XXXIX

119 10 0
                                    

"Jadi perkembangan hubungan lu sama Geraldi gimana?" tanya Elena tiba-tiba.

Ayla yang tadinya sedang fokus memasak nasi hainan untuk sahabatnya ini tiba-tiba terhenti. 

"Cuman temenan kok!" ujar Ayla sedikit keras, lalu lanjut memasak.

"Yakin?" tanya Elena menggodanya sambil mengambil lagi camilan keripik kentang yang di belinya.

"Yakinlah" ujar Ayla.

"Lagian, gue sama dia juga beda server tau!" tambah Ayla lagi. Entah mengapa hatinya mencelus ketika mengutarakan fakta ini pada Elena.

"Beda server? ...... Oh ......" sempat bingung, namun akhirnya Elena mengerti kemana maksud Ayla.

"Yah, gak bisa deh" ujar Elena sedih.

"Kenapa sedih begitu lu ngomongnya?" tanya Ayla heran sambil menata potongan ayam di atas nasi hangat untuk dirinya dan Elena.

Di waktu senggangnya, Ayla senang memasak. Entah itu membuat kue, menu makan siang atau camilan untuk di kantor.

"Ya sedih aja gitu, kalian padahal cocok" ujar Elena enteng.

Ayla hanya bisa menghela napas, lalu menoleh ke arah temannya. 

Dimana letak kecocokan antara dirinya dan Geraldi?

Ayla memang merasa cocok untuk berteman dengan Geraldi.

Geraldi dewasa, wawasannya luas, bisa menghargai dirinya, tidak kaku, baik, senyumannya selalu tulus. Namun Ayla sadar ada batas yang ia dan Geraldi tidak bisa lewati.

Sejak menyadari itu, Ayla sebenarnya mencoba untuk tidak terlalu dekat dengan Geraldi, karena yang sudah Ayla sadari, dirinya pelan-pelan sudah mulai membuka hatinya kembali tanpa ia sadari. 

Ayla takut untuk kecewa lagi. Ia tidak siap untuk itu.

"Tapi gue liat-liat Geraldi tuh tipe lu" ujar Elena lagi. 

Iya, memang Geraldi ini tipe idaman Ayla. 

"Nih udah jadi, sini makan!" Ayla memanggil Elena, sekaligus mengalihkan perhatian temannya itu. Ayla paham betul perhatian Elena akan teralihkan dengan kehadiran makanan. 

Elena pun segera meloncat dari sofa ruang tengah apartemen Ayla, dan segera menuju mini bar yang sering kali dijadikan Ayla meja makan jika ia makan sendirian atau hanya berdua dengan temannya.


****


Saga sebenarnya kikuk jika harus duduk diantara sepasang kekasih. 

Namun terkadang ia tidak bisa menghindar dari situasi tersebut. 

Walaupun Vanny baik dan ramah padanya, namun Saga tidak terlalu dekat dengan calon kekasih sahabatnya itu. 

Si Farhan kemana sih?! Ke toilet lama amat!

"Kalian udah pesen makan?" tanya Farhan.

Baru saja ia membatin, tahu-tahu Farhan sudah datang menhampirinya dan Vanny.

"Aku masih liat-liat" ujar Vanny yang masih sibuk dengan buku menu di hadapannya. Vanny memperhatikan satu per satu menu makanan dengan anggun. 

Jiwa sosialita seorang Vanny Indriana bersinar dengan anggunnya. 

Saga diam-diam memperhatikan dua sejoli yang ramai dibicarakan oleh infotainment ini. Vanny dan Farhan sebenarnya cocok.

Saga pikir, Farhan benar-benar akan serius dengan Vanny. Namun dugaannya salah, entah bagaimana ceritanya Farhan dan Ayla bisa bertemu lagi, temannya ini tiba-tiba jadi berputar haluan mendekati gadis yang pernah ia patahkan hatinya bertahun-tahun lalu.

Saga jadinya membandingkan Ayla dengan Vanny.

Dua wanita berbeda yang sekarang berada disekitaran Farhan. 

Vanny yang anggun, lembut, dan penuh wibawa serta sangat feminin berbanding terbalik dengan Ayla yang lebih keras, tegas, dan cerdas. Pembawaan Ayla bisa feminin, bisa juga jadi tomboy. Tergantung dengan mood gadis itu.

Berbeda dari Vanny yang memang sudah terlahir dari keluarga berada. Ayla herus bekerja keras hingga akhirnya bisa berada di posisi saat ini. Memiliki brand miliknya sendiri hingga sebesar itu, tentu saja membutuhkan kerja keras. Saga sekarang jadi paham mengapa Ayla terkesan lebih keras. 

Selain memang dirinya seorang pemimpin perusahaan, Ayla juga sudah terbiasa menghadapi kerasnya hidup.

Bedanya, Vanny masih meladeni Farhan -bahkan tidak tahu jika pria itu sebenarnya  sudah memutar haluan- sedangkan Ayla sudah terang-terangan tidak mau tahu apapun tentang pria dari masa lalunya itu. 

Ditengah imajinasinya itu, Saga melirik ke sembarang arah di dalam restoran dan kedua matanya seketika membulat kaget menangkap sosok yang masih ada di dalam benaknya.

Ayla masuk sambil mencari seseorang, hingga beberapa saat kemudian seorang pelayan menghampirinya.

Saga kembali melirik dua orang yang ada di hadapannya itu.

Vanny dan Farhan sama-sama sibuk dengan ponsel masing-masing.

Saga pun sudah membulatkan tekad untuk tidak memberitahu Farhan perihal Ayla. Ia benar-benar tidak siap dengan hal tak terduga yang selanjutnya akan terjadi.

Setelah itu, Ayla sudah tidak terlihat lagi. Mungkin ia sudah menemukan orang yang akan ia temui.


****


"Sekali-sekali brunch yang agak fancy boleh lah ya" ujar Geraldi sambil menuangkan teh ke cangkir Ayla.

Di ruang private itu keduanya menikmati brunch yang sudah keduanya rencanakan beberapa hari lalu.

"Boleh. Aku diajak kaki lima boleh, bintang lima juga boleh. Lidahku gampang adaptasi kok" jawab Ayla riang.

Dengan kaus polo merah maroon dan  begini, harus Ayla akui Geraldi nampak lebih santai dan lebih muda. 

Dengan floral dress begini, Ayla juga tampak lebih segar. Harus Geraldi akui Ayla terlihat begitu santai.

"Untung kamu pesen yang private begini. Pas sampe lumayan penuh juga ya weekend begini. Kalo gak kayaknya kit agak kebagian tempat" ujar Ayla.

"Aku beberapa kali ke sini, jadi udah lumayan paham sama keadaan restorannya" jawab Geraldi.

"Oh ya, kamu suka ramen gak? Aku kemaren baru nemu restoran ramen gitu, di daerah Lebak Bulus sama Melawai, kamu mau ke sana gak kapan-kapan?" tanya Ayla melipat kedua tanganya di atas meja, sedikit memajukan tubuhnya.

"Boleh aja. Oh iya, kapan kita mau ke toko buku lagi?" tanya Geraldi sambil tersenyum lebar.

Kini, keduanya sudah mulai paham kesukaan masing-masing.

"Aku untuk dua minggu ke depan belum bisa jalan-jalan santai begini sih, ada banyak kerjaan di tambah lagi aku ada business trip juga. Gapapa?" ujar Ayla, dengan nada sedikit sedih.

"Gapapa, santai aja kok. Aku juga belum tau kerjaanku selama ke depannya gimana, bisa santai kayak biasa, bisa juga sibuk banget" sahut Geraldi.

"Kamu tadi pesen apa by the way" tanya Geraldi.

"Aku pesen croissant sama puff pasty gitu, isinya satu daging asap, satu ikan tuna. Kamu?" tanya Ayla.

Entah mengapa kedua bola mata Ayla terlihat begitu menarik di matanya. 

"Aku pesen cheese cake, cuman satu juring. Aku mau coba, kalo enak baur mau pesen lagi" jawab Geraldi dengan senyum lebar.

Dan keduanya pun larut dalam obrolan asyik. 

Baru kali ini, Ayla dan Geraldi benar-benar melupakan ponsel mereka






Mr. FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang