"Hari ini gak bisa Ma, aku ada urusan, mau ke bank dan kayaknya butuh waktu agak lama deh" ujar Ayla sambil membereskan isi tasnya untuk besok pagi.
"Gak apa-apa 'kan kalo misalkan Mama sama Papa aja? Aku bener-bener gak bisa, kalo ditunda lagi nanti makin lama" ujar Ayla lagi.
"Yaudah gak apa-apa kalo gitu" ujar Mama, yang kemudian pamit dan menutup sambungan telefon pada putrinya ini.
"Ini buku tabungannya mana sih?!" omel Ayla sambil membongkar brankas miliknya itu. Beberapa surat penting yang ia simpan di brankas bertebaran dimana-mana.
Paspor, beberapa surat dan sertifikat kepemilikan, dan benda-benda berharga lainnya bertebaran di lantai.
"Nah ini akhirnya ketemu! Salah sendiri kenapa gue taro di dalem brankas begini, taro di laci juga sebenernya udah aman" ujar Ayla mengomeli dirinya sendiri.
Ia kemudian berdiri dan memasukkan buku tabungannya ke dalam tasnya.
"Buset berantakan banget gue nyari buku tabungan doang" Ayla kembali berjongkok dan membereskan seluruh surat-surat penting miliknya itu.
Ayla yang sebenarnya sudah rapih, dengan riasan yang juga sudah on point.
Namun karena perkara buku tabungannya yang tidak kunjung ditemukan ini, akhirnya mau tidak mau Ayla harus membedah lagi seluruh laci yang ada di dalam kamarnya itu.
Setelah memastikan kompor dan setrikaannya mati, serta pintu balkon apartemennya terkunci dengan benar, Ayla pun meninggalkan apartemennya itu.
"Udah jam setengah sembilan aja. Gue harus buru-buru ini, kalo gak bisa kelamaan ngantri!" ujar Ayla sambil merogoh saku celannya.
Ia mengabari sekretarisnya jika hari ini ia akan lebih terlambat dari biasanya karena ia harus pergi ke bank.
Setlah pintu lift terbuka, Ayla melangkah dengan cepat menuju parkiran mobil untuk segera pergi.
Dari kejauhan Ayla yang melihat sudah banyak nasabah yang mengantri.
"Tuhkan, ini baru jam sembilanan aja udah se rame ini" keluh Ayla sambil berjalan menuju kantor pusat bank tersebut.
Ayla menimbang-nimbang haruskah ia pindah ke kantor cabang lain atau tetap berada di sini?
"Udahlah disini aja, kelamaan kalo harus keluar gedung segala macet-macetan lagi" ujar Ayla yang memantapkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam bank.
"Kamu yang kemaren ngasih aku tisu 'kan?" suara berat itu membuat Ayla langsung menoleh ke arah kanan.
Pria yang kemarin ia tolong itu berdiri dihadapannya.
Dengan setelan pakaian kantor, kedua bola mata Ayla seperti menyensor penampilan pria yang ada dihadapannya.
"Nggg iya, kenapa ya?" tanya Ayla dengan ekspresi heran.
"Kamu ada perlu ke bank?" tanya pria itu melihat Ayla menggenggam buku tabungannya.
"Eh iya, buku tabungan aku udah habis, terus ada yang mau aku urus juga rekening buat usaha aku" ujar Ayla dengan nada polos.
Pria itu mengangguk mengerti maksud dan tujuan Ayla datang ke sini.
"Kayaknya antriannya banyak banget" sedikit mendongakkan kepalanya, pria itu mengintip ruang tunggu yang seluruh kursinya sudah penuh dengan nasabah yang mengantri.
"Kamu ikut aku yuk" ujar pria itu.
"HAH?" tanya Ayla tidak percaya.
"I-i-ikut kemana?" tanya Ayla dengan terbata-bata.
"Udah ikut aja. Aku gak bakalan macem-macem kok" ujar pria itu.
Ayla tahu-tahu menurut saja ketika diajak pergi meninggalkan lobby kantor pusat bank tersebut.
Tidak pernah Ayla duga, ia justru di bawa ke bagian pelayanan priority.
Seorang satpam tersenyum dengan ramah ke arah pria itu.
"Customer service ada yang kosong?" tanya pria itu.
"Ada satu yang kosong Pak, dua lagi sedang melayani nasabah Pak" jawab satpam berbadan tegap dengan nada yang super ramah.
"Yaudah, kamu sama customer service yang kosong aja ya"
Ucapan itu benar-benar membuat Ayla kaget sekaligus ingin menganga selebar mungkin.
Nasabah bagian sini juga bukan, tapi bisa-bisanya gue di kasih pelayanan beginian dengan mudah?
"Aku di sini ... Gapapa?" tanya Ayla dengan nada ragu.
Pria itu mengangguk sambil tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi rapihnya.
Beberapa saat kemudian, Ayla pun duduk di sofa empuk nan nyaman, 'mencurahkan' segala maksud dan tujuannya datang ke bank.
Petugas bank yang sangat ramah itu, mengurus satu per satu keperluan Ayla, karena ada beberapa urusan lain, jadinya Ayla harus melewati beberapa prosedur.
Melihat Ayla yang sepertinya masih lama, pria itu melambaikan tangan tanda pamit padanya, lalu keluar dari ruangan khusus nasabah yang diprioritaskan.
Ayla sedikit membungkukkan tubuhnya lebih ke bawah karena ia benar-benar berterima kasih sudah dilayani dengan baik, dan semua urusannya hari ini beres!
Ia bisa kembali ke kantornya dengan tenang dan lanjut bekerja.
Ayla turun menggunakan lift, lalu berjalan dengan riang.
"Tapi itu cowok namanya siapa? Gue belum bilang makasih sama dia. Mustinya gue tadi nanya aja sama satpam! Namanya siapa, posisinya apa, kantornya di lantai berapa! Idih gitu doang kenapa gak kepikiran sih Ayla Sofia??!!" Ayla memukul pelan keningnya itu.
Sadar ia harus berterima kasih, Ayla mencari-cari sosok yang sudah membantunya pagi ini.
"Kalo dipikir-pikir, ini orang cuman gue bantuin kasih tisu sana band aid aja, bales budinya bener-bener sampe segininya" ujar Ayla sambil celingkungan seperti orang ilang.
"Urusannya udah selesai?" suara yang mulai familiar di telinganya itu membuatnya seketika memutar tubuhnya.
"Haa!! Ini dia!!" ujar Ayla sambil menunjuk pria yang ada di hadapannya dengan telunjuk tangan kanannya.
"Kamu nyariin aku?" tanya pria itu.
"Iya! Aku pikir kita gak akan ketemu lagi, padahal aku harusnya bilang terima kasih ke kamu udah bantuin aku, sampe segininya" ujar Ayla dengan nada riang, karena semua urusannya selesai dengan tuntas dan pelayanan yang ia terima memuaskan.
"My pleasure" ujar pria itu sambil tersenyum hangat.
"Aku balik ke kantor aku dulu ya, ini juga udah siang banget" ujar Ayal yang hendak pamit.
"Gak makan siang dulu? Ini udah mepet lunch time loh" ujar pria itu.
"Gak usah. Aku makan dikantor aja" sahut Ayla cepat. Ia tidak ingin jika acara makan siang dengan pria asing ini malah menjadi balas budi bagian kedua.
"Tunggu sebentar, dari awal ketemu kita belum kenalan. Kalo kamu gak keberatan, nama kamu siapa?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Ayla"
"Geraldi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Fragile
RomanceCantik. Cerdas. Karier yang gemilang. Sebutkan satu kekurangan dari seorang Ayla?! Tentu saja urusan cinta. Entah mengapa dewi fortuna tidak pernah berpihak padanya untuk urusan cinta. Entah itu dianggap tidak pantas, ditikung teman sendiri, hanya...