○●"Benar.. ini kamarnya." Ucap Shons sambil tersenyum mengejek.
Melihat gelagat Ningsih yang hanya diam melotot kearahnya, itu sudah mengkonfirmasi semua.
"Aku tidak tau entah ini hanya kebetulan, atau pria mu sudah merencanakan ini sebelumnya." Shons berjalan mendekati Ningsih yang masih diam mematung.
"Dia ingin main-main denganku? Baiklah, ayo kita bermain-main sebentar." Shons menarik kesimpulan, jika ini semua adalah perbuatan dari kekasih sang mantan pacar.
Lelaki itu berfikir, pacar Ningsih sedang memperingatkan dirinya untuk tidak menggangu milik orang lain.
"Apa yang kamu bicarakan? Tidak ada yang seperti itu." Ningsih akhirnya membuka suara. Ia hanya tidak ingin Shons seenaknya menarik kesimpulan tak berdasar, lagi.
"Benarkah?" Tanya Shons dingin. Ia geram melihat Ningsih yang masih menyangkalnya.
"Bagaimana kalau kita buktikan saja?" Shons berjalan menuju ruang tamu, mengambil tas milik Ningsih yang tergeletak di atas sofa lalu membawanya menuju brankas yang terletak di dekat lemari pakaian.
Di kamar ini disediakan brankas, setiap kamar dengan tipe presindent suit room difasilitasi dengan brankas di dalamnya.
Awalnya Ningsih tidak menyadari apa yang dibawa Shons dari ruang tamu menuju kotak brankas, saat lelaki itu memasukkan sesuatu yang berwarna coklat tua kedalam brankas dan menguncinya, barulah Ningsih sadar kalau yang dimasukkan Shons kedalam brankas adalah tas miliknya.
"Apa yang kamu lakukan?" Ningsih buru-buru menghampiri Shons.
Terlambat, tas miliknya sudah terkunci di dalam brankas dengan kode pin yang tidak Ningsih ketahui.
"Kenapa kamu memasukkan tasku kedalam sana?" Ningsih tak terima, tas itu sangat penting baginya. Didalam tas coklat tua itu dompet dan handphonenya berada.
"Katakan berapa pin nya?"
Namun Shons tak bergeming, ia hanya menatap Ningsih memencet asal tombol angka-angka itu untuk membuka pintu brankas.
Nihil.. brankas itu tetap tak terbuka.
"Shons.."
Ningsih menatap tajam ke arah lelaki itu. Ini sudah tidak lucu. Sampai kapan mantan pacarnya ini bersikap kekanak-kanakan.
"Tunggu saja pria mu, sebentar lagi pasti dia akan datang. Bukan kah begitu?" Ucap Shons mengejek. Lalu lelaki itu pergi menuju ranjang, dia duduk disana sambil memainkan handphond miliknya.
Jika Ningsih tak mengangkat panggilan di handphone nya, bukankah kekasih gadis itu akan datang menghampiri mereka disini?
Begitulah pemikiran Shons.
Seolah tidak terjadi apapun, padahal disudut sana Ningsih masih menatap Shons geram.
Ningsih tau, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang. Handphone dan dompetnya ada di dalam tas itu. Jadi dia tidak bisa menghubungi siapapun untuk membantunya.
Karna tidak mungkin juga dia meminta bantuan kepada manajer resort, karna otomatis manajer itu akan langsung menghubungi Saka.
Ingin kabur pun, dia tak memegang uang sepersenpun untuk memesan taksi.
Jadi Ningsih memilih untuk duduk di luar, di kursi yang terletak disamping kolam renang privat yang memang tersedia di kamar resort yang Shons pesan ini.
○●
"Seperti yang tuan muda perkirakan, beliau memesan kamar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik T(c)inta
FanfictionDi pabrik itu tempat berbagai jenis orang berkumpul, dengan tingkah laku yang berbeda. Dari yang rajin sampai yang malas. Dari yang caper sampai yang pendiam. Dari yang baik sampai yang jahat. Ningsih staff HRD yang menyaksikan semua tingkah sesama...