Prolog (. ❛ ᴗ ❛.)

893 52 3
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم


Seorang gadis yang tengah duduk di ayunan itu sejak tadi terkikik pelan, kakinya terus diayunkan maju mundur. Berbeda dengan seorang pemuda sebayanya yang tengah lompat tali tak jauh darinya. Wajahnya sejak tadi terlihat tidak bersahabat.

"Wajah kamu merah."

Gadis itu mengangguk dan meletakkan novel di pangkuannya, membekap kedua mulutnya dan menjerit tertahan. Lalu kembali membaca novelnya. Terus seperti itu selama beberapa kali. Terkadang, gadis itu mengipasi wajahnya yang memerah. Bahkan tadi sempat megap-megap seperti ikan kehabisan air.

Ada rasa penyesalan di hati pemuda itu, tak seharusnya ia membelikan sebuah novel pada gadis yang sejak tadi mengabaikannya itu. "Ck, gak jelas."

"Aka jangan marah-marah. Nanti Aka lekas tua. Kia itu baik orangnya, pasti selalu buat tertawa ...."

Lagu singkat yang tengah trending di tiktok dan dinyanyikan oleh gadis itu, sanggup memunculkan rona merah di kedua pipi pemuda tadi. "Kia, baca novelnya udah ya."

"Iya, kalau Kia udah jadi adik angkatnya Sisca Kohl ya. Atau nanti Manu Rios ngajakin Kia foto bareng, habis itu si kanjeng ratu Oren kalah cantik dari Kia."

"Kiara ...."

"Kia mau cowok fiksi!" serunya tertahan.

Pemuda yang kini sudah duduk di atas sepeda hanya bisa menghela napasnya. Gadisnya, jika sudah bertemu novel atau Wattpad, akan lupa segalanya, termasuk dirinya dan es krim favoritnya yang sudah meleleh.

"Biarin aja lah, orang gila."

"Aka. Jangan tinggalin Kia. Weh, nanti kalau ada psikopat yang suka menyeringai datang kesini, terus culik Kia, gimana? Mending kalau nanti bucin, lah kalau Kia dimutilasi. Kan kasihan organ pencernaan Kia yang cantik-cantik ini!"

"Enggak peduli."

"Aka, nanti kalau Kia naik sepedanya asal-asalan karena ngebut, terus nabrak anggota geng motor, bahaya. Nanti Kia diajak balapan, enggak bisa dong."

"Ayo pulang, Mama kamu udah telpon aku dari tadi. Aku enggak mau kamu diomelin sama Mama."

Gadis itu hanya bisa tertawa hambar. Ia ingin sekali duduk manis, dengan martabak telur spesial di pangkuannya, dan sebuah series terbaru berputar di layar laptopnya. Juga, spam dari kontak bermana 'Pacar', tengah mencarinya. Menyelami dunia halu saat libur tiba, hingga ia bengek, salto, mewek dan cengar-cengir bak orang gila.  Yang paling utama, ingin bebas dari Mamanya, satu hari saja. Itulah halu Kiara, sederhana, namun ....

"Hari Minggu bisa main lagi, aku ajak beli pentol ya. Habis itu kita motor-motoran keliling Depok, sampai punggung encok, masuk angin, oke?"

Naraka.

Kiara tebak, pasti itu adalah salah satu cowok fiksi yang Tuhan ciptakan di dunia nyata. "Aka ganteng banget, enggak kaleng-kaleng. Rahim Kia anget, hua, geli-geli gimana gitu."

Kiara sudah dewasa. Halunya tingkat dewa ....

🤗 Wellcome di lapak Kiara.

Tokoh-tokohnya masih sama kok, ada tambahan beberapa. Terutama si onoh, barudak kasep.

Sekian sambutan dari author, terima kasih dan selamat ... selamat apa aja, yang penting selamat. :D


Bukan Kisah Novel • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang