Untuk pertama kalinya, Ayla akhirnya dengan berani menatap Farhan langsung di kedua bola mata pria itu.
Ia sudah tidak tahan dengan sikap pria yang satu ini, dan merasa sudah saatnya pria ini diberi peringatan keras.
"Lu pikir gue gak tau berita yang beredar soal lu sama Vany?" tanya Ayla sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Mendengar nama wanita yang tengah ia dekati, Farhan tidak bisa menyembunyikan keterkejutanya.
"Itu kan cuman gosip" ujar Farhan.
"Gosip? Kalian kemarin makan malam romantis di Pierre, dan lu pikir gue gak tau?" ujar Ayla dengan mengangkat dagunya agak tinggi.
Farhan tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kagetnya.
"Semalem gue pun ada di sana, and I saw you, having a romantic dinner with her, while out there, you're busy flirting with me. Gak mikirin perasaan Vany gimana?" tanya Ayla dengan berani.
"Mendingan lu berhenti deketin gue. Saga pun pasti udah kasih tau gimana jijiknya gue ke lu kan?" ujar Ayla lagi, lebih berani.
"Berhenti sebelum lu nyesel" desis Ayla lalu meninggalkan Farhan yang berdiri dengan penuh tanda tanya, bagimana ceritanya Ayla bisa mgnetahui makan malamnya dengan Vany. Tentu saja gadis itu tidak segila itu untuk membuntutinya.
Sudah cukup pria yang satu ini dulu membuatnya malu, lalu sekarang seperti tidak ada apa-apa ia mendekati Ayla kembali.
Walau luka yang Farhan torehkan sudah sembuh, namun luka tersebut masih membekas di hati Ayla, dan tidak akan pernah ia lupakan patah hati terberatnya itu.
Sesekali, kalau perlu, Ayla harus memberinya satu pelajaran berharga agar pria itu berhenti dan sadar apa yang sudah ia lakukan di masa lalu tidak akan pernah bisa di tolerir lagi oleh Ayla.
Derap langkahnya membuat sepatu hak tingginya sepertinya bisa melubangi lantai pusat perbelanjaan yang tengah ia datangi ini.
Niatnya untuk melihat-lihat tas koleksi terbaru dari salah satu butik kenamaan harus dibatalkan karena mood Ayla yang seketika rusak karena bertemu dengan Farhan yang semakin hari semakin tengil.
"Sial banget hari gue kalo ketemu dia!" Ayla memukul kemudi mobilnya sambil menyalakan mesin mobilnya. Mengarahkan mobilnya keluar dari area parkir.
Ayla memilih kembali ke kantornya. Seharusnya, jika tadi ia jadi menyambangi butik tersebut, ia akan kembali ke kantornya kurang lebih dua jam lagi. Namun semuanya jadi lebih cepat karena Farhan sukses membuat mood Ayla rusak, serusak rusaknya.
Selama menyetir, sebisa mungkin Ayla meredam emosinya dan tidak ingin terlihat kesal di depan karyawan-karyawannya. Ia bukan tipe atasan yang akan melampiaskan amarahnya karena hal lain pada karyawannya yang tidak tahu apa-apa.
Ketika mobilnya sudah mulai memasuki area komplek kantornya yang terletak di tengah-tengah perumahan ini, Ayla melihat sebuah mobil SUV dengan kap depan terbuka, terparkir tidak jauh dari gerbang kantornya. Si pemilik mobil rupanya tengah kebingungan mobilnya yang mogok ini.
Pria bertubuh tinggi lengkap dengan pakaian kerjanya itu berkacak pinggang di depan mobilnya. Entah berpikir atau merutuki mobilnya yang mogok di tengah-tengah perumahan begini.
Begitu melihat mobil bosnya mendekati gerbang utama melalui CCTV, satpam yang hari itu bertugas segera membukakan gerbang. Ayla yang tengah menunggu gerbang kantornya itu dibuka, memperhatikan pria yang tengah sibuk menelfon itu.
Ketika pria itu membalikkan tubuhnya, Ayla terkejut.
****
"Udah santai aja sih" ujar Ayla sambil memeriksa laporan dari bawahannya. Membiarkan Saga bekerja di sofa tamu ruang kerjanya.
"Lagian di luar ini ujan gede, lu balik ke kantor bisa lama banget. Kerjain aja kerjaan lu di sini sebagian, tenang aja gue gak minta ganti rugi wi-fi kok"
"Ya tapi mobil gue gimana? Ini aja orang bengkelnya belom bisa dateng, kejebak ujan gede" ujar Saga.
"Mobil lu nginep di sini buat di betulin juga gapapa kok. Ntar gue anterin lu balik ke kantor lu, kalo perlu ke rumah lu sekalian" jawab Ayla sekenannya.
Saga terbelakak sendiri mendengar jawaban Ayla.
Jika Farhan mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini, pasti temannya itu akan mencari seribu satu alasan agar bisa menyambangi kantor Ayla.
"Kalo laper bilang, ntar gue suruh OB beliin atau masakin makanan pesenan lu" ujar Ayla lagi.
Saga benar-benar diperlakukan seperti raja di kantor Ayla.
"Udah cukup banget yang lu kasih. Thanks Ayla" ujar Saga.
Ayla hanya mengangguk sekilas tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.
Melihat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan dirinya kembali ke kantor, Saga pun memutuskan untuk bekerja dari kantor Ayla.
Walau Ayla sudah mengizinkannya untuk menggunakan meja tamu untuk menaruh bearang-barangnya, namun Saga canggung dan tidak enak sendiri.
Ruang kerja Ayla sangat amat nyaman.
Bangunan bergaya minimalis bertingkat tiga ini benar-benar unik menurut Saga. Kantor Ayla yang terletak di lantai paling atas, membuatnya dapat melihat pemandangan khas perumahan elit Jakarta.
"Yang di belakang lu itu, ruangan apaan?" tanya Saga menunjuk ke sebuah pintu kaca di belakang Ayla.
"Kamar tidur darurat kalo gue harus stay di kantor. Di lantai dua juga ada kamar buat karyawan kalo mereka harus lembur" ujar Ayla.
Saga hanya mengangguk.
Keduanya pun sibuk bekerja dengan pekerjaan masing-masing. Jika saja kantornya senyaman ruang kerja Ayla, Saga rela memindahkan kamarnya di rumah ke ruang kerjanya di kantor.
Sekretaris Ayla masuk sambil membawakan makanan ringan pesanan Ayla.
"Buk, itu siapa?" bisik sekretarisnya.
"Temen sekolah. Kenapa?" tanya Ayla cuek, melirik sekilas ketika makanan ringannya di letakkan.
"Gak apa-apa Bu" sahut sekretarisnya sambil mencuri-curi pandangan pada Saga yang sibuk dengan laptop dan ponselnya.
Dengan posisi Ayla sebagai founder tentu saja ia memiliki banyak kenalan kelas atas dengan paras yang rupawan. Walau buka seorang founder namun ternyata wajah Saga cukup mencuri perhatian seisi kantor Ayla.
Berpikir jika pria ini mungkin kandidat calon pacar Ayla.
"Kamu ambil yang gak pedes, terus kasih ke dia" ujar Ayla pada sekretarisnya.
Tanpa babibu, sekretarisnya melakukan tugasnya.
"Silahkan Pak" ujar sekretarisnya itu dengan manis.
Saga menoleh ke arah kantong makanan yang di letakkan di sudut meja, lalu beralih menatap sekretaris itu sambil tersenyum. "Terima kasih"
Salah tingkah dengan respon Saga, sekretaris itu langsung membalikkan badan dan segera keluar dari ruangan Ayla.
"Gue gak tau lu doyan pedes apa gak, jadi gue ga beliin yang pedes" ujar Ayla sambil membuka makaroni miliknya.
"Kita sering makan bareng dan lu gak tau gue suka pedes apa gak?" tanya Saga terawa kecil.
"Yang lu beli aja selalu makanan kecil. Mentok-mentok sandwich yang sedikit berat" sahut Ayla.
Ayla menatap Saga yang bekerja sambil sesekali menyendokkan makaroni ke mulutnya.
Walau bersahabat, namun Saga dan Farhan adalah dua orang yang berbeda. Saga lebih bisa menghargai wanita, sedangkan Farhan lebih suka mempermaikannya.
Justru Ayla malah heran mengapa Saga yang nampaknya sudah siap untuk berkomitmen pada hubungan serius malah masih single, sedangkan Farhan malah dengan mudah mendapatkan kekasih.
Tapi jika dilihat-lihat, Saga tidak terlalu buruk.
Saga ganteng juga kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Fragile
RomanceCantik. Cerdas. Karier yang gemilang. Sebutkan satu kekurangan dari seorang Ayla?! Tentu saja urusan cinta. Entah mengapa dewi fortuna tidak pernah berpihak padanya untuk urusan cinta. Entah itu dianggap tidak pantas, ditikung teman sendiri, hanya...