B

617 89 9
                                    




○●
"Kok kamu ada disini?" Raju heran melihat Ningsih masuk kedalam ruangan training.

"Kenapa?" Ucap Ningsih sambil meletakkan beberapa berkas karyawan baru yang dia bawa ke atas meja.

"Tidak menyambut kepala divisi yang barukah?"

Ini Haikal yang bertanya, di ruangan trainer itu ada Raju dan Haikal yang sedang menyiapkan berkas-berkas maintenance baru. Mereka berdua yang bertanggung jawab mengurus karyawan baru hari ini, sama seperti Ningsih.

Berhubung ini belum jam delapan, jadi ruangan training itu kosong, maintenace baru masih pada sarapan di kantin.

"Gak.... Emang kalian mau gantiin aku ngurus maintenance departemen produksi?" Tanya Ningsih. Dia mana yakin rekan kerja sesama HRD nya ini mau menggantikan tugasnya.

Masalahnya mereka sudah punya tugas masing-masing. Di departemen yang mereka pegang sendiri. Haikal pegang departemen scanner, Raju pegang departemen devices.

Dan Ningning juga tau, sebenarnya bukan tugas Raju dan Haikal juga hari ini mengurus maintenance baru. Seharusnya staff perempuan sama seperti dirinya.

Pasti dua staff perempuan itu sudah meminta change tugas dengan Raju dan Haikal, agar bisa menyambut ketua divisi yang baru.

"Ya gak lah. Kita aja udah pegang masing-masing sepuluh." Jawab Haikal cepat.

"Ya udah." Ningsih sekarang sudah duduk dikursi sambil membuka berkas-berkas yang tadi dia bawa.

"Tapi kan staff-staff perempuan semuanya ingin menyambut kepala divisi yang baru. Kok kamu enggak?" Haikal masih penasaran. Ningsih memang selalu beda dari yang lain.

"Yang menyambut udah kebanyakan. Jadi buat apa menuh-menuhin tempat. Lagian buat apa juga?

"Kan aku juga bukan orang sepenting itu, jadi jika aku tidak menyambut ketua divisi yang baru. Ya gak akan ada yang sadar juga."

"Lebih baik lakuin kerjaan ku kan. Gak mungkin juga anggurin maintenance yang baru masuk hari ini." Ujar Ningsih panjang lebar.

"Tapi aku mau kok gantiin kamu ngurusin maintenance departemen produksi." Ujar Raju sambil tersenyum. Dan langsung dipelototi oleh Haikal.

"Raju emang terbaik..." Ningsih memberikan jempolnya pada Raju sambil tersenyum. Lelaki itu selalu baik pada siapapun dan juga sangat pintar. Suka membantu jika rekan kerjanya mengalami kesulitan.

"Tapi gak usah. Aku lebih senang bekerja, dari pada menuh-menuhin tempat di ruangan HRD. Hanya untuk menyambut ketua divisi."

"Ketua divisi kita seganteng itu. Tadi aku udah ketemu, nanti kamu nyesel." Haikal memberi tau.

"Masa? Bukan om-om botak kah?" Ningsih tadinya masih berharap spekulasinya tentang ketua divisi yang baru adalah om-om botak. Biar bisa melihat wajah kecewa rekan kerja perempuannya di HRD.

"Sembarangan. Masih muda tau. Yakin aku, kalau kamu lihat pak kepala divisi pasti langsung naksir."

"Tidak. Makasih Haikal. Itu tidak akan terjadi." Ningsih hanya menggeleng sambil tersenyum meledek.

"Awas nanti kemakan omongan ya. Aku ketawa paling kenceng."

"Seganteng apa sih? Seganteng Mas Juna? Pak Sandi? Pak Heri?" Ningsih mengabsen satu persatu karyawan paling tampan yang dia kenal.

Baru juga Haikal mau menjawab, seseorang mengetuk pintu ruangan training.

"Permisi." Ucap seseorang dari balik pintu.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang