A1

329 74 29
                                    

Ningsih makan siang di ruangan fotocopy sendirian, tadinya ia ingin makan di kantin seperti biasa. Hanya saja siang ini Shons sudah memesankan makan siang untuk dirinya.

Shons dan Citra sedang makan siang di luar bersama investor luar negeri setelah rapat tadi. Jadi sekalian lelaki itu memesankan makan siang untuk Ningsih dan mengirimnya ke pabrik.

Ningsih hanya menatap nanar makanan mewah yang ada dihadapannya. Hanya ada dia sendirian di dalam ruangan fotocopy ini. Karna ruangan ini memang jarang di datangi karyawan lain.

Karna tidak mungkin Ningsih membawa makanan ini ke kantin dan makan disana. Alih-alih makan dengan tenang, pasti ia akan jadi pusat perhatian. Dan akan semakin membuat rumor tidak jelas beredar tentang dirinya.

Baru saja Ningsih ingin memakan makanan mahal yang dipesankan oleh Shoms ini, handphone yang di sakunya berbunyi.

Dan Ningsih langsung menganggkat panggilan itu, yang ternyata dari kepala divisi mereka. Shons. Si empu yang mengirimkannya makanan.

"Makanannya sudah sampai?" Tanya di sebrang telfon langsung ke intinya.

"Ya." Jawab Ningsih seadanya.

"Kamu tidak menyukainya?" Tanya Shons lagi. Karna mendengar suara Ningsih yang terkesan datar menanggapinya. Padahal sudah di kirimi makanan enak.

Ningsih hanya diam. Mana mungkin tidak menyukainya? Ini adalah makanan kesukaannya.

"Kenapa?" Tanya Ningsih balik.

"Apa?"

"Kenapa repot-repot memesankan ku makanan?" Rasa penasaran Ningsih dari tadi akhirnya di utarakan juga.

Kenapa Shons memesankannya makanan? Padahal di pabrik disediakan makan siang gratis.

"Itu tidak merepotkan. Karna bukan aku yang memasaknya dan mengantarkannya ke pabrik. Yang memesannya pun Citra. Aku hanya membayarnya saja." Jawab Shons.

"Kamu tidak perlu melakukannya lain kali." Ucap Ningsih jengkel. Karna tak habis fikir dengan jawaban Shons barusan.

Masih sama. Shons dengan tingkah menyebalkannya. Tapi selalu masuk diterima nalar.

"Tentu saja. Karna lain kali, kita akan makan bersama di luar."

"Apa yang kamu bicarakan?" Ningsih sulit umtuk mengerti ucapan yang dilontarkan Shons.

"Bukankah kamu masih di pabrik? Dan ini masih jam kerja. Sopan sedikit dengan atasan mu." Shons mengingatkan.

Ningsih terdiam. Benar, dari tadi ia sudah bicara tidak sopan pada Shons.

"Maafkan saya pak." Cicit Ningsih pelan. Di sebrang telfonn sana, Ningsih bisa mendengar tawa renyah Shons yang seakan puas telah mempermainkan dirinya.

Ningsih tak bisa berbuat apapun. Hanya diam dengan hati yang jengkel setengah mati.

"Habiskan makanmu. Kamu sangat kurus. Pasti karna kurang gizi tak sanggup beli makanan mahal." Sindir Shons.

"Baik pak." Jawab Ningsih mengiyakan. Meski dalam hatinya ingin sekali membalas ucapan Shons barusan.

Kurus apanya? Berat badannya ideal. Dan dia masih samggup beli makanan bergizi dan mahal. Meskipun belinya tidak tiap hari.

"Kami akan kembali ke pabrik. Dan laporanmu harus selesai saat kami datang."

"Baik pak." Jawab Ningsih lagi. Dan panggilan telfon itu terputus.

Ningsih menghembuskan nafas lelah. Ia harus buru-buru makan, karna laporannya belum selesai.

Ningsih masih setengahnya mendapatkan data siapa-siapa saja yang akan ikut acara fun day. Karna departemen di pabrik ini, belum semuanya karyawannya mengisi data kehadiran mereka nanti.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang