Gais welcome di story baru ini ya, ini gak terlalu memutar otak kok ceritanya mungkin lebih ke kehidupan sehari-hari gitu.
BTW kapan ya bulan puasanya? Maaf ya aku kurang tahu, semangat ya kalian yang menunaikan semoga lancar dan tetap semangat!
Ini ceritanya kan 40 Chap dan mau di up setiap hari. Ini juga ada beberapa Chap yang mature, tapi gak banyak kok. Mungkin Chap yang ada mature nya tu aku bakal update malam ya. Jadi itu aja pesan dari aku, selamat membaca ❤
♾♾♾
Semua orang akan bahagia saat hari wisuda mereka. Saat itu satu persatu mahasiswa dipanggil untuk di wisuda. Perasaan gugup dan bahagia tercampur aduk menjadi satu di hati mereka semua.
"Lee Minho" suara itu membuat sang pemilik nama terkejut. Pria itu mengusap telapak tangannya yang berkeringat dan bangun dari tempat duduk.
"Ayo sayang" kata sang ibu yang duduk di sampingnya. Kedua orang tua pria ini sangat senang saat ini. Minho lalu bangun dan berjalan ke punggung.
"Hore!!!" Teriakan itu terdengar saat para mahasiswa melempar tassel mereka. Empat tahun mereka lalui dengan penuh suka dan duka.
"Ayo kita berfoto!" Kata teman satu kelas Minho. Semua orang kemudian berjejer dan berfoto untuk terakhir kalinya.
Saat beberapa kali berganti gaya, salah satu teman Minho menepuk bahunya.
"Minho sugar daddy mu datang" kata pria itu. Minho terlihat kebingungan, dia lalu mematap ke arah tunjukan jari temannya. Rupanya itu adalah kekasihnya yang datang, Bang Chan.
"Enak saja kau, dia itu masih muda" kata Minho dengan kesal.
"30 tahun kan?" Tanya pria itu.
"Ya itu masih muda kan?" Kata Minho tak mau kalah. Dia lalu berjalan untuk menghampiri pria itu.
Sebenarnya Chan dan Minho berpacaran karena perjodohan dari kedua orang tua mereka. Minho dulu berpikir jika mereka tidak akan cocok, apalagi umur pria itu 8 tahun lebih tua darinya. Tapi ternyata mereka benar-benar cocok satu sama lain. Apalagi dengan sikap Minho yang manja, membuat Chan terkadang gemas dengan pria manis itu.
"Hai!" Sapa Chan saat melihat pria manis itu. Minho tersenyum lalu mendekat. Saat Minho melihat pakaian dari pria itu, sepertinya dia tadi bekerja.
"Tadi kau bekerja ya?" Tanya Minho. Chan terkekeh lalu dia mengangguk.
"Maaf aku belum sempat berganti pakaian" kata pria itu. Minho lalu memeluk pria itu dengan manja.
"Apa kau tidak membawa bunga atau hadiah?" Tanya pria manis itu. Chan menggeleng pelan.
"Kau jahat, Lihatlah semua orang membawa buket kemari, sedangkan kau hanya membawa diri saja" kata Minho kesal. Chan entah kenapa sangat gemas mendengar omelan dari pria manis itu.
"Maafkan aku, nanti aku belikan yang besar" kata Chan berusaha membujuk pria itu.
"Tidak mau" jawab Minho. Chan lalu mendekat dan mengecup bibir pria manis itu singkat. Hal itu membuat Minho merona dan wajahnya merah.
"Kau ini, kenapa tidak melihat situasi" kata Minho sambil menatap ke sekeliling.
"Maafkan aku" kata Chan dengan senyuman menggodanya.
"Baiklah aku maafkan" jawab pria manis itu.
♾♾♾
Suasana musim semi membuat siapapun akan merasa nyaman berada di luar rumah. Sinar matahari yang hangat membuat hari benar-benar sangat nyaman dan hangat.
Seorang pria dengan rambut coklat dengan duduk di sebuah kursi taman, pria itu memandangi indahnya suasana pagi itu dengan bahagia.
"Minho" suara itu membuat dirinya menoleh. Senyuman itu lalu terlihat di bibir manisnya, pria itu kemudian berdiri dan melambai pada pria yang tengah memanggilnya itu.
Pria yang memanggil dirinya terlihat terengah-engah, di tangannya dia membawa sebuah buket bunga mawar merah yang benar-benar indah.
"Kau kenapa?" Tanya pria manis itu. Pria itu mengggeleng kemudian dia menegakan tubuhnya dan tersenyum pada pria manis itu.
"Ini untuk mu" kata pria itu sambil memberikan buket bunga itu. Minho menerimanya dengan kebingungan, untuk pertama kalinya pria itu memberikan sebuah buket padanya.
"Ada apa dengan mu? Kenapa tiba-tiba? Saat aku wisuda pun kau tak memberikan ku sebuah buket" kata pria itu sambil mengamati bunga-bunga segar itu. Pria itu nampak menghela napas, wajahnya terlihat gugup dan cemas.
"Minho" panggilnya lagi. Pria manis itu kemudian menoleh dan menatap kekasihnya itu.
"Kenapa?" Tanya pria itu.
"Kita sudah dua tahun berpacaran kan" kata pria itu. Minho terlihat kebingungan, dia lalu menaikan salah satu alisnya.
"Iya kenapa Chan?" Tanya Minho lalu menatap pria itu dengan serius.
"Ayo menikah dengan ku" tiba-tiba pria itu mengatakannya dengan spontan. Minho terlihat terdiam, dia mencoba mencerna ucapan pria itu.
"Aa..apa yang kau katakan tadi?" Tanya Minho lagi. Chan menghela napas lalu dia memegang tangan kanan milik pria manisnya itu.
"Kau mau kan menikah dengan ku?" Tanya pria itu lagi. Minho meneguk salivanya, dia menatap wajah pria itu. Sepertinya Chan tidak sedang mempermainkannya sekarang.
"Tapi aku baru saja lulus kuliah dan belum bekerja" kata Minho. Chan menggeleng pelan dan menatap wajah pria itu lagi.
"Kau tidak harus bekerja, aku bisa menanggung mu dan keluarga kita nanti" kata pria itu. Minho seketika berkaca-kaca, dia benar-benar ingin menangis saat itu. Untuk pertama kalinya Chan mengatakan hal semanis itu.
"Bagaimana Minho?" Tanya Chan lagi.
"Tapi.." tiba-tiba Chan menutup bibir Minho.
"Ssttt... aku hanya ingin jawaban ya atau tidak" kata pria itu. Minho lalu mengangguk pelan, hal itu membuat hati kedua pria itu benar-benar berdebar.
"Iya aku mau" kata Minho lalu dia memeluk pria itu.
♾♾♾
Pernikahan mereka dilakukan dengan sangat meriah di kediaman keluarga Bang. Karena Chan adalah anak tunggal jadi mereka melaksanakannya dengan besar-besaran.
"Kapan acaranya akan selesai?" Tanya Minho yang sudah sangat mengantuk malam itu. Chan mendekatkan bibirnya di telinga pria manis itu.
"Sebentar lagi sayang" bisik pria Bang itu. Hal itu membuat telinga Minho menjadi panas, untuk pertama kalinya pria itu menyebutnya dengan panggilan sayang.
Akhirnya acara selesai, saat itu tepat pukul 12 malam. Minho sudah terlelap di pelukan suami barunya.
"Sepertinya dia sangat lelah Chan" kata Nyonya Bang saat melihat Chan menggendong pria itu.
"Iya ibu, aku akan membawanya pulang dulu" kata pria Bang itu. Sang ibu lalu mengangguk pelan.
"Kami akan membereskan semuanya, kau tak usah khawatir" kata wanita itu sambil tersenyum. Chan membalas senyumannya dengan anggukan kecil.
"Terima kasih" jawab pria itu lalu dia pergi masuk ke dalam mobil.
Chan merebahkan Minho dengan sangat hati-hari di kasur itu. Saat ini mereka tengah berada di rumah Chan. Jadi Chan dan keluarganya tinggal di rumah yang berbeda.
"Minho ayo bangun! Apa kau tidak ingin mengganti dulu baju mu?" Chan mencoba menepuk pipi pria itu dengan lembut. Minho masih menutup matanya dan menggeliat tidak mau bangun. Jujur Chan sangat gemas melihatnya.
"Minho" panggil Chan lagi.
"Aku tidak membawa baju" jawab Minho sambil menutup matanya.
"Kau bisa memakai baju ku" kata Chan. Namun tak ada jawaban sama sekali. Chan menghela napas, dia lalu menyelimuti tubuh pria itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY | BANGINHO ✔
FanfictionNOTE: Sebelum membaca wajib follow akun author dulu!! BANGINHO FANFICTION Orang-orang mengatakan bahwa, cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan ba...