Saat Chan dan Hyunjin makan di meja makan, Lino melangkahkan kaki ke sana.
"Hyunjin" panggil pria itu.
"Eh Lino ayo makan bareng" kata pria itu sambil tersenyum dan mengajak Lino ke sana.
"Sudah tadi" ujar Minho menolak dengan halus.
"Terus ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Lino. Pria itu lalu menoleh ke arah Chan yang menatap dirinya dengan lekat.
"Jin aku mau berhenti kerja di sini" jawab Minho dengan cepat mendengar itu membuat Hyunjin terkejut.
"Kenapa No? Kamu gak betah atau gimana? Apa Ino cerewet atau kamu sakit lagi?" Tanya Hyunjin. Lino langsung menggeleng pelan.
"Aku cuma kangen sama ayah dan ibu" kata pria itu.
"Oh gitu, kalau gitu kamu libur aja untuk satu minggu ya. Nanti kamu balik lagi ke sini" kata Hyunjin. Lino dengan cepat menggeleng.
"Aku berhenti saja" kata Lino. Sebenarnya dia ingin berhenti bukan karena rindu, tapi dia takut karena dia nanti rumah tangga Hyunjin dan Chan akan berantakan.
"Yaudah deh No, aku gak akan maksa kamu untuk kerja di sini" kata pria itu. Lino kemudian mengangguk dengan cepat.
"Aku berangkat nanti siang aja ya, mau jemput Ino soalnya" kata Chan pada pria itu. Hyunjin tersenyum lalu dia mencium pipi pria itu.
"Okey kalau gitu aku pergi ya" kata Hyunjin sambil melambai.
Setelah Hyunjin pergi, Chan langsung mencari Lino. Dia ingin membuat perhitungan dengan pria itu.
Lino saat itu tengah mengemasi semua barangnya ke dalam koper. Dia berencana pergi dari sana sebelum Ino pulang dari sekolah.
Saat pintu terbuka membuat pria itu terkejut.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Chan.
"Pulang" jawab pria itu ketus. Chan mendengus kesal sambil mengambil semua baju Lino yang sudah rapi di dalam koper.
"Anda kenapa sih?" Kata Lino dengan nada tinggi.
"Kamu tega ninggalin Ino? Dia sayang banget sama kamu. Kamu juga pasti merasakan yang sama. Coba pikir kalau kamu pergi dia bakal gimana?" Tanya Chan sambil memegang tangan pria itu.
"Gak usah pegang-pegang ya" kata Lino sambil menepis tangan Chan.
"Hai! Kenapa kau bisa melupakan kami?" Tanya Chan dengan wajah kesal.
"Kami siapa? Jangan aneh-aneh deh" kata Lino lalu dia kembali memastikan bajunya masuk semua ke koper.
"Aku sama Ino, Ino itu anak kamu. Kamu yang mengandung dia, masa bisa lupa. Dan aku suami kamu, kita dulu pacaran dua tahun, setelah kamu selesai kuliah aku melamar mu. Masih tidak ingat?" Tanya Chan kesal.
Lino lalu menghela napas, dia sebenarnya tidak mengerti dengan pria itu bicarakan .
"Minho!" Panggil Chan lagi.
"Sudah ku katakan, aku bukan Minho" Teriak Lino dengan emosi. Mendengar itu Chan memegang bahu pria itu.
"Jangan menyangkal lagi, aku mengenal istri ku dengan baik dan itu kau" kata Chan sambil menatap manik pria itu dengan tajam. Pria Bang itu lalu membawa Minho ke kasur.
🔞
Lino berusaha memberontak namun Chan benar-benar seperti hilang kendali.
"Lepaskan aku!" Teriak Lino saat Chan mulai menyambar bibirnya dengan kalap. Tangan pria itu masuk ke dalam pakaian Lino dan mengusap tubuh pria itu dengan seksual.
Dia merasakan ada dua luka jahitan di perut pria itu. Dan semakin membuatnya yakin bawah Lino adalah Minho.
"Lepaskan dasar brengsek" Teriak Lino sambil mendorong tubuh pria itu.
"Aku tidak akan brengsek, karena kau itu istri ku. Aku memiliki hak untuk menyentuh mu, Minho" kata Chan sambil melepaskan pakaiannya.
Mendengar itu membuat Lino ketakutan, dia ingin kabur namun Chan menindih pria itu kembali.
Dia melepaskan semua pakaian Lino, membuat si manis berteriak meminta tolong.
"Aku akan membuktikan jika kau adalah Minho" ujar Chan lalu dia langsung memasukan penisnya ke lubang pria itu. Hal itu membuat Lino tersentak dan berteriak kesakitan.
"Tolong lepaskan aku" kata Lino dengan berkaca-kaca, Chan sudah kehilangan akal karena benar-benar merindukan pria itu.
"Ahh lepashh ah" desahan itu terdengar saat Chan menggenjot lubang miliknya. Lino tak bisa menghindar lagi, dia sepertinya hanya bisa pasrah saat Chan mencumbui dirinya.
"Hah hah hah" Minho terengah-engah saat Chan melepaskan dirinya dari sana.
"Dasar jahat! Brengsek" umpat Lino sambil memejamkan matanya karena sangat kelelahan. Chan lalu memeluknya dari samping.
"Jangan mengelak lagi, kau itu Minho istri ku" kata Chan sambil mengecup kening pria itu.
"Kau melakukan ini dengan orang lain padahal kau punya istri yang sibuk bekerja untuk mu" kata Lino.
"Katakan bahwa kau tidak akan pergi Minho, aku sedih melihat mu seperti ini" kata Chan sambil memeluk pria itu. Air matanya sudah lolos dari tadi.
"Jangan pergi, demi Ino" kata Chan.
Samar-samar Lino melihat Chan yang tengah memasukan pakaiannya ke dalam lemari.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Lino sambil memegang kepalanya. Jujur tubuhnya benar-benar sakit saat ini.
"Kau tidak boleh pergi" kata Chan. Minho menghela napas, sepertinya dia memilih jalan yang salah untuk bekerja di rumah ini.
"Tolong jangan katakan pada Hyunjin jika kau melakukan itu pada ku tadi. Aku tidak ingin membuatnya sedih karena pria brengsek seperti mu" kata Lino.
"Jika kau menurut aku tidak akan memberitahukannya pada siapapun, jadi tetaplah di sini jaga anak ku dengan baik" kata Chan.
"Baiklah aku akan tetap di sini, tapi ada satu syarat" kata Lino sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Jangan pernah menyentuh dan mendekati aku, aku sudah terlalu benci dengan mu" kata Lino tanpa menatap pria itu. Chan langsung menoleh.
"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan jika kau tetap di sini" ujar Chan lalu dia pergi dari sana.
♾♾♾
"Paman" kata Ino sambil memeluk pria manis itu dari belakang.
"Eh Ino udah pulang ternyata" kata si manis sambil mengusap rambut Ino.
"Paman nanti Ino mau nyanyi sama teman-teman di panggung" kata pria itu.
"Wah keren banget" kata Lino. Anak itu mengangguk pelan dan tersenyum manis.
"Nanti ayah sama ibu bakal di suruh ke sana. Duh Ino gak sabar paman" kata pria itu. Lino mengangguk pelan.
"Eh ternyata kamu di sini, ayo ganti baju" kata Hyunjin pada anak tirinya itu.
"Nanti suapin Ino ya paman" anak itu sambil melambai pada si manis. Hyunjin tersenyum sambil mengusap rambut anaknya.
"Dia suka banget sama kamu, untung aja kamu gak jadi berhenti" kata Hyunjin padanya. Lino tersenyum kaku, dia benar-benar merasa bersalah dan takut dengan Hyunjin.
Saat Minho memasak, tiba-tiba seseorang masuk ke dapur. Saat Lino menoleh rupanya itu Chan.
"Aku gak mau deketin kamu, cuma mau ngambil air" kata Chan. Mendengarnya membuat Lino masih mengawasi pergerakan pria itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY | BANGINHO ✔
FanfictionNOTE: Sebelum membaca wajib follow akun author dulu!! BANGINHO FANFICTION Orang-orang mengatakan bahwa, cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan ba...