XXVIII

162 15 5
                                    

Suasana bar yang sepi membuat Geraldi jadi semakin bisa menyendiri.

Entah sudah berapa lama ia tidak pernah bertemu lagi dengan Ayla. Pernah sesekali ia berharap akan bertemu kembali dengan gadis itu namun sepertinya memang belum waktunya ia bertemu lagi dengan Ayla.

Seorang bartender yang sudah akrab dengannya langsung membuatkan pesanannya ketika Geraldi datang dan menyapanya sedikit.

Alunan musik yang diputar membuatnya semakin larut dalam keheningan. Geraldi benar-benar bisa meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, setelah beberapa waktu terakhir ini ia sibuk dengan pekerjaannya.

Jari telunjuknya mengitari bibir gelasnya. Kedua matanya menatap gelas yang masih terisi penuh itu.

Empat tahun setelah hubungannya kandas dengan mantan kekasihnya, Geraldi belum menemukan tambatan hati lagi. Pernah sesekali ia dekat dengan beberapa wanita, namun harus ia akui, tidak ada yang benar-benar membuatnya merasa nyaman seperti ketika ia mengenal Ayla.

Gadis yang satu ini unik di matanya. Entahlah. 

Belum pernah ia melihat seseorang begitu hangat dan luwes seperti yang Ayla lakukan padanya. 

Ia tersenyum kecil mengingat momen keduanya menyantap nasi goreng tek-tek di pinggir jalan. Pertemuan tidak terduga itu membuatnya jadi mengenal Ayla sedikit lebih banyak. Spontanitas yang Ayla tunjukkan padanya membuatnya terkejut namun juga menyenangkan hatinya.

Ayla Sofia 

"Namanya cantik" ujar Geraldi. 

"Nama siapa yang cantik?" suara tepukan yang bersamaan dengan tarikan kursi di sebelah kanannya membuat Geraldi terlonjak sedikit.

"Bikin kaget aja!" ujar Geraldi ketika melihat Sandy, sahabatnya duduk di sebelahnya.

Sandy memberikan isyarat pada bartender untuk membuat pesanan langganannya.

"Jadi gue dapet laporan dari anak-anak katanya seorang Geraldi Suryana udah mulai melunak nih" ujar Sandy memeriksa ponselnya. Takut-takut jika istrinya menitipkan pesan untuk membeli sesuatu.

Geraldi tertawa mendengar ucapan temannya itu.

"Gue sedingin apa sih mata kalian? Apa sampe segitunya perubahan gue?" tanya Geraldi masih tertawa.

"Iya! Gue aja curiga kok lu mulai lebih sering senyum dan anaknya jadi lebih relaks. Padahal biasanya lebih pendiem dan dingin banget kayak freezer abis di bersihin" sahut Sandy.

"Jadi .... Nama siapa yang cantik?" tanya Sandy dengan tatapan menuduhnya.

Geraldi benar-benar tidak bisa berkutik ketika temannya ini bertanya.

Ia yakin Sandy tidak salah mendengar karena yang Sandy ucapkan adalah yang ia ucapkan.

"Gak ada, cuman partner baru nama panjangnya ternyata cantik" ujar Gerladi mengalihkan pandangannya dari Sandy.

"Partner kerja? Partner hidup? Partner apaan?" tanya Sandy.

Kalo bisa sih, partner hidup 

"Ah!" Geraldi memukul ringan lengan temannya itu.

"Tapi gue seneng ngeliat lu yang sekarang, jadi kayak dulu lagi" ujar Sandy. Pikirannya terbang ke beberapa tahu lalu, ketika Geraldi berubah menjadi dingin seperti itu saat hubungannya dengan mantan kekasihnya kandas.

"Jadi kapan rencana lu mau ngenalin cewek itu?" tanya Sandy lagi.

"Cewek apaan sih?!" sahut Geraldi kesal karena temannya itu sepertinya sudah mengetahui situasi yang sebenarnya, bahkan saat ia belum mau menceritakan apapun.

Mr. FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang