Infinity ♾ - Episode 13

437 75 13
                                    

"Ino ayo bangun kita makan dulu" bisik Lino pada pria kecil itu. Dia melihat anak itu terlelap dengan wajah polosnya. Hal itu membuat hatinya menjadi tersentuh.

"Ino sayang" kata Lino lagi. Akhirnya anak itu membuka matanya. Dia menatap Lino.

"Ibu ke mana?" Tanya anak itu lalu dia duduk di sofa. Lino lalu mengusap rambut anak itu dengan sayang.

"Ibu Ino sedang bekerja, jadi aku yang akan menjaga mu. Kau mau kan?" Tanya Lino. Anak itu nampak sangat kecewa mendengarnya.

"Jangan sedih begitu, aku akan bermain sepuasnya bersama mu. Kau mau kan?" Tanya Lino lagi. Mendengar itu Ino nampak diam saja sambil menunduk.

"Ino, apa tahu di sini ada ikan yang sangat besar. Ikan itu memiliki hidung yang panjang dan sangat Hmmm besar pokoknya" Lino berusaha membujuk anak itu. Mendengar cerita Lino membuat di kecil nampak terpancing.

"Kau mau lihat tidak?" Tanya Lino.

"Apa dia memiliki mata yang berwarna merah?" Tanya anak itu. Lino langsung mengangguk dengan cepat.

"Paman aku ingin melihatnya" kata Ino lalu dia memegang tangan pria manis itu.

"Ayo kita lihat setelah kau makan ya, aku akan mengantarkan mu melihat ikan itu" kata Lino. Ino langsung mengangguk dan membuka mulutnya saat Lino mendekatkan sendok berisi makanan padanya.

"Paman, ikan yang Paman katakan tadi itu apa dia bisa makan anak kecil?" Tanya Ino. Lino langsung mengangguk pelan.

"Dia makan anak-anak kecil yang nakal" kata Lino. Ino benar-benar fokus pada ceritanya dan terus membuka mulut saat Lino menyuapinya. Karena cerita ikan itu membuat sepiring makanan yang Lino bawa habis.

"Jadi apa yang terjadi setelah Itu?" Tanya Ino lagi. Dia benar-benar memiliki rasa ingin tahu yang besar.

"Ayo minum dulu" kata Lino. Anak itupun menurut dan mengambil gelas yang berisi air itu dan langsung meneguknya hingga kandas.

"Terus bagaimana Paman? Bagaimana dengan anak itu?" Tanya Lino.

"Dia selamat, karena dia meminta maaf pada ibunya. Setelah ikan itu mengeluarkannya dari mulutnya"

Ino mendengarkannya dengan fokus sambil memegang tangan Lino.

"Kenapa dia selamat?" Tanya Ino lagi. Hal itu membuat pria manis itu menjadi sangat gemas dengan wajah anak itu.

"Karena dia berwajah manis seperti mu" kata Lino lalu dia mencubit pipi milik Ino. Ino tertawa mendengarnya.

Saat itu Ino dan Lino tengah pergi menuju ke dermaga. Anak itu benar-benar terkejut melihat ikan-ikan besar yang saat itu tengah dipindahkan dari kapal ke mobil.

"Paman ke mana mereka akan membawa ikan itu?" Tanya itu sambil memegang kaki Lino.

"Mereka akan di jual ke Pasar" kata Lino.

"Apa? Bagaimana jika mereka memakan anak-anak di sana?" Tanya Ino dengan polosnya. Lino tersenyum mendengarnya, anak itu begitu polos sampai percaya dengan cerita yang dia buat-buat.

"Tidak akan Ino" kata Lino sambil mengusap rambut pria manis kecil itu.

"Lino apa yang kau lakukan di sini?" Suara itu membuat kedua pria itu menoleh.

"Ibu aku sedang mengajak Ino jalan-jalan" kata pria manis itu sambil tersenyum pada sang ibu. Wanita itu mengamati anak kecil yang bersama Lino saat ini.

"Dia siapa?" Tanya wanita itu. Lino tersenyum dia lalu mengusap rambut anak itu.

"Dia anak tiri Hyunjin" jawab Lino. Wanita itu masih menatap Ino dengan lekat.

"Halo" Sapa anak itu. Ibu Lino lalu tersenyum.

"Jangan membuat diri mu lelah Lino" kata wanita itu. Lino menganguk.

"Tidak ibu aku baik-baik saja sekarang. Aku juga sudah jarang sakit kepala" kata pria itu.

Entah kenapa saat itu langit tiba-tiba mendung dan turun hujan yang sangat lebat. Lino berusaha menelepon Hyunjin karena saat itu sudah agak gelap dan pria itu belum juga sampai.

"Halo Hyunjin"

"Lino ada badai di sini"

"Apa? Sekarang kau di mana?"

"Aku sudah di rumah, tadi aku ingin langsung ke sana. Tapi tiba-tiba hujan turun dan sekarang ada badai"

"Ahh begitu ya"

"Bagaimana ini Lino, Ino masih di sana. Jalanan katanya di tutup sementara"

"Hyunjin sebaiknya kau diam dulu di rumah, aku akan menjaga Ino di sini. Jangan keluar, nanti jika badai reda kau bisa menjemputnya ke mari"

"Kau tidak apa kan? Dia Bagaimana apa dia rewel atau cerewet?"

"Tidak dia baik-baik saja, saat ini dia sedang menonton TV dengan ibu ku"

"Syukurlah, dia tidak menyusahkan mu kan?"

"Tidak aku senang ada dia, jadi aku tidak kesepian lagi"

"Ahh Baiklah kalau begitu, aku titip dia dulu ya. Jika badai reda aku akan menjemputnya"

"Iya Hyunjin tidak apa-apa, jaga diri mu"

Hujan semakin deras dan di televisi juga tengah memberitakan jika ada badai di kota.

"Ibu kenapa tidak datang?" Tanya anak itu sambil menatap jendela.

"Ino, ada badai jadi ibu tidak bisa menjemput mu. Jadi kau diam dulu di sini dengan ku ya" kata Lino dengan lembut sambil mengusap rambut anak itu. Anak itu nampak mengangguk pelan dan menurut.

Lino tersenyum melihatnya, ternyata Ino tidak secerewet apa yang Hyunjin ceritakan padanya.

"Ayo ke kamar ku" kata Lino. Kedua pria itu tengah bermain sekarang. Suara tawa terdengar dari bibir si kecil saat Lino menggelitikinya.

"Sekarang giliran paman" kata Ino lalu dia duduk di perut pria itu dan menggelitiki leher Lino dengan jari-jari kecilnya.

Lino tertawa saat itu, sekitar dua jam mereka bermain. Sekarang kedua pria itu tengah berbaring di atas ranjang.

"Sudah paman aku lelah" kata Ino, dia benar-benar sangat senang saat itu.

"Baiklah kau tidur ya, sekarang sudah malam. Anak-anak tidak boleh tidur larut malam" kata pria itu, dia kemudian membenarkan posisi Ino.

"Paman aku ingin cerita dongeng" kata Ino sambil menegang tangan pria manis itu. Lino mengangguk dia lalu menceritakan kisah tentang kelinci dan kura-kura.

Lino menceritakannya sambil menepuk pantat anak itu sampai pria kecil itu terlihat memejamkan matanya.

"Dan-" Lino berhenti bercerita saat melihat pria itu sudah terlelap di sampingnya sambil memegang bahu pria itu.

Senyuman itu terlihat di bibir Lino, dia kemudian mengusap rambut anak itu dengan sayang.

"Kau sangat manis, aku belum pernah melihat anak seperti mu" kata Lino. Ino terlihat menggeliat, dia semakin mengeratkan pelukannya pada tangan Lino.

Lino kemudian memeluk pria itu, sambil mengusap rambutnya dengan sayang. Dia benar-benar merasa nyaman dengan anak itu, entah kenapa padahal mereka baru pertama kali bertemu.




TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INFINITY | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang