○●
"Lihat.. pemandangan macam apa ini? Yakin kita tidak berada di surga sekarang?"
Ningsih melihat ke arah pandangan Fitri. Disana pak Sandi, pak Heri, mas Juna, ko Yongki, Epul dan Saka sedang asyik mengobrol. Bahkan mereka sesekali tertawa bersama.
Sungguh pemandangan yang membuat mata kaum hawa berbinar cerah melihatnya. Para lelaki tampan sedang berkumpul bersama duduk dibawah pohon rindang.
Mereka sudah menyelesaikan sarapan, sudah membersihkan meja juga dari bungkus-bungkus makanan. Dan makanan yang tersisa sudah dibawa oleh kak Navisa dan Fitri kedalam kamar kost mereka untuk disimpan dan dimakan nanti.
"Pantas saja banyak yang mengintip dari balik jendela.. belum lagi yang mondar madir tak jelas dari tadi." Ningsih melihat ke arah jendela kamar kost perempuan, dibalik jendela kamar-kamar kost itu banyak sekali penghuni kost yang mengintip. Dari lantai satu sampai lantai tiga tempat cuci baju sekalipun.
"Masa?" Tanya mbak Sekar sambil melihat ke arah jendela-jendela kamar kost perempuan, karna dia tidak memperhatikan sekitar dari tadi.
"Udah biasa begitu. Namanya juga perempuan. Dulu kakak waktu masih muda juga suka liatin laki-laki tampan." Kata kak Navisa sambil tersenyum. Jadi ingat masa-masa remaja dulu.
"Sekarang kan kakak masi muda juga." Ujar Fitri.
"Udah dua tujuh. Masa masih muda?"
"Itu mah masih muda namanya."
"Gak takut pacarmu Epul digodain sama cewek-cewek disini?" Tanya Ningsih. Karna penguni kost perempuan disini banyak yang cantik-cantik.
"Digodain pun, Epul gak tau jika lagi digoda. Dia iya-iya aja orangnya."
Ningsih lupa, kalau Epul adalah laki-laki yang begitu polos. Kadang orang tak percaya dengan sifat Epul yamg terlalu polos itu, secara dia keturunan bule, tapi banyak hal yang lelaki itu tidak mengerti saking polosnya.
"Astaga.. benar juga." Ningsih menepok jidatnya.
"Pak Sandi udah punya pacar kak?" Tanya Fitri tiba-tiba.
"Kenapa? Kamu udah bosan sama Epul? Lalu berpindah hati ke pak Sandi, begitu?" Tanya Ningsih heran.
"Ya bukan lah. Tipeku belum ganti ke om-om. Masih suka yang kek Epul."
"Terus? Kenapa tanya-tanya?"
"Jadi gimana kak? Pak Sandi udah punya pacar?" Fitri mengabaikan pertanyaan Ningsih, malah lanjut bertanya lagi ke kak Navisa.
"Setau kakak sih belum ada. Pak Sandi masih sendiri."
"Bagus.. pak Sandi kita comblangin aja sama mbak Sekar."
Sekar yang dari tadi diam menyimak, sedikit kaget mendengar penuturan Fitri yang tiba-tiba ingin menjodohkan dirinya.
"Kamu ini.. kebiasaan bicara omong kosong. Lupa? Mbak Sekar udah punya tunangan. Mau menikah bulan depan." Malah Ningsih yang mengomeli Fitri. Sedangkan mbak Sekar hanya memggeleng pelan sambil tersenyum.
Sudah biasa Fitri begitu.
"Pasti ada alasannya kan kamu bicara begitu? Katakan.. pemikiran apalagi yang ada didalam kepalamu?" Kak Navisa ikutan tersenyum geli. Dia faham betul bagaimana Fitri dengan pemikiran ajaibnya.
"Ya.. biar mbak Sekar gak pulang kampung ke Yogja.. kalau mbak Sekar nikahnya sama pak Sandi, pasti bakalan menetap dikota inikan? Meskipun gak kerja dipabrik lagi. Jadinya kita bakalan ketemu terus."
"Fitri.. mbak paham kok perasaan kamu, karna kita juga memiliki perasaan yang sama. Mbak juga ingin selalu berasama kalian semua. Tapi itu tidak mungkin, kita mempunyai jalan hidup masing-masing. Gak apa-apa kita saling berjauhan nanti, asal kita selalu menjalin komunikasi yang lancar dan hubungan yang baik." Mbak Sekar mencoba memberi pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik T(c)inta
FanfictionDi pabrik itu tempat berbagai jenis orang berkumpul, dengan tingkah laku yang berbeda. Dari yang rajin sampai yang malas. Dari yang caper sampai yang pendiam. Dari yang baik sampai yang jahat. Ningsih staff HRD yang menyaksikan semua tingkah sesama...