Infinity ♾ - Episode 35

496 68 5
                                    

"Ayah kenapa makan sangat banyak?" Tanya Ino terheran-heran melihat porsi makan Chan yang berbeda dari biasanya.

"Aku ingin gemuk seperti kalian" kata pria itu sambil mencubit pipi anaknya itu lalu dia menatap Minho yang berada di depannya. Pria itu terlihat memutar bola matanya malas.

Chan melakukan semua yang Minho inginkan. Sebanarnya Chan adalah tipe pria yang menjaga pola makannya dan rajin berolahraga, namun untuk saat ini dia harus menghilangkan kebiasaan itu agar ototnya menghilang.

"Ayo ke Gym" kata salah satu teman Chan. Biasanya jika diajak ke tempat itu Chan pasti bersemangat, namun berbeda dengan saat ini.

"Kau saja, aku saat ini ingin menghilangkan otot ku" ujarnya. Mendengar itu membuat pria itu terkekeh.

"Kau ini kenapa? Biasanya kau sangat bersemangat pergi" katanya sambil menepuk bahu pria itu.

"Minho tidak suka aku berotot" jawabnya. Mendengar itu membuat pria itu semakin terkekeh.

"Kau ini kenapa harus seperti itu? Jangan biarkan dia mengatur hidup mu Chan" kata pria itu.

"Hai! Kau tidak tahu apa yang aku rasakan, dia pergi selama 4 tahun dari ku. Kau tahu aku benar-benar tersiksa saat itu. Jadi karena sekarang dia sudah kembali dan aku akan melakukan apapun untuknya agar dia senang" jelas Chan lalu dia mengambil tasnya dan pergi dari sana.


♾♾♾

"Ibu" panggil Ino pada Minho yang tengah mencuci piring setelah makan malam. Pria manis itu lalu melepaskan sarung tangannya dan berjalan ke arah Ino.

"Kenapa?" Tanya Minho.

"Ayah sepertinya sakit, coba Ibu lihat" kata pria kecil manis itu. Minho menaikan salah satu alisnya, kemudian dia menengok ke arah ruang tamu. Seingatnya Chan ada di sana tadi memainkan laptopnya.

"Dia tidur" kata Minho. Ino langsung menggeleng.

"Tadi dia muntah ibu" ujar Ino. Minho lalu menatap pria itu lagi, dia menyandarkan dirinya di sofa dengan laptop yang masih menyala.

"Ibu coba periksa ayah" kata Ino cemas, Minho menghela napas kemudian dia berjalan mendekat ke arah Chan.

"Kau kenapa?" Tanya Minho. Chan kemudian membuka matanya lalu menggeleng.

"Tadi Ino mengatakan kau muntah kenapa? Masakan ku tidak enak?" Tanya Minho. Mendengar itu Chan langsung menggeleng.

"Aku hanya sedikit mual" kata Chan kemudian sambil memegang perutnya. Sepertinya dia tidak biasa untuk makan banyak.

Minho lalu berbalik dan kembali ke dapur. Ino lalu mendekat ke arah ayahnya.

"Ayah sakit ya?" Tanya Ino. Chan tersenyum mendengarnya, Ino sangat perhatian padanya akhir-akhir ini.

"Sssttt jangan beritahukan Ibu mu" kata Chan.

"Ayah tidur dengan ibu ya, Ino sendiri saja. Nanti jika Ayah sakit kan ada Ibu yang menjaga ayah" kata Ino. Chan menggeleng, karena tidak mungkin untuk mendekati pria itu sekarang. Otot Chan masih ada.

"Ayah baik-baik saja, jangan khawatir sayang" kata Chan kemudian dia mengecup pipi si manis kecil itu.

"Kenapa lagi Ino?" Tanya Minho saat anak itu kembali menemuinya di dapur.

"Ini sudah malam, kenapa masih di dapur?" Tanya Ino pada pria itu.

"Kau mau tidur?" Tanya Minho lalu mengusap rambut si manis kecil. Pria kecil itu mengangguk dengan cepat.

"Baiklah ayo" kata Minho sambil melepaskan celemeknya.

"Ino tidur sendiri ya, ibu sama ayah" kata Ino kemudian. Minho lalu menatap anaknya itu.

"Kenapa? Dia tidak sakit Ino, dia terlalu kenyang tadi" kata Minho. Ino langsung menggeleng.

"Wajah ayah pucat sekali, ibu sama ayah saja ya" kata Ino membujuk sang ibu. Minho sebenarnya ragu, namun dia langsung menganguk.

"Kau benar akan tidur sendirian? Ayo tidur bertiga" kata Minho.

"Tidak, nanti adik terjepit" kata anak itu. Minho terkekeh mendengarnya.

"Ibu dan ayah tidur di ruang tamu di samping kamar mu saja ya" kata Minho. Ino lalu mengangguk pelan lalu masuk ke kamarnya.

Chan nampak memijit keningnya, dia benar-benar pusing saat itu. Sepertinya dia masuk angin.

"Ayo tidur!" Suara itu membuatnya teralihkan, ternyata itu Minho yang datang dengan perut besar imutnya.

"Tidurlah, aku masih bekerja" kata Chan sambil tersenyum.

"Oh begitu, baiklah aku tidak jadi tidur dengan mu malam ini" kata Minho dengan senyuman miringnya.

"Tidurlah" kata Chan. Mendengar itu membuat Minho emosi. Padahal dia ingin berbuat baik, tadi Chan sangat menyebalkan.

"Kau sudah kaya kan? Jadi berhentilah bekerja dan ikut aku ke kamar tamu samping kamar Ino" kata pria itu dengan nada ketus. Chan lalu menutup laptopnya dan berdiri dari sana, dia tak ingin membuat pria itu marah lagi.

"Aarrhh" Chan merasa mual, dia sepertinya ingin muntah.

"Tolong pegang" kata Chan sambil memberikan laptopnya pada Minho. Dia kemudian berlari ke kamar mandi.

"Sudah?" Tanya Minho sambil menyusul pria itu ke kamar mandi. Chan mengangguk lalu mengusap bibirnya.

"Jangan-jangan kau hamil juga" tiba-tiba Minho mengatakan itu. Chan tersenyum mendengarnya.

"Kau terlalu curiga pada ku Minho, jangan cemburu seperti itu" kata Chan. Mendengar itu Minho langsung menggeplak bahu pria itu.

"Cemburu? Enak saja kau" katanya. Chan terkekeh pelan.

"Bantu aku bangun sayang" kata Chan lemas. Minho menghela napas dia lalu membantu pria itu bangun.

"Duduk kau" kata Minho sambil membawa Chan ke kasur. Minho lalu keluar dan naik ke kamar atas mencari sesuatu.

"Buka baju mu" kata Minho sambil menutup pintu. Chan menoleh ke arah si manis.

"Kau mau memperkosa ku ya?" Tanya Chan kemudian. Minho benar-benar ingin mejambak pria itu saat ini, kenapa dia sangat menyebalkan.

"Kau yang memperkosa ku di sini kan waktu. Jadi diam lah sebelum aku menjambak rambut mu" kata Minho dia lalu mendekat dan duduk di belakang suaminya itu.

"Baik-baik kau sangat galak" kata Chan lalu dia menaikan bajunya. Minho melihat otot-otot itu masih ada.

Pria manis itu mengoleskan minyak hangat di punggung Chan sambil memijatkan dengan lembut. Chan nampak menunduk, jujur dia sangat lemah saat ini.

"Besok tidak usah bekerja, kau sedang sakit" kata Minho sambil memijatnya.

"Tidak mau, jika aku di rumah kau terus memarahi ku" kata Chan.

"Terserah" jawab si manis. Dia lalu bangun dan duduk di depan pria itu.

"Coba angkat badan mu" kata Minho, dia ingin mengusap minyak hanya di dada pria itu. Chan menurut, Minho langsung mengusapnya dengan lembut.

Chan dengan jelas menghirup minyak itu, membuat hidungnya menjadi lebih baik. Dia kemudian menatap wajah manis Minho.

"Aku senang kau perhatian seperti ini" kata Chan sambil tersenyum, Minho lalu menatapnya dengan dingin.

"Jujur saja, kau sangat berbeda dengan Minho yang dulu. Dulu kau sangat manja dan kekanak-kanakan. Tapi sekarang kau sudah dewasa Minho, walaupun kau agak galak" ujar Chan sambil menatap pria itu. Minho menghela napas, sebenarnya dia juga tidak ingin seperti ini. Namun saat melihat wajah Chan tiba-tiba dia emosi.

"Sudah-sudah tidur ya" kata Minho sambil memberikan Chan bajunya. Chan tersenyum lalu dia memeluk pria itu dengan erat.

"Aku merindukan saat kita berdua seperti ini" katanya.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INFINITY | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang