🐰 Masih mending tawar-menawar sama penjual cabai di pasar, daripada tawar-menawar sama Mama. Huft. 🐰
♪Kiara♪Kiara meletakkan pisau di tangannya, memutar tubuh menjadi menghadap Mama yang sedang membuat bumbu siomay. "Mama."
"Apa? Potong tempenya udah?"
"Belum."
"Ma," panggil Kiara lagi.
"Ada apa?"
"Besok Senin Kia UTS."
"Iya, Mama udah tahu. Udah lihat jadwalnya di meja belajar kamu."
"Kalau Kia libur les selama UTS, gimana?" tanya Kiara pelan.
"Ngapain libur? Justru karena pulangnya lebih awal, durasi lesnya makin lama."
"Tapi Kia mau fokus belajar, Ma ...."
"Les sama aja kayak belajar, kan? Kalau ada materi yang belum paham, bisa tanya sama tutor. Malah lebih totalitas belajarnya. Malamnya kamu enggak perlu bergadang buat hafalin materi."
"Nanti Kia malah capek."
"Kalau pulang les capek, ya langsung istirahat. Enggak perlu bantuin Mama masak, enggak usah bantu adik-adik kamu ngerjain tugas. Enggak usah main HP juga."
Rangga berlari riang mendekati kakaknya, tapi langkahnya langsung berhenti. Ia sudah mencium bau-bau akan adanya keributan dari dua perempuan di rumah ini.
"Ini juga demi kebaikan diri kamu sendiri. Kamu yang nanti dapat manfaatnya. Kalau bukan sekarang, ya pasti suatu saat nanti."
"Di tempat les, materinya beda, Ma. Udah lebih jauh."
Mama membalikkan tubuhnya. "Itu justru lebih bagus. Di sekolah pas materi itu, kamu udah lebih dulu paham."
"Tapi Kia justru makin pusing. Harus belajar buat UTS materi A, di tempat les yang dipelajari malah materi C. Susah, Ma!"
"Semua terasa ringan, kalau kamu ikhlas menjalaninya."
Kiara kembali menghadap meja makan, meneruskan pekerjaannya tadi. Memotong tempe. "Mama enak ngomong gitu, karena Mama enggak ngelakuin. Pulang sekolah, capek, berangkat les, malamnya harus belajar."
Rangga melangkah mendekat, meletakkan buku tulis di dekat kakaknya. "Kak ..., bisa bantu Aga?" tanyanya pelan.
"Enggak. Kakak besok UTS, mau belajar!" bentak Kiara.
Bocah itu menarik kembali buku tulisnya, melangkah mundur teratur dan menarik tangan saudara kembarnya agar ikut menjauh. "Kakak berantem lagi sama Mama," bisiknya.
"Oke." Gilang berbalik dan mendekati Papa yang sedang menonton televisi. "Pa, bisa bantu ngerjain tugas?"
Papa menoleh dan mengecilkan volume televisi. "Kakak enggak bisa ngerjain?"
"Berantem sama Mama," tunjuk Rangga ke arah dapur. "Tadi Aga dibentak."
"Ya udah, Papa bantuin."
Kiara meletakkan mangkuk berisi tempe yang sudah dipotong dadu. Tanpa berucap apapun ia melangkah menuju kamarnya. Sudah tidak lagi berkeinginan menikmati siomay ikan buatan Mama.
Diambilnya beberapa buku dan duduk di dekat jendela, membaca ulang materi dengan setengah hati. Bahkan ia membuka setiap lembarnya dengan kasar. Kertasnya bukan hanya kusut, tapi ada juga yang robek karena saking kencangnya saat membalikkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kisah Novel • Tamat
Novela Juvenil#2 "Aka, kok di sekolah kita enggak ada pangeran es ya?" "Aka, latihan basket sana. Biar kaya cowok Wattpad." "Jadi cowok badboy sana, Ka." "Kira-kira di sini ada geng motor enggak ya? Aka gabung sana, kalau bisa jadi ketua gengnya." Kiara mengira...