~Kiara~ 01

487 31 4
                                    

😃 Wah. Kalian antusias sekali. Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, klik bintang dan share cerita ini yaa

🤩

Kiara membuka kaca helmnya dan menambah kecepatan sepeda motornya. Entah kapan terakhir ia pulang ke rumah mama. Ia merasa bersalah, karena selama ini membalas pesan yang mama kirim dengan jawaban yang begitu singkat.

Diparkirkannya sepeda motor di bawah pohon mangga. Kiara berlari memasuki rumah eyang yang sekarang menjadi milik mama, karena eyang sudah berpulang.

"Mama, abi dimana?!"

"Anak gadis kok baru pulang langsung teriak-teriak kayak Tarzan."

"Abi!"

Seorang laki-laki yang sedang duduk menatap laptop itu kaget dan bingung saat Kiara tiba-tiba memeluknya dan menangis.

"Kakak kenapa? Ada yang ganggu di kampus? Atau sidang skripsinya dipersulit dosen? Kenapa? Cerita sama abi. Mama baru aja berangkat jemput Nova."

"Kia berhasil. Makasih banyak atas doa mama sama abi. Meskipun Kia nakal karena jarang pulang padahal kos sama rumah jaraknya dekat, kalian tetap sayang sama Kia. Kia minta maaf."

"Lah? Abi kira kenapa. Udah, jangan nangis. Malu sama Nova."

"Kia sayang abi."

"Aduh, abi terharu sampai menangis. Makasih ya. Abi juga sayang sama kakak." Laki-laki itu menepuk-nepuk ringan kepala Kiara seraya tertawa.

Berbeda dengan Kiara yang ingin sekali menggigit tangan ayah sambungnya karena gemas.

Saat ia baru merasakan rasanya belajar di perguruan tinggi, mama memberitahu jika akan menikah lagi. Ia menolak, Rangga tidak memberikan respon apapun selain diam, Gilang setuju.

"Kak, Aga, mama menikah lagi bukan karena balas dendam sama papa. Tapi mama butuh orang untuk bantu dia supaya enggak sedih lagi. Gilang yakin, mama bakalan bahagia. Begitu juga dengan kita."

Gilang yang masih di Purwokerto sering dikunjungi abi. Rangga yang jika libur semester pasti abi akan menjemputnya untuk berlibur di Jogja, lalu jika libur hampir selesai akan mengantarnya lagi ke Depok. Bahkan abi setiap awal pekan pasti menunggu Kiara di taman kampus, menanyakan kabarnya, kegiatannya selama seminggu. Anak mana yang tidak luluh jika disayang seperti itu oleh laki-laki asing.

"Kakak?"

Oh, Kiara hampir saja melupakan kunti kecil yang luar biasanya, begitu mirip dengan dirinya. Sampai suaranya juga mirip. Hanya saja Nova suka dengan warna kuning, tidak seperti dirinya yang suka warna pink.

Tingkah Nova juga begitu mirip dengan Kiara. Sering blusukan mencari kadal, suka dengan tahu putih rebus dan pernah membuat kucing tetangga kapok main ke rumah. Ah iya, Nova juga pernah naik ke punggung kambing tetangga.

Kiara dan Nova benar-benar anak kembar.

"Kakak bawa Sopi?"

Nah kan. Saat Kiara pulang, sewaktu selesai KKN, ia bertengkar dengan Nova. Berebut Sopi si boneka Keroppi.

"Enggak bawa." Kiara melotot galak.

"Vava juga enggak mau pinjam. Soalnya Vava punya Sopi." Nova ikut melotot.

"Sopi? Dikasih sama siapa?" tanya Kiara pada abi.

"Dari siapa, Va?"

"Dari papanya abang!" Nova melompat-lompat dan berlari ke kamarnya.

Papanya abang adalah panggilan dari Nova untuk papa. Yang anak empat tahun itu ketahui, papa adalah ayah dari Abang Rangga kesayangannya. Karena setiap datang, pasti papa bersama Rangga.

Bukan Kisah Novel • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang