Seketika Geraldi jadi anak SMA yang bingung bagaimana caranya mengatur pertemuan tidak sengaja dengan gadis yang ia sukai.
Eits .. Tunggu
Suka?
Melihat Ayla dengan setelan pakaian rumahnya melenggang masuk ke dalam coffee shop yang ia datangi, Geraldi langsung berpikir keras bagaimana caranya ia bisa seakan-akan tidak sengaja bertemu Ayla, lalu mengajak gadis itu makan bersamanya.
Tanpa berpikir panjang, Geraldi meninggalkan makanannya dan turun ke bawah untuk memesan makanan lagi.
"Ayla?" tanya Geraldi seolah-olah ia kaget bertemu dengan Ayla.
"Halo!" gadis itu menyapanya dengan riang sambil melambaikan tangannya.
Rambut di cepol asal menggunakan jepitan rambut, kaus rumahan yang ditutupi jaket parka berwarna hijau tua, dan celana panjang rumahnya benar-benar membuat Ayla tidak terlihat seperti biasanya. Tidak ada riasan di wajahnya.
Jika Geraldi tidak mengenalinya, mungkin ia akan mengira Ayla adalah seorang anak SMA.
"Kamu lagi makan di sini juga?" tanya Ayla sambil memasukkan kunci mobilnya ke dalam saku jaketnya, dan mengeluarkan card holder dari saku dalam jaketnya.
"Iya, tadi mampir. Aku mau pesen makanan juga" ujar Geraldi sedikit salah tingkah.
"Saya pesen french fries yang medium satu ya" ujar Geraldi pada kasir.
"Kamu makan dimana?" tanya Ayla sambil melihat-lihat menu makanan yang terpampang di sebuah papan besar di atas kasir.
"Diatas, di smoking area" ujar Geraldi.
Ayla hanya mengangguk sambil memilih mana yang akan ia pesan.
"Saya pesen ice lychee tea satu. Makanannya saya pesen chicken burger pake extra keju ya" ujar Ayla.
"Makan di atas yuk?" ajak Geraldi penuh harap.
"Ayo!" sahut Ayla dengan penuh keriangan.
****
Sekarang Geraldi menyesali keputusannya menambah pesanannya dengan membeli french fries. Yang harus ia habiskan sekarang adalah segelas iced latte, seporsi mac n cheese, seporsi beef burger, dan tidak ketinggalan, french fries berukuran medium.
Walau tidak berkomentar, namun Geraldi yakin Ayla sudah paham jika ia memiliki nafsu makan yang banyak.
"Kamu kalo mau french fries ambil aja ya" ujar Geraldi, menyodorkan piring berisi kentang oreng tersebut ke tengah.
Sedangkan Ayla sibuk menuangkan saos sambal ke bagian tengah burger.
Buset banyak bener cabenya.
Geraldi bergidik ngeri melihat Ayla menaruh sambal cukup banyak. Belum lagi, gadis itu masih mencocol burger yang sudah di gigitnya ke wadah sambal.
Sambel segitu emang kurang pedes apa? Sampe dia harus nyocol lagi?!
"Kamu suka sambel?" tanya Ayla sambil mencomot kentang goreng milik Geraldi dan mencocolnya dengan sambal.
"Aku gak kuat pedes. Ini aku pake mustard aja" ujar Geraldi menunjuk beef burger dan wadah mustard yang ia ambil sendiri.
"Apartremen kamu kayaknya agak sedikit jauh dari sini. Tapi bajunya kok santai banget" ujar Geraldi.
"Aku abis dari rumah orang tuaku, terus nganter adikku ke kosan dia" ujar Ayla asyik dengan burgernya.
"Emang begini pakaianku kalo abis dari rumah Papa-Mama, sesantai di rumah sendiri. Yang penting aku pake celana panjang dan parka andalan. Aku agak kurang nyaman kalo harus pake celana pendek, walau sebatas selutut" tambah gadis itu lagi.
"Kamu sendiri?" tanya Ayla menyeruput minumannya.
"Abis anterin adikku ke bengkel, terus drop beberapa baju di laundry, sama abis beli kemeja kerja" ujar Geraldi.
"Sibuk juga ya" sahut Ayla.
"Adikmu masih kuliah?" tanya Geraldi. Seketika, Geraldi ingin sedikit tahu lebih banyak tentang keluarga Ayla.
"Iya. Dia ambil kedokteran" ujar Ayla.
"Enak dong ya punya adek dokter begitu" ujar Geraldi, sambil membayangkan Ayla meneror adiknya jika ia tengah sakit.
"Tapi dokter yang satu ini rada-rada belagu!" ujar Ayla.
Seketika itu juga, Ayla teringat mantan kekasihnya yang berprofesi sebagai dokter, yang dulu pernah menduakannya. Ingin rasanya Ayla membeberkan saos sambal yang ada di hadapannya ke mata mantan kekasihnya itu.
"Enak kali ya punya rumah di sekitaran sini" ujar Ayla sambil melihat-lihat beberapa perumahan yang asri karena masih banyak pohon di sekitarannya.
"Apalagi punya rumah deket warung gitu, jajan terus!" imbuhnya sambil menunjuk ke sebuah warung yang berada di tengah-tengah perumahan itu.
"Emang tinggal di apartemen gitu gak enak?" tanya Geraldi, mengaduk mac n cheese miliknya, lalu melirik Ayla.
"Enak sih. Secara fasilitas enak banget. Supermarket ada, atm ada, keamanan 24 jam. Rumah sakit gak begitu jauh, kantor polisi juga. Secara privasi, enak banget lah pokoknya. Untuk ukuran aku yang masih single begini sih enak. Tapi kalo nanti aku berkeluarga, gak mau tinggal di apartment gitu. Aku milih tinggal di perumahan kayak gitu aja" ujar Ayla.
"Kenapa?" tanya Geraldi.
"Enak aja gitu. Jadi lebih bisa bersosialisasi, seru kayaknya jadi ibu-ibu komplek ngerumpi sambil belanja sayur di abang sayur keliling hahahaha!" sahut Ayla riang.
"Kalo punya anak juga, kayaknya menurutku lebih baik. Dia jadi bisa bersosialisasi lebih luas, area mainnya lebih luas, walaupun di apartemen yaa ada sih area bermain anak. Aku sendiri tinggal di apartemen cuman kenal sampe akrab sama beberapa tetanggaku aja. Selebihnya gak, mereka sama dunia mereka sendiri" ujar Ayla.
Untuk beberapa saat, Geraldi memandang Ayla. Hal ini tidak di sadari Ayla karena gadis itu sibuk dengan makanannya.
"Temen kamu si Elena gimana? Udah sembuh patah hatinya?" tanya Geraldi menglaihkan pembicaraan.
"Masih proses. Anak itu lagi liburan ke Labuan Bajo, butuh healing katanya" ujar Ayla.
Tiba-tiba Geraldi tertawa.
"Kan, emang lucu anaknya dia tuh" imbuh Ayla.
"Dia sempet ngajakin, cuman aku gak bisa karena masih ada beberapa pekerjaan dan gak bisa aku tinggal, apalagi kerjain secara remote. Jadinya anak itu pergi sendiri. Baguslah, dia kan katanya butuh healing" ujar Ayla lagi.
"Kamu sukanya liburan kemana?" tanya Geraldi tiba-tiba.
Baru kali ini, ia mengobrol dengan sangat random dengan seseorang. Dan Ayla adalah seseorang yang menyenangkan baginya.
"Pantai. Tapi aku juga suka kok kalo di ajak trekking gitu. Apalagi kalo nemun air terjun di tengah-tengah. Wah! Seneng banget!" ujar Ayla dengan antusias.
"Kamu sendiri?" tanya Ayla yang akhirnya menoleh ke arahnya.
"Aku suka pantai, lebih sering ke pantai. Aku hampir selalu nolak kalo diajak ke pegunungan, apalagi trekking. Aku rasanya udah capek duluan" ujar Geraldi.
"Kamu harus coba trekking! Seru tau!" ujar Ayla tanpa sadar menepuk lenganya ringan.
Tepukan itu benar-benar membuat Geraldi semakin terkejut dengan tingkah spontan Ayla.
Sesaat ia tersenyum dengan tingkah Ayla yang bisa jadi sangat dewasa, dan bisa jadi sangat periang seperti anak kecil.
"Gimana kalo kapan-kapan kita trekking?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Fragile
RomanceCantik. Cerdas. Karier yang gemilang. Sebutkan satu kekurangan dari seorang Ayla?! Tentu saja urusan cinta. Entah mengapa dewi fortuna tidak pernah berpihak padanya untuk urusan cinta. Entah itu dianggap tidak pantas, ditikung teman sendiri, hanya...