+62 • 1

537 48 2
                                    


🐰 Mama itu kaya kucing, terus Papa kutunya.🐰
♪ Kiara ♪




Udara dingin masuk melalui fentilasi, Kiara membenarkan posisi selimutnya yang melorot. Lihatlah, kedua matanya memerah, baru saja dibuat menangis oleh salah satu author.

Salah Kia apa? Kenapa author begitu jahat? batin Kiara.

Mendengar suara orang menekan handle pintu, segera Kiara menyembunyikan ponselnya dan berpose absurd, juga mengacak-acak rambutnya. Tak lupa sedikit mendengkur agar Mamanya yakin jika dirinya masih tidur.

"Kak."

"Kakak."

"Sebentar lagi Subuh, bangun. Kita salat jamaah."

Kiara menggeliat pelan dan mengucek matanya. "Libur, Ma ...."

"Meskipun libur tetap bangun pagi. Awas kalau enggak bangun, Mama enggak mau bangunin kamu lagi," ancam Mama.

"Hm."

Setelah pintu ditutup rapat, Kiara membalikkan tubuhnya dan meneruskan kegiatannya yang tertunda tadi. Mamanya tidak tahu saja, jika dirinya setiap hari bangun pukul empat pagi. Untuk meneruskan membaca Wattpad.

Gadis enam belas tahun itu terperanjat saat pintu kamarnya ditutup oleh seseorang. Ia mengusap dada merasa lega saat mengetahui jika itu adalah adiknya, Rangga.

"Geser!"

"Ngapain pindah ke sini?"

"Kakak geser!"

Kiara beringsut duduk menjauhi adiknya. "Kok galak?" gumamnya.

Anak laki-laki yang masih kelas empat SD itu berbaring di kasurnya dan kembali tidur. Daripada adiknya yang sepertinya sedang badmood itu kembali mengamuk, Kiara memilih keluar dari kamarnya.

Ditutupnya pintu putih dengan gantungan bertuliskan 'Kiara Arsyla Khanza' itu. Saat berbalik, ia kembali terperanjat saat ada sosok yang mirip dengan Rangga berdiri di hadapannya.

"Aga mana, kak?"

Kiara menunjuk kamarnya. "Tapi lagi galak."

Gilang melipat tangannya di depan dada. "Dia yang salah."

"Lo yang salah!" sahut Rangga dari kamar kakak mereka.

"Kamu yang salah. Udah Subuh tapi masih tidur!"

"Lo yang salah. Kalau mau salat, lampunya enggak usah dinyalain segala!"

"Biar kamu bangun."

"Berisik, gue mau tidur!"

Kiara berlari menuruni tangga. Mencari keberadaan ibu negara. "Mama, lihat deh, mereka ngomongnya lo-gue."

Mama yang baru saja selesai mencuci piring mengembuskan napas. "Kamu goreng nugget atau telur gih, Mama mau bangunin adik kamu dulu."

"Oke."

Mama langsung melesat ke lantai dua. Yang paling susah dibangunkan adalah anak tengah, susah dibangunkan, begitu bangun misuh-misuh. Tak lama kemudian Mama kembali ke dapur bersama Rangga, mendorong anak itu ke kamar mandi. "Mandi sekalian."

"Iya, Mama."

Rangga akan mudah bangun jika yang membangunkan adalah Papa. Hanya dipanggil namanya saja, langsung bangun dengan semangat. Tidak perlu banyak drama.

Terdengar suara kursi ditarik, Kiara menoleh. Ternyata itu adalah Gilang yang sepertinya akan membaca buku sembari menunggu Rangga selesai mandi. "Lang, PR yang kemarin gimana?"

Bukan Kisah Novel • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang