LI

93 7 0
                                    

"Harus berapa kali Papa bilang? Jangan ketemu lagi sama Geraldi!" ujar Papa keras.

"Aku cuman temenan aja Pa sama dia. Abis Papa ngomong gitu aku sama dia udah gak ada apa--apa lagi" ujar Ayla membela diri.

"Kamu emang tau niat terselubung dia? Enggak kan!" sahut Papa.

"Apaan sih Pa! Jangan suka nuduh-nuduh orang kayak gitu kenapa sih?!" sahut Ayla yang tidak terima.

Ia kenal betul Geraldi tipe orang yang seperti apa. 

"Udah ah papa! Jangan suka mikir-mikir negative apalagi sampe nuduh orang! Kalo gak bener tuduhannya nanti malu sendiri loh!" ujar Ayla yang sudah lelah dengan omelan Papa.

"Makanya kalo dikasih tau orang tua tuh dengerin! Papa juga gak bakalan ngomel kalo misalkan kamu nurut!" ujar Mama.

"Papa masih inget kok orangnya! Ini bukan masalah dia punya masa depan yang jelas aja, tapi soal agama juga! Papa juga maunya kamu dapet laki-laki yang paham agama!" ujar Papa.

"Ya sama Pa! Aku juga maunya gitu!" ujar Ayla.

"Udah ah! Capek!" ujar Ayla yang kemudian berlalu menuju kamarnya.

"Padahal niatnya ke sini mau ketemu Papa-Mama, malah di omelin begini! Kenapa sih pada suudzon semua sama Aldi, dia kan gak kayak gitu!" ujar Ayla kesal.

Ditenghah rasa kesalnya, ponsel yang tengah di charge bergetar. Ada pesan masuk.

Geraldi

Kamu lagi free gak? Kita jalan yuk?

Ayla segera membalas Geraldi jika kali ini ia tidak bisa menuruti ajakn Geraldi, karena ia berada di rumah orang tuanya dan saat baru saja ia bertengkar tentang Geraldi dengan kedua orang tuanya.

"Seenggaknya, kalo pun emang gak setuju ya kenal dulu lah orangnya kayak apa"


****


"Okay, untuk meeting besok berarti fix diundur ya?" tanya Geraldi pada ponselnya yang berada dalam mode loudspeaker karena tengah fokus bekerja.

"Yaudah kalo gitu, selainnya follow up aja ya. Terima kasih" Geraldi menutup pembicaraannya dengan rekan kerjanya di ponselnya.

Akhir-akhir ini pekerjaannya cukup menumpuk, jika biasanya ia masih bisa mencuri kesempatan untuk coffee break, kali ini ia tidak bisa. 

"Pak, ini ada paket buat Pak Geraldi" ujar seorang office boy yang datang sambil membawa sebuah paper bag berukuran sedang, dengan sebuah kertas yang di staples bertuliskan Untuk : Geraldi Suryana 

Setelah mengucapkan terima kasih, Geraldi mengerutkan keningnya. Siapa yang mengirimkan paket ini untuknya? Biasanya teman-temannya pasti mengabarinya jika hendak mengirimkan sesuatu, namun kali ini tidak.

Ia menarik kertas berwarna putih yang di staples pelan-pelan, berharap bisa membaca siapa pengirimnya dari tulisan tangannya. Namun ia tidak mengenali tulisan tangan tersebut. 

"Siapa yang kirim ya?" tanya Geraldi. Baru ketika ia membalikkan kertas, ia menemukan nama Ayla dan pesan singkat dari gadis itu.

Aku udah kirim WA ke kamu, tapi mungkin kamu lagi sibuk. Ini buat iseng-iseng nyemil di kantor ya hihihi 

 "Loh, dia WA? Kok gak masuk?" Geraldi segera mengambil ponslenya dan memeriksa WhatsApp nya.

Benar saja, ada tiga pesan tidak terbaca dari Ayla. 

"Padahal udah masukin WA di latop, tapi gak keliatan juga" ujar Geraldi yang kemudian membalas pesan Ayla.

Ia pun membuka lipatan selotip yang merekatkan bibir paperbag dan mengambil sebuah kotak di dalamnya.

Ayla membuatkan keripik kentang untuknya. Keripik yang benar-benar Ayla buat sendiri. Gadis itu juga memberikan beberapa perisa makanan dan juga saus tomat dan mustard. Ayla paham Geraldi tidak suka pedas.

Geraldi tersenyum dan membuka kotak tersebut.

 "Tau aja dia gue lagi laper gini" ujar Geraldi yang beristirahat sebentar dari pekerjaannya dan menikmati cemilannya.


"Kok tumben Mama masak banyak?" tanya Geraldi saat melihat ada beberapa lauk yang bervariasi dia atas meja makan.

"Gak ada apa-apa, emang lagi mood masak aja itu adekmu" ujar Mama sambil menunjuk Siska yang menaruh piring lain berisi lauk.

"Lagi ngedeketin cowok ya lu?" tanya Geraldi tiba-tiba.

"Ih kok jadi deketin cowok sih?" tanya Siska.

"Ya kali aja kan. Lu lagi deketin cowok terus pengan ngasih tau kalo misalkan lu bisa masak, nah masak di rumah gini itungannya pemanasan dulu" ujar Geraldi.

"Enak aja! Emang lagi demen masak aja kok! Mending kenalin aja cewek lu yang lu sembunyiin selama ini!" sahut Siska meledek kakaknya.

"Udah ah! Ini berdua ribut melulu!" omel Mama sambil menata piring.

Makan malam keluarga berlangsung dengan santai. Tidak ada obrolan apapun karena semuanya menikmati makan malam. 

Geraldi bahkan menambah beberapa kali karena lauk yang di masak oleh adiknya ini. 

"Sering-sering dong kayak gini" ujar Nico sambil menambah lagi cumi saus tiram ke piringnya.

"Iya, sering-sering kek. Gue dibawain bekel ke kantor kalo menu nya kayak gini juga gapapa deh" timpal Geraldi.

"Beneran ya!!" ujar Siska dengan semangat.

"Kamu tapi harus bangun pagi kamu bikinin bekel buat kakak-kakakmu ini" ujar Papa.

"Ih capek banget bangun pagi buat mereka berdua. Kalo aku minta tolong anterin aja pagi-pagi, suka berisik banget kalo dibangunin!" ujar Siska.

"Ya makanya belajar mobil!" seru Geraldi yang di benarkan oleh Nico.




Mr. FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang