Wajah yang sudah entah berapa lama tidak pernah Ayla lihat ini muncul tiba-tiba dihadapannya.
Melihatnya dari ujung kepala hingga kaki. Seakan kedua bola mata Farhan adalah mesin scan yang melakukan 'scanning' ke tubuhnya itu.
Oh tentu saja ini bukan Ayla yang dulu!
Ayla yang sudah tidak mempedulikan Farhan yang ada dihadapannya itu lantas membuang muka dengan sopan. Ia memang sudah tidak peduli tapi bukan berarti ia tidak menghargai pria itu.
"Udahlah dia udah gak penting lagi. Yang penting gue makan!" ujar Ayla sambil mulai menyantap Zuppa soup yang menguarkan aroma yang menggugah selera.
Setelah seleasi dengan urusan makannya, Ayla mulai membaur dengan beberapa temannya.
Tentu saja ia akan melanjutkan urusan makannya nanti, namun untuk saat ini ia lebih baik bersosialisasi sebelum dia benar-benar kekenyangan menyantap semua makanan di pernikahan temannya ini.
Ada yang datang bersama kekasihnya, dengan suami atau istri, ada juga yang datang membawa rombongan pasangan, anak dan suster.
Ada juga yang datang sendirian seperti Ayla.
Mereka semua bertukar cerita tentang kehidupan masing-masing setelah memasuki fase dewasa.
"Gimana usaha lu La?" tanya seorang temannya.
"Alhamdulillah baik-baik aja. Everything went well. Tentu gak semulus itu, tapi semuanya baik-baik banget" ujar Ayla.
Temannya itu hanya mengangguk.
Melihat Mitha yang mulai membaru bersama yang lain, Ayla langsung mengalihkan pandangannya dan berharap agar wanita itu tidak menghampirinya lalu berbicara dengan semua omong kosong yang membosankan.
Yang ada mungkin Ayla harus menutup mulut temannya itu dengan lakban agar tidak banyak bicara.
Ditengah-tengah acara, MC pernikahan mengundang teman sekolah satu angkatan Ayla untuk naik ke atas pelaminan Dhisa dan berfoto bersama.
Mereka semua berbondong-bondong berjalan menuju pelaminan, lalu berbaris dengan posisi yang diatur oleh fotografer.
Ayla berdiri diantara teman-teman wanita seangkatannya. Tersenyum lebar ke arah kamera.
Sebelum benar-benar terfokus pada aba-aba fotografer, Ayla tak sengaja melirik ke sembarang arah dan mendapati Farhan menatapnya dari kejauhan.
****
"Bu, ini mau di pindahin ke kantor aja?" tanya seorang karyawannya sambil menunjuk ke sebuah rak berisi kumpulan buku-buku referensi desain pakaian milik Ayla.
"Iya, bawa balik ke kantor ya. Kita juga udah mulai masuk tahap sampling. Bawa aja. Langsung taro di ruang kerja saya ya" ujar Ayla.
Karyawannya itu mengangguk lalu mulai menggeser rak berukuran sedang itu.
"Bu Ayla, besok ada meeting sama brand mesin jahit yang mau nawarin produk mereka ya Bu. Di kantor mereka jam sembilan pagi" ujar sekretarisnya.
Ayla mengacungkan jempolnya ke arah sekretarisnya yang tengah mengandung itu.
Melihat perut sekretarisnya yang sudah membuncit, membuat Ayla berpikir, bagaimana rasanya akan menjadi ibu?
Walau terkesan cuek, dan sangat mementingkan pekerjaannya dibanding dengan kehidupan pribadinya, jauh di dalam lubuk hatinya Ayla ingin sekali menjadi seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Fragile
RomanceCantik. Cerdas. Karier yang gemilang. Sebutkan satu kekurangan dari seorang Ayla?! Tentu saja urusan cinta. Entah mengapa dewi fortuna tidak pernah berpihak padanya untuk urusan cinta. Entah itu dianggap tidak pantas, ditikung teman sendiri, hanya...