EMPAT BELAS

558 46 51
                                    

Direktur Kwon duduk di bagian dalam kedai. Dia tidak mengenakan pakaian kerja yang formal, melainkan hanya hoodie hitam dan celana jeans. Ye-jin menghampiri mejanya, meletakkan tas kerjanya di kursi dan siap mengeluarkan laptop dari tasnya, namun Direktur Kwon melarangnya.

 Ye-jin menghampiri mejanya, meletakkan tas kerjanya di kursi dan siap mengeluarkan laptop dari tasnya, namun Direktur Kwon melarangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk apa? Pertemuan ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan," katanya santai.

"Eh?" Ye-jin melongo. Dia memasukkan laptop-nya lagi ke tas. "Dalam rangka apa pertemuan ini, kalau begitu?"

"In-youp sudah menyampaikan ketidaktertarikanmu padaku, tapi aku tidak peduli," jawab Direktur Kwon tenang. "Sejak pertama kali bertemu, di mana kau begitu percaya diri dengan presentasimu, aku ingin mengenalmu lebih jauh."

"Tidakkah ini.. hm, melanggar etika antara klien dan profesional?" Ye-jin mengingatkan disertai kikuk yang kentara.

"Aku permudah saja. Berhenti menganggapku sebagai klien, dan kenal aku sebagai Jiyoung. Jika aku bukan direktur di perusahaan besar, apakah kau masih mau mengenalku?"

"Terus terang saya tidak tahu harus menjawab apa, karena saya pikir pertemuan hari ini berkaitan dengan proyek," jawab Ye-jin gamblang.

Direktur Kwon tersenyum masam. "Saya tidak punya banyak teman. Hanya sekitar empat orang yang kenal saya secara dekat. Saya juga tidak terbiasa mendekati wanita," katanya lirih. "Kau pasti canggung, dan ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Maaf jika cara saya mendekatimu terasa... salah."

Ye-jin tersentak. Dia menggeleng. "Tidak, bukan begitu, Direktur Kwon. Maaf, saya sendiri juga tidak terbiasa didekati pria." Benar, kan? Dia hanya didekati Taehyung dan itu sudah lama sekali. "Perusahaan tempat saya bekerja sangat meninggikan moral, dan saya takut jika saya berhubungan dengan klien, dalam hal ini Anda, saya harus melanggar moral itu sendiri..."

"Kalau kau simpanan saya, kau melanggar moral, tapi kalau kita berteman, apakah itu melanggar moral?" balas Direktur Kwon. "Kita awali saja hubungan ini dari pertemanan, dan jika pada akhirnya kita tidak bisa lebih dari itu, it's okay. Bagaimana?"

"Hm, saya tidak berbincang-bincang dengan teman di saat jam kerja," jawab Ye-jin tersenyum tak enak. Dia tidak bisa melanjutkan perbincangan ini dengan pria mana pun karena dia menghargai hubungannya dengan Taehyung.

Direktur Kwon melirik arloji Cartier-nya. "Sekarang di luar jam kerjamu, sudah jam setengah enam sore." Dia menyipitkan matanya. "Kau memang ingin menghindariku?"

Ye-jin tidak punya alasan lagi untuk mengelak. Dia perlahan mengangguk. "Saya... Saya sudah sampaikan ini pada In-youp saya belum ada keinginan untuk berhubungan dengan siapa pun."

"Karena pekerjaan?"

"Ya."

"Kau begitu menyukai pekerjaanmu. Kau pasti bercita-cita ingin jadi interior designer sejak kecil."

"Oh, tidak. Tadinya saya ingin jadi pemusik, tapi saat SMA saya menyadari bahwa keinginan saya adalah menggambar untuk seumur hidup..." Ye-jin terdiam menyadari dia baru saja dipancing untuk berbincang-bincang. Dia tertawa. "Saya tahu apa yang Anda lakukan."

Direktur Kwon mengedipkan satu matanya. "Lanjutkan ceritamu. Saya juga akan menceritakan kehidupan saya."

"Sungguh? Ceritanya akan panjang," jawab Ye-jin.

"Saya bisa mendengarkan."

Jadilah sampai malam mereka berada di kedai kopi itu, saling menukar cerita dan berpendapat. Beberapa kali terlibat dalam argumen. Untuk pertama kalinya, Ye-jin tidak risau melihat ponselnya menunggu kabar dari Taehyung.

Bahkan malam itu sebelum tidur dia tidak memikirkan Taehyung sama sekali.

*semoga kalian suka cerita ini*

Hubungan Rahasia | FF TAEHYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang