Infinity ♾ - Episode 20

463 64 11
                                    

Lino  memutuskan duduk di sofa, dia benar-benar kelelahan saat itu. Namun dia merasa lega saat mengetahui Chan pergi ke luar kota untuk dua hari ini, jadi dia tak akan bisa melihat pria itu atau diganggu olehnya.

Saat dia memejamkan matanya, tiba-tiba telepon rumah berbunyi.

"Halo ini kediaman Tuan Bang ada yang bisa saya bantu?" Tanya Lino dengan sopan.

"Ini ibu Chan, hari ini aku tidak bisa menjemput Ino. Hyunjin tadi pagi menyuruh ku untuk menjemputnya, apa kau bisa menjemputnya?" Tanya wanita itu.

"Iya bisa Nyonya" jawab Lino singkat.

"Baiklah terima kasih" dia langsung menutup panggilan. Lino memegang gagang telepon rumah itu, dia sebenarnya belum terlalu mengenal tempat itu jadinya dia takut untuk pergi sendirian.

Lino menatap taman kanak-kanak itu dari luar. Banyak orang tua yang berada di sana menunggu anak mereka.

"Tuan ayo duduk di sini" kata seseorang pada pria itu. Lino lalu duduk di sampingnya.

"Jamput siapa?" Tanya pria itu.

"Ino" jawab Lino singkat.

"Ahh ibunya Ino ya, pantas mirip" kata pria itu. Dengan cepat Lino langsung menyangkalnya.

"Saya pengasuhnya" kata Lino.

Mereka lalu mengobrol basa-basi sambil menunggu anak-anak pulang dari taman kanak-kanak.

Suara bel itu berbunyi, semua anak berlari ke luar kelas dan mencari orang tua mereka masing-masing.

Lino saat itu mencari keberadaan Ino, setelah agak sepi dia akhirnya menemukan anak itu. Ino terlihat duduk di depan kelas sendirian.

"Ino" panggil Lino. Melihat pria itu Ino langsung tersenyum lalu dia berlari ke arahnya.

"Kamu ngapain duduk di sana?" Tanya Lino kemudian.

"Biasanya Ino nunggu ibu atau nenek di sana" kata anak itu. Tiba-tiba seseorang berjalan ke arah mereka.

"Anda ibunya Ino?" Tanya wanita itu. Ino lalu mencubit kaki pria manis itu, pria kecil lalu dia mengisyaratkan untuk mengangguk.

"Iya" jawab Lino singkat.

"Tuan saya sarankan untuk menjemput Ino lebih awal ya. Kasihan dia duduk sendirian menunggu orang tuanya di sini" jelas guru TK itu. Lino nampak menganguk untuk menjawabnya.

"Ternyata ini ibunya Ino ya, cantik banget. Gak heran Ino manis banget" kata wanita itu kemudian. Lino terkejut mendengarnya.

"Permisi bu" kata Lino kemudian sambil menarik Ino pergi dari sana.

"Ino, kamu tahu kan ibu kamu itu Hyunjin?" Tanya Lino. Anak itu menganguk pelan.

"Jadi jangan bilang aku ibu kamu ya, inget ibu kamu itu Hyunjin" kata Lino.

"Tapi Ino pengen paman jadi ibu Ino, paman sayang banget sama Ino beda sama Ibu Hyunjin. Dia lebih saya sama pekerjaannya dari pada sama Ino" kata itu.

"Ino gak boleh ngomong gitu ya, Hyunjin itu ibu kamu. Dia sayang kok sama kamu makanya dia sibuk" kata Lino berusaha meluruskannya. Anak itu kemudian mengangguk.

"Kita pulang ya" kata Lino dia lalu menggendong anak itu.

"Paman, Ino capek duduk, kita pulang jalan kaki aja yuk" kata anak itu kemudian. Lino menatap wajah anak itu.

"Panas Ino, kamu kan masih sakit" kata Lino.

"Yuk paman, Ino lagi pengen jalan-jalan sama paman" kata Ino sambil merayu pria itu dan mencium pipinya berkali-kali.

"Ya udah deh" kata Lino. Lalu menurunkan anak itu.

"Paman Ino mau makan ayam" kata anak itu sambil menunjuk ke sebuah restoran ayam.

"Ino kita makan di rumah ya, nanti paman buatin kamu ayam goreng yang enak" kata Lino. Anak itu menggeleng dengan cepat.

"Ino mau duduk di sana sambil makan" kata Ino. Dengan berat hati Lino mengangguk dan membawa pria kecil itu ke sana.

"Gimana enak?" Tanya Lino sambil menatap pria kecil itu. Ino mengangguk sambil memakan paha ayam itu. Tangan Lino selalu sedia untuk mengusap bibir Ino yang kotor karena ayam itu.

"Minho" suara itu membuatnya menoleh, seorang pria tinggi menatapnya saat itu.

"Ini anak lo? Wah udah gede ya" kata pria itu. Lino nampak kebingungan mendengar itu.

"Hai! Siapa nama kamu?" Tanya pria itu menyapa Ino.

"Aku Bang Ino" jawabnya sambil tersenyum.

"Anjir mirip banget sama lo No, gak nyangka anak lo udah gede. Padahal dulu kita sering nyontek banget di kampus" kata pria itu.

"Kamu siapa?" Tanya Lino kemudian.

"Jangan sok gak kenal gitu deh, aku Juyeon" kata pria itu.

"Aku gak kenal sama kamu" kata Lino dengan wajah seriusnya.

"Wah nama paman mirip sama nama teman aku" kata Ino kemudian pada pria tinggi itu. Juyeon tersenyum lalu dia mencubit pipi pria kecil itu.

"Paman ini bukan ibu Ino" kata anak itu kemudian. Mendengarnya membuat pria itu terkejut. Dia lalu ingat jika dulu dia pernah mendengar Minho mengalami kecelakaan.

"Maaf banget, saya tidak bermaksud" kata pria itu sambil menunduk memberikan hormat pada Lino.

"Iya gak apa" jawab Lino singkat.

"Kamu mirip banget sama teman aku" kata Juyeon kemudian dia duduk di sana.

"Paman kenapa terus bilang Minho, dia siapa?" Tanya Ino sambil menatap Juyeon. Pria itu lalu mengusap rambut Ino.

"Minho itu ibu kamu" kata Juyeon. Ino lalu diam dan menaruh ayamnya.

"Gak ibu Ino lagi kerja, Ino gak pernah liat Minho itu" kata anak itu dengan polos.

"Minho ibu yang ngelahirin kamu" kata pria itu.

"Ke mana dia? Kenapa gak sama Ino?" Tanya anak itu pada Juyeon.

"Dia udah pergi" kata Juyeon.

"Kenapa dia jahat banget ninggalin aku" kata Ino. Juyeon lalu menatap ke arah Lino.

"Dia mirip banget sama ibu kamu, cantik dan manis" kata Juyeon sambil menatap Lino. Ino lalu menoleh ke arah Lino yang seketika canggung.

"Terus kalau kamu bukan Minho, kamu siapa?" Tanya Juyeon.

"Aku pengasuh Ino, sepupu istrinya ayah Ino" jawab pria itu. Juyeon lalu mengangguk pelan.

"Bisa-bisanya si sugar daddy nikah lagi" gumam pria itu.

"Kalau gitu maaf ya aku ganggu kamu, siapa nama kamu nanti aku traktir kapan-kapan" kata Juyeon.

"Lino" jawab pria itu dengan singkat.

"Okey Lino sampai ketemu ya, dada manis" kata Juyeon sambil memegang pipi Ino dan pergi dari sana.

"Ino pulang ya udah lewat banget nanti kita dimarahin sama ibu kamu" bujuk Lino pada pria itu.

"Paman aku pengen ketemu sama ibu yang lahirin aku" kata anak itu tiba-tiba.

"Ino ibu kamu Hyunjin, dia kerja saat ini nanti aja dia pulang" kata Lino.

"Gak, ibu Hyunjin itu ibu tiri Ino kan?
Nenek sering bilang juga ibu Ino namanya Minho bukan Hyunjin" kata anak itu. Lino hanya diam, jujur dia tak tahu menahu tentang keluarga mereka.

"Udah jangan pikirin itu, kita main ke saja yuk" kata Lino sambil menunjuk ke taman kota.

"Yuk yuk" Ino langsung bersemangat mendengar itu.





TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INFINITY | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang