EMPAT

942 64 51
                                    


"Karena aku tidak bisa memberimu waktu yang banyak selayaknya seorang kekasih pada gadisnya."

Ye-jin dapat merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ye-jin dapat merasakannya. Dia mengangguk, tidak menentang apa yang baru saja dikatakan Taehyung. Mereka berpacaran, saling berbagi kasih, tapi kehadiran Taehyung jarang sekali dirasakan Ye-jin. Terkadang, saat Ye-jin sendiri di apartemennya, dia meragukan kesungguhan Taehyung terhadap dirinya. Dia juga tidak tahu ke mana arah hubungan mereka. Dengan Taehyung yang digandrungi banyak wanita, tidak sulit bagi pria itu meninggalkannya dan melupakannya.

Makanan dihidangkan di hadapan mereka. Taehyung menyendokkan kuah dan daging ke dalam mangkuk dan menaruhnya di hadapan Ye-jin, kemudian melakukannya untuk dirinya sendiri. Mereka menikmati makan malam mereka tanpa perbincangan yang panjang. Hanya mata mereka yang saling bertaut, dengan kerisauan yang menghinggapi di hati masing-masing.

Ponsel Ye-jin berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Ye-jin berbunyi. Dia membuka pesan baru. Direktur di perusahaan tempatnya bekerja memberitahunya akan ada proyek besar lagi. Direktur juga menambahkan Ye-jin yang mengerjakan proyek itu atas dasar rekomendasi dari Hwang In-youp yang puas dengan pekerjaannya yang sebelumnya.

"Kenapa kau tersenyum-senyum?" tanya Taehyung penasaran.

"Aku baru dapat proyek besar. Mendesain sepuluh villa di Busan," jawab Ye-jin dengan ekspresi cerah di wajahnya. "Aku mendapat proyek ini karena direkomendasi oleh klienku sebelumnya. Kau tahu, kukira..." Ye-jin terus mengoceh, namun ucapannya terhenti saat Taehyung mengangkat telepon dari seseorang.

Taehyung tidak menyadari Ye-jin yang diam begitu saja. Hati Ye-jin berdesir panas saat Taehyung melisankan sebuah nama perempuan dari mulutnya. Nama yang Ye-jin kenal sebagai penyanyi perempuan terkenal.

Dia sudah lama mengenal Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia sudah lama mengenal Taehyung. Dia bisa membedakan mana senyum ramah-tamah Taehyung dan mana senyum tersipu seperti yang ada di hadapannya. Apa hubungan mereka sudah jauh, pikir Ye-jin. Sudah lama juga dia tidak pernah tersenyum mesem begitu denganku.

Apakah mungkin...

Cukup lama Taehyung berbincang-bincang di telepon, sekitar sepuluh menitan. Perempuan itu duluanlah yang mematikan sambungan. Taehyung meletakkan ponselnya dan senyumnya tak lepas dari wajahnya.

Wajahnya berubah serius. "Oh ya, tadi kau bicara apa tentang pekerjaanmu?" tanyanya ketika dia teringat pada Ye-jin.

Ye-jin menggeleng. "Aku sudah lupa."

"Oke," jawab Taehyung mengangguk-angguk. Kebersamaan itu hancur dengan Taehyung yang beberapa kali mengecek ponselnya. Ye-jin tidak bertanya dengan siapa dia berkomunikasi saat itu. Dia melanjutkan makannya walaupun napsu makannya sudah sirna begitu saja.

Selesai makan, Taehyung masih terlihat tidak menyadari kedongkolan yang dirasakan Ye-jin. Dia membayar bill seperti biasa, lalu mereka pulang dengan mobil Taehyung. Di perjalanan pulang Ye-jin diam saja.

Waktu yang sedikit ini... Waktu yang saat ini satu-satunya yang mereka punya, harus berantakan karena Taehyung punya agenda lain dengan ponselnya. Ye-jin kecewa, tapi dia tidak mau memarahi Taehyung, takut kemarahannya mempengaruhi pikiran Taehyung. Dia cukup peduli pada karir Taehyung dan tidak mau karir pria itu berantakan karena dia ngambek.

Ah, memangnya dia peduli dengan kemarahanku, pikir Ye-jin sinis. Bukankah dia sudah senang dengan perempuan lain? Di agensinya dia pasti bertemu banyak perempuan-perempuan cantik, yang lebih nyambung dengan mereka hidup di dunia yang sama. Di dunia showbiz. Apakah aku..

Apakah aku hanya hiburan sesaat baginya saja? Dia tak pernah mengakuiku, dan tak ada gerakan ke sana, sementara kedekatannya dengan banyak idol perempuan sudah sering terkuak di media. Dia tak pernah membantah atau mengiyakan terkait berita tersebut, membuat publik berasumsi dengan imajinasi mereka.

Mobil itu berhenti di depan apartemen tempat tinggal Ye-jin. Dia mengucap terima kasih, melepas seat belt, dan hendak membuka pintu mobil namun Taehyung menahan lengannya.

"Aku dan semua wanita yang dekat denganku hanya sebatas rekan kerja saja," katanya memahami kegalauan Ye-jin. "Kau tak usah ragukan apa yang kurasakan padamu. Aku tak pernah melakukan apa-apa dengan mereka."

"Aku tidak mau bahas ini," jawab Ye-jin menghindar.

Taehyung mencekal lengannya keras, membuat Ye-jin meringis. Pria itu menatapnya tajam-tajam. "Kau harus percaya padaku. Aku tidak mau kau menghancurkan malam ini dengan kau mencurigaiku."

"Aku? Menghancurkan malam ini? Ha!" Ye-jin menarik tangannya keras. Matanya menyala memandang Taehyung. "Kaulah yang menghancurkannya! Ini satu-satunya kesempatan kita bersama sebelum kau sibuk keliling dunia, tapi kau justru sibuk dengan ponselmu!"

Dibentak begitu membuat Taehyung terperanjat. Perempuan itu pasti sakit hati dengan sikapnya, tapi tak ada yang bisa dilakukannya untuk menghindari pekerjaan. Dia dan orang-orang di industri musik berkomunikasi tanpa mengenal waktu. Bisa pagi, siang, malam. Mereka tak peduli jika seorang artis punya kehidupan pribadi. Pekerjaan adalah yang utama.

Taehyung menghela napas. Terdengar frustrasi. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, membiarkan Ye-jin turun dari mobilnya. Ye-jin ingin sekali membanting pintu mobil mewah pria itu, tapi dia tidak mau mengundang perhatian orang sekitar dengan keributan yang ditimbulkannya. Tanpa menoleh pada Taehyung, dia berjalan masuk ke apartemen dengan wajahnya yang kesal.

"Jjangkaman! (Tunggu!)"

Ye-jin membalikkan tubuhnya untuk melihat Taehyung turun dari mobilnya. Ye-jin terbelalak. Taehyung lupa memakai topinya. Untung saja saat itu hari sudah gelap sehingga tak ada yang melihatnya kecuali Ye-jin.

Bagi Taehyung, Ye-jin adalah gadisnya. Dia tak nyaman gadisnya marah padanya. Dia takkan tenang kalau dialah yang menyebabkan kesedihan gadisnya. Taehyung dengan kakinya yang panjang berjalan mendekati Ye-jin dan membawa dagu perempuan itu ke wajahnya.

Bibir Taehyung mengecup-ralat-memagut bibir Ye-jin. Tangannya membelai-belai punggung perempuan itu.

"Mari habiskan malam ini di tempatmu, tanpa membicarakan pekerjaan kita sama sekali," ajaknya dengan napas terengah-engah.

*I hope you like the story*


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hubungan Rahasia | FF TAEHYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang