Minho benar-benar syok saat itu, apalagi saat para medis membawa Chan masuk ke dalam ambulan.
"Ibu ayah kenapa?" Tanya Ino datang bersama neneknya. Minho terlihat menangis karena ketakutan.
"Minho aku yang akan ke rumah sakit, jadi kau diam dulu di sini bersama Ino ya" kata wanita itu dengan wajah cemas.
"Ibu jangan menangis lagi ya, ayah pasti baik-baik saja" kata Ino berusaha untuk menenangkan sang ibu. Minho merasa bersalah karena dia sama sekali tidak tahu jika Chan memiliki alergi dengan makanan laut.
"Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?" Gumam Minho. Ino menggeleng lalu dia memeluk pria manis itu.
"Ayah orang yang kuat, dia akan baik-baik saja ibu" kata pria kecil itu.
"Minho" panggil sang ibu mertua saat melihat Minho datang bersama Ino. Dia menggendong anak itu agar bisa berjalan dengan cepat.
"Ibu maafkan aku" kata Minho dengan mata basahnya.
"Ino turun ya, kasihan ibu kamu" kata wanita itu sambil menurunkan Ino.
"Minho ayo ikut aku" kata wanita itu. Kemudian.
"Chan punya alergi dengan makanan laut, dulu sebenarnya alerginya tidak terlalu keras. Namun saat kau pergi, Chan benar-benar frustasi. Dia mulai mabuk-mabukan dan makan makanan itu dengan jumlah besar. Karena dulu kami mengira jika kau sudah meninggal karena kecelakaan itu. Chan sepertinya ingin ikut bersama mu. Karena gaya hidup Chan seperti itu, alergi yang dia punya menjadi sangat parah. Dokter mengatakan itu bisa sampai merenggut nyawanya. Butuh beberapa lama untuk kami bisa menyadarkan Chan, Minho" jelas wanita itu sambil memeteskan air matanya.
"Maaf ibu, aku benar-benar tidak tahu" kata Minho sambil memegang tangan sang ibu.
"Aku memakluminya Minho, pasti kau tidak ingat. Jadi jangan terlalu merasa bermasalah, saat ini Chan sudah melewati masa kritisnya" jelas wanita itu sambil mengusap rambut si manis.
"Minho sepertinya ayah mu menelepon itu. Untuk sebentar ya, di sini" kata wanita itu.
"Ibu! Ibu" panggil Ino pada sang ibu. Minho lalu mengusap wajahnya dan air matanya lalu menatap ke wajah si kecil.
"Tuan Chan sudah bisa dijenguk" kata seorang berpakaian putih itu dengan stetoskop di lehernya.
Tanpa berpikir panjang, Minho langsung membawa Ino masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat tubuh Chan masih terbaring di sana dengan banyak sekali alat medis yang menempel di tubuhnya.
"Maafkan aku" gumamnya sambil masuk ke dalam. Chan masih tak sadarkan diri dengan selang oksigen di hidungnya.
"Kami ingin memberikan persetujuan anda untuk membawa Tuan Chan ke kamar rawat inap" kata seorang perawat memberikan sebuah formulir pada Minho. Dia langsung menandatanganinya dan kembali menatap pria itu.
"Ayah sedang tidur" ujar si manis di gendongan ibunya. Minho lalu mendekat ke arah Chan. Wajah pria itu masih pucat saat itu.
"Hai! Ayo bangun" kata Minho sambil mengganggam tangan pria itu. Namun Chan tak merespon sama sekali. Melihat keadaan pria itu membuat Minho benar-benar merasa bersalah, dia hampir saja membunuh pria itu.
"Ibu jangan menangis lagi ya" kata Ino sambil mengusap air mata sang ibu yang lolos.
♾♾♾
"Minho sudahlah jangan menangis, mata mu sampai bengkak. Kau tidak perlu merasa bersalah, karena kau tidak tau kan?" Kata wanita itu berusaha menenangkan menantunya.
"Tapi ibu, aku hampir membunuhnya" kata Minho.
"Sudah-sudah sebaiknya kau pulang saja bersama Ino, aku yang akan menemani Chan" kata wanita itu sambil mengusap bahu si manis.
"Ibu aku saja ya di sini, ibu yang pulang membawa Ino. Tolong jangan menolak ibu, biarkan aku menemani suami ku" kata Minho. Mendengar itu membuat Nyonya Bang mengangguk dia lalu mengambil Ino dari gendongan ibunya.
"Ino mau sama ibu dan ayah" kata anak itu menolak.
"Ino ayo sama nenek, jangan membuat ibu mu kelelahan kasian dia" kata wanita itu namun Ino nampak menempel pada pria manis itu.
"Tidak apa ibu, aku akan mengajak Ino di sini. Besok aku akan membawanya pulang" kata pria itu.
"Ino mau tidur" kata Ino pada Minho yang masih duduk di samping Chan. Pria manis itu mengusap rambut anaknya lalu membawa Ino ke sebuah sofa yang ada di sana.
"Ibu bagaimana keadaan adik?" Tanya anak itu sambil mengusap perut sang ibu.
"Dia baik-baik saja Ino" kata Minho sambil menyandarkan anak itu di bahunya.
Chan membuka mata, dia masih lemas saat itu. Yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit kamar ruang rawat inap itu.
Kemudian dia melihat ke segala arah, pria itu lalu tersenyum tipis saat melihat Minho tengah tidur di sana bersama Ino.
"Mereka sangat manis" batin Chan.
Minho terbangun saat itu, dia sepertinya ketiduran tadi. Pria manis itu menatap ke arah Chan, rupanya dia masih tidak sadarkan diri.
Minho menempatkan Ino berbaring di sana dan menyelimuti tubuh pria kecil itu dengan selimut yang dibawakan oleh ibu Chan tadi.
"Tidur nyenyak sayang" Minho mencium kening di manis kecilnya itu. Dia lalu bangun dan berjalan ke arah Chan.
"Kenapa aku kasih belum sadar?" Gumam Minho lalu duduk di kursi sebelah ranjang Chan.
Dia meraih tangan pria itu, dia mengusapnya dengan lembut.
"Maafkan aku" kata Minho lagi. Dia tak bisa tenang jika Chan tidak sadar saat itu. Jujur melihat keadaan pria itu membuat Minho sangat cemas.
"Kau menangis karena aku?" Suara itu membuat Minho terkejut. Dia langsung mendongkakan wajahnya dan menatap pria itu.
Minho melihat Chan sudah membuka matanya dan menatapnya saat itu dengan senyuman tipis.
"Maafkan aku, aku tidak tahu kau alergi itu. Aku sama sekali tidak berniat untuk menyakiti mu" jelas Minho. Chan mengangguk pelan.
"Jangan manis, kau terlihat jelek" kata Chan sambil menggengam tangan Minho.
"Aku akan memaafkan mu dengan satu syarat" kata Chan kemudian. Minho nampak menaikan salah satu alisnya.
"Apa?" Tanya Minho.
"Panggil aku dengan sebutan sayang" kata pria itu. Mendengarnya membuat Minho kembali menangis. Di saat seperti ini dia masih saja bisa mengganggunya.
"Syarat bodoh macam apa itu?" Tanya Minho.
"Kau tahu kan aku mencintai mu, jadi kau juga harus melakukannya sama seperti dulu. Jadi aku ingin kau menyebut ku dengan sebutan sayang" kata Chan.
"Bicara mu seperti bukan orang sakit, jangan-jangan kau pura-pura sakit ya?" Tanya Minho pada pria itu sambil memukul perut Chan.
"Aduh kau menyakiti ku" kata Chan sambil meringis.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja" kata Minho panik.
"Aku akan Maafkan jika kau mau mencium ku dulu" kata Chan kambali menggoda pria itu.
"Sudah tua masih saja banyak tingkah" kata Minho sambil menjewer pipi suaminya itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY | BANGINHO ✔
FanficNOTE: Sebelum membaca wajib follow akun author dulu!! BANGINHO FANFICTION Orang-orang mengatakan bahwa, cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan ba...