Infinity ♾ - Episode 12

438 69 31
                                    

Hyunjin tidak bisa menahan air matanya, dia menangis sepanjang perjalanan pulang.

"Hyunjin sudah hentikan, jangan salahkan diri mu" kata Chan sambil mengisap bahu pria itu. Hyunjin nampak masih sesenggukan sambil meremas tangannya.

"Maafkan aku, aku tidak bisa memberikan mu anak" kata pria itu. Chan mengangguk sambil mengusap pria itu.

"Kita kan sudah ada Ino, jadi tidak masalah. Kau juga ibunya Ino kan?" Tanya Chan. Hyunjin kemudian mengangguk dengan cepat.

"Tidak masalah Hyunjin, jangan menangis" kata Chan. Hyunjin akhirnya lega mendengar itu.

"Sudah-sudah jangan menangis, aku pergi ya" kata pria itu. Hyunjin tersenyum tipis lalu dia mengangguk pelan.

"Tolong jangan katakan pada Ino jika aku pergi jauh, dia pasti akan sangat sedih" kata Chan.

"Ah aku baru ingat, ibu mengatakan akan mendaftarkan Ino ke taman kanak-kanak, jadi aku harap kau bisa menemani dia" lanjut Chan.

"Aku akan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk Ino" kata Hyunjin. Chan lalu mengusap rambut Hyunjin, dia juga mengecup singkat pucuk kepala sang istri.

"Aku titip Ino, jaga dia dengan baik ya Hyunjin" kata pria itu.

"Kalian akan berhenti?" Tanya Hyunjin pada kedua pekerja rumah tangganya itu. Mereka mengangguk dengan mantap.

"Maaf Tuan kami tidak bisa bekerja di sini lagi" kata pengasuh anak itu. Hyunjin memijit keningnya, dia benar-benar stres saat itu.

Kedua pekerjaan itu memutuskan untuk berhenti karena mereka sudah tidak tahan dengan Ino, anak itu benar-benar rewel dan susah di atur hal itu membuat mereka selalu terkena marah oleh keluarga mereka apalagi Chan.

"Baiklah aku tidak akan memaksa kalian, nanti aku akan mengirimkan gaji terakhir kalian" kata Hyunjin yang mulai bingung.

♾♾♾

Karena mengalami beberapa masalah, Hyunjin memutuskan untuk menenangkan dirinya sesaat. Karena kedua pekerjanya sudah pergi begitu pula dengan Chan, Hyunjin pun mengajak Ino pergi bersamanya untuk menenangkan diri.

Saat ini mereka tengah perjalanan menuju ke rumah Hyunjin di pesisir.

"Ibu kita akan pergi ke mana?" Tanya Ino sambil menyedot minumannya. Hyunjin mengusap rambut pria manis itu.

"Kita akan pergi ke rumah ibu" kata Hyunjin. Ino nampak senang mendengar itu, untuk pertama kalinya dia pergi jalan-jalan dengan Hyunjin.

Hyunjin sengaja menyuruh taksi itu pergi, dia lalu turun dan berjalan dengan menggandeng tangan Ino.

"Ino sebentar lagi kau akan sekolah, apa kau senang?" Tanya Hyunjin. Pria kecil itu mengangguk pelan.

"Apa itu sekolah?" Tanya anak itu. Hyunjin sepertinya tidak mendengar, dia saat itu tengah memainkan ponselnya.

Hal itu membuat Ino menghela napas, dia lalu diam dan menatap ke sekeliling.

"Hyunjin apa itu Kau?" Tanya seseorang dari depan mereka. Hyunjin lalu mengalihkan pandangannya dan penatap pria itu.

"Lino!!" Kata pria itu sambil melambai dengan penuh semangat. Pria itu lalu berlari ke arahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Lino dengan mata berbinar melihat sepupu sekaligus sahabat kecilnya itu.

"Aku hanya ingin menenangkan diri" jawab pria itu. Lino lalu menatap anak yang dibawa Hyunjin.

Pria kecil itu terlihat mengusap hidungnya yang agak gatal sambil memandang Lino dengan lekat.

"Apa dia anak tiri mu?" Tanya Lino dengan penuh semangat. Hyunjin mengangguk pelan. Lino lalu menjongkok dan memegang pipi si kecil.

"Halo siapa nama mu?" Tanya Lino dengan ramahnya.

"Bang Ino" jawab anak kecil itu. Mendengar suara manis si kecil membuat Lino semakin gemas.

"Dia sangat menggemaskan" kata Lino sambil menatap Hyunjin. Pria itu lalu bangun dan menatap sahabatnya.

"Ayo berkunjung ke rumah ku" kata Minho, mendengar ajakan dari pria manis itu Hyunjin tidak bisa menolaknya.

"Ino minum ini ya" kata Lino sambil memberikan anak itu secangkir susu panas.

"Terima kasih paman" kata anak itu dengan malu-malu. Lino tersenyum mendengarnya.

"Ino minum ya, paman akan pergi berbicara dengan ibu mu dulu. Ino bawa ini ya" kata Lino dengan lembut, dia lalu memberikan anak itu sebuah boneka beruang.

"Apa ini untuk Ino?" Tanya pria kecil itu. Lino langsung mengangguk. Tiba-tiba anak itu memeluk dirinya. Hal itu membuat Lino terkejut.

"Paman baik sekali" kata anak itu. Mendengarnya membuat Lino tersenyum, dia lalu mengusap punggung anak itu dengan lembut.

"Hyunjin anak mu sangat manis ya" kata Lino sambil duduk di samping pria itu. Saat ini Hyunjin tengah minum suju untuk menghilangkan stresnya.

"Lino ayo minum" kata Hyunjin. Pria itu dengan cepat menggeleng.

"Aku tidak berani minum" kata Lino. Hyunjin baru ingat, dia lalu mengangguk pelan.

"Lino apa kau tahu, aku ini istri yang gagal" kata Hyunjin tiba-tiba.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Minho sambil mengusap pundak pria itu. Hyunjin lalu menceritakan semuanya pada Lino. Hal itu membuat pria manis itu menjadi iba dengannya. Pasti sangat sulit bagi Hyunjin.

"Aku merasa tidak berguna" kata pria itu. Lino langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak kau adalah istri yang baik dan ibu yang baik. Jangan katakan itu" kata Lino.

Setelah beberapa saat menangis, tiba-tiba ponsel pria itu berdering.

"Apa? Tapi aku sedang...Baiklah aku akan pergi" kata pria itu lalu dia mematikan ponselnya.

"Ada apa?" Tanya Minho.

"Lino, tiba-tiba ada investor yang ingin bernegosiasi dengan kami. Dia ingin bertemu langsung hari ini, karena suami ku ada di luar negeri jadi aku yang akan mewakilinya" jelas Hyunjin. Minho kemudian mengangguk pelan.

"Tapi Ino, bagaimana ini? Investor itu sangat penting" kata pria itu dia lalu mengusap wajahnya. Lino ingin membantu Hyunjin tapi dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Asisten rumah tangga dan pengasuh Ino sudah mengundurkan diri, aku malu menitipkan dia ke mertua ku. Apa yang harus aku lakukan?" Kata Hyunjin sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Hyunjin jika kau mau, aku bisa menjaga Ino untuk mu. Nanti jika kau sudah selesai dengan urusan mu jemputlah dia bagaimana?" Tanya Lino. Hyunjin terdiam dia lalu menatap ke arah Lino.

"Kau tidak apa menjaga dia seharian ini saja? Ino itu anak yang sangat cerewet dan rewel. Aku tidak kau dia menyusahkan mu apalagi kau masih dalam pemulihan" jelas Hyunjin. Minho menggeleng pelan.

"Tidak sepertinya dia anak yang baik. Aku akan sangat senang bisa menjaganya, kau tahu kan jika aku di sini aku sangat kesepian. Orang tua ku tidak membiarkan aku melakukan apapun dan menyuruh ku untuk tidur saja. Aku bosan Hyunjin" jelas Lino. Mendengar itu Hyunjin kemudian mengangguk pelan.

"Baiklah tolong jaga dia untuk beberapa jam ini ya, aku akan menjemputnya nanti" kata Hyunjin sambil memeluk sahabatnya itu.

TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INFINITY | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang