" Saka malah nanya balik.

"Ah.. aku memang akan melakukan ini seterusnya." Jawab Ningsih yang mengerti kenapa Saka menatapnya dari tadi.

Dua tahun bersama, sedikit banyak membuat mereka saling memahami. Apalagi mereka bekerja ditempat yang sama, bahkan juga tinggal di gedung apartemen yang sama.

Jadi Saka tak perlu bicara banyak, Ningsih akan cepat memahami apa maksud dari tatapan temannya itu.

Saka hanya menaikkan satu alisnya mendengar jawaban dari Ningsih sambil meminum kopi botolnya.

Mereka sarapan dengan roti isi pagi ini. Saka dengan kopinya, Ningsih dengan susu coklat seperti biasa.

"Selama ini aku dikira orang penyakitan terus, makanya tak apa sedikit berdandan kan?"

Saka hanya mengangguk. Dia mengerti, setiap hari kalau ke pabrik Ningsih tak pernah berdandan, gadis itu hanya memakai bedak tabur. Tapi hari ini gadis itu memakai bedak padat yang cukup tebal, belum lagi bibirnya yang biasa pink pucat hanya diolesi lipbalm tanpa warna, sekarang diolesi liptint yang bewarna pink merona.

Penampilan Ningsih sangat berbeda.

Walaupun Saka sudah sering juga melihat temannya ini dengan penampilan full make up. Tapi dia hanya merasa sedikit aneh saat Ningsih berdandan saat bekerja dipabrik.

"Kamu lagi jatuh cinta?" Tanya Saka tiba-tiba. Membuat Ningsih yang tadinya sedang memakan roti isi menjadi tersedak.

Dengan cepat gadis itu meminum susu coklat miliknya.

"Hati-hati.." ucap Saka yang khawatir.

"Pertanyaan macam apa itu?" Ningsih tak habis fikir, kenapa temannya ini bisa melontarkan pertanyaan konyol tak masuk akal seperti itu.

"Jawab saja. Apa susahnya." Ujar Saka sedikit jengkel melihat ekspresi wajah Ningsih yang tampak meledek dirinya.

"Mana yang seperti itu."

"Ada. Orang-orang membicarakan itu disini."

"Jadi kalau kamu jatuh cinta, kamu akan berdandan? Begitukah?"

"Bukan aku. Tapi orang-orang."

"Memangnya kamu bukan orang?"

"Terserah."

Saka ngambek. Ningsih hanya tekekeh melihat raut wajah jengkel temannya itu. Senang bisa menggoda Saka.

"Aku tidak sedang jatuh cinta atau apapun itu. Aku hanya ingin saja. Tidak masalah kan tampil segar saat bekerja. Biar rekan kerjaku di HRD tidak sumpek lagi melihat penampilanku yang lusuh itu." Ningsih menjelaskan panjang lebar.

"Lusuh apanya." Saka tak terima. Penampilan Ningsih baik-baik saja selama ini. Gadis itu masih saja cantik dengan penampilan apa adanya begitu.

"Lusuh.. seperti orang berpenyakitan."

"Siapa yang bilang? Kamu di ejek begitu?"

"Kan emang begitu."

"Katakan." Ucap Saka Sungguh-sungguh. Sepertinya dia tak terima temannya diejek.

"Udahlah. Gk penting juga sekarang."

"Lalu apa yang penting sekarang?" Dengus Saka. Ningsih selalu begitu, tak ingin memperpanjang sesuatu.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang