XLII

93 8 1
                                    

"Kamu berasa lagi di Jepang gak sih?" tanya Geraldi ketika keduanya sampai di rooftop sebuah restoran Jepang.

"Iya! Apalagi ngeliat MRT mondar mandir begitu" jawab Ayla riang.

"Kamu tumben jam segini udah bisa diajak jalan" sambung Ayla sambil menarik kursi.

Kalo kamu yang ajak jalan, kapan aja juga aku ayo

"Kerjaan aku udah selesai lebih awal, seharusnya ada meeting  tapi mendadak atasanku ada urusan keluarga yang gak bisa ditinggal, jadinya aku bisa pergi" jawab Geraldi.

Ayla hanya manut-manut saja.

"Kita kalo ketemu pasti makan melulu ya" ujar Ayla.

Geraldi tertawa mendengarnya. "Emangnya kamu mau ngapain lagi selain makan?" tanya Geraldi.

"Jalan-jalan gitu? Kamu kalo jalan sukanya kemana?" tanya Ayla, seperti seorang anak kecil.

"Kemana aja aku okay aja kok. Museum, toko buku, galeri seni juga boleh. Eh, kamu lupa kita pernah ke toko buku?" Geraldi menjentikkan tangannya.

"Oh iya! Kita kan pernah ke toko buku ya!" Ayla yang tersadar langsung membenarkan ucapan Geraldi. 

"Oh iya! Buku yang kamu kasih aku udah selesai baca!" ujar Ayla riang, lalu asyik menceritakan buku yang ia baca pada Geraldi, yang asyik menyimak semua celotehan Ayla.


"Gak kerasa, tahun ini umur aku udah seperempat abad aja" ujar Ayla saat Geraldi baru saja menginjak pedal gas mobilnya setelah lampu merah berganti menjadi hijau. 

"Kamu berasa udah tua gitu?" tanya Geraldi.

Ayla mengangguk sambil menekuk bibirnya ke atas.

"Umur dua puluh lima gak setua itu kok" ujar Geraldi dengan dewasa sambil menyetir.

Ayla menoleh ke arah Geraldi yang fokus menyetir, sambil menceramahinya.

"Kamu ngerasa hidup kamu berat banget?" tanya Geraldi.

"Yah .... Berat sih enggak. Lebih ke gak percaya gitu. Aku awalnya cuman usaha kecil-kecilan jaman kuliah buat nambah-nambahin uang saku. Eh bisa berkembang sampe sebesar ini. Ngeliat usahaku sekarang, rasanya pengen nangis aja" ujar Ayla.

"Nangis bahagia kan tapi?" tanya Geraldi

Ayla mengangguk.

"Awalnya emang gak gampang. Aku pernah kok diledekin, soalnya kuliah sambil bawa-bawa tote bag isinya jualan. Sempet mau nyerah aja, jualanku diolok-olok. Tapi akhirnya milih buat lanjut jualan aja, toh mereka gak bakalan mau biayain hidup aku kalo akustop jualan" ujar Ayla lagi.

"Now all your hard work pays off" ujar Geraldi, tulus.

"Terus yang ngeledekin kamu, sekarang udah jadi apa?" tanya Geraldi.

"Gatau, gamau tau, dan ga peduli" tandas Ayla dengan mantap.

Geraldi tertawa kecil mendengar ucapan Ayla.


****


Geraldi berangkat kerja seperti biasa. Setelah sarapan bersama keluarganya, Geraldi berangkat dengan mobilnya menuju kantor. 

Jika biasanya Siska ikut dengannya, kali ini si bungsu lebih memilih untuk ikut bersama si anak tengah.

"Pagi-pagi belom ngopi gak lengkap rasanya" ujarnya sambil membelokkan setir mobilnya ke arah sebuah coffee shop di pinggir jalan. 

Ia masuk ke dalamnya. Terlihat beberapa barista tengah mempersiapkan peralatan  untuk meracik kopi. Ada juga yang sedang membuat pesanan untuk pelanggan yang tengah menunggu di kursi-kursi yangtersedia.

"Selamat Pagi Kak" sapa seorang barista sambil tersenyum ramah, dan bersiap untukmenerima pesanan Geraldi.

"Pagi, saya pesan es kopi susu ukuran regular, take away" ujar Geraldi.

"Ada lagi?" tanya barista itu lagi. 

Geraldi menggeleng. 

Setelah membayar dan mendapatkan struk untuk menunggu pesanannya selesai. 

"Aldi?" 


Siapa juga yang nyuruh dia duduk di sebelah gue?

"Kamu sendirian aja?" tanya seorang wanita dengan lembut padanya.

Geraldi hanya menjawab dengan dehaman. Ia bahkan tidak mau menoleh ke arah mantan kekaishnya itu.

"Mau berangkat kerja?" tanya mantan kekasihnya lagi. 

Geraldi menjawab dengan anggukan.

Kopi gue kapan jadinya sih?

Geraldi menoleh ke arah coffee bar, berharap pesanannya segera selesai dan ia bisa segera pergi meninggalkan mantan kekasihnya itu. 

"Kamu udah nikah?" tanya wanita itu.

"Belum" jawab Geraldi dingin.

"Mau nanya apaan lagi?" tanya Geraldi sambil menatap lurus ke depan.

"Ga perlu tau kehidupan saya sekarang gimana. Udah gak ada apa-apa lagi diantara kita" tandasnya dingin.

Wanita yang beberapa tahun lalu memilih untuk meninggalkannya, kini tiba-tiba hadir lagi dihadapannya seakan tidak pernah menyakiti hatinya.

"Sebenci itukah kamu sama aku?" tanya wanita itu lagi.

"Siapa yang bilang benci?" tanya Geraldi balik.

"Kamu memang gak ngomong kamu benci aku. Tapi sikapmu barusan itu udah cukup menguatkan kamu benci ke aku" jawab wnita itu sambil menaruh tas tangan mahalnya.

"Kamu udah dapetin yang kamu. Jadi istri dari seorang pengusaha. Itukan mau kamu? Kamu tinggalin saya, demi bisa jadi istrinya, jadi menantu dari keluarga kaya" ujar Geraldi.

"Apalagi yang kurang Elisa?" tanya Geraldi tersenyum kecil. 

"Semua udah ada digenggaman tangan kamu"

"Ternyata jadi istri dan ibu itu ga semudah yang aku bayangkan" Elisa menghela naps.

"Ternyata tanggung jawabnya besar, pengabdiannya luar biasa" 

"Bukannya dari awal seharusnya kamu sudah komitmen dengan keputusan kamu? Menikah itu gak main-main" ujar Geraldi.

"Sedikit kaget waktu kamu bilang 'istri dan ibu'. Gak sangka orang kayak kamu kepikiran untuk jadi seorang ibu" ujar Geraldi.

"Kamu ngeremehin aku?" tanya Elisa tidak terima.

"Kamu ngejilat ludah sendiri. Kamu lupa, dulu kamu pernah bilang ogah punya anak, karena rasanya ribet?" balas Geraldi.

"Tapi semuanya berubah waktu aku tau kalo aku hamil. Aku gak pernah sebahagia itu waktu tau ada yang manusia kecil yang tumbuh di rahim aku" ujar Elisa lagi.

"Pesanan atas nama Kak Geraldi" seorang barista memanggil Geraldi sambil menenteng kantong plastik berisi kopi pesana Geraldi.

Geraldi bergegas berdiri dan segera mengambil pesanannya.

Ia hendak langusng ergi tanpa berpamitan pda Elisa.

"Aldi, tunggu!" panggil Elisa ketika Geraldi baru saja menggenggam kenop pintu mobilnya.

"Aku tau aku salah. Milih laki-laki demi harta. Iya, memang aku sekarang dapet semua yang aku mau, semuanya ada di genggaman aku. Tapi semuanya beda waktu kita masih bersama"


***

Hi guys! AKhirnya aku kembali!! Mari kita tuntaskan kisah Ayla-Geraldi ya!!!! Jangan lupa comment!





Mr. FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang