Double update lagi, soalnya ini part terakhir. Yeay!
Semua berjalan begitu cepat.
Adik sudah lahir tiga bulan lalu melalui operasi caesar dan dia perempuan.
Gilang dibawa Om Fian pulang ke Purwokerto dan masih tidak mau bertemu papa ataupun mama. Berbicara melalui telepon saja tidak mau.
Rangga sekarang tinggal bersama papa, di rumah kakek. Karena rumah mereka sudah dijual.
Mama sudah resmi bercerai dengan papa dan menetap di Jogja bersama Eyang dan si bungsu. Berlianova Anjani Ghaksan.
Sebenarnya Kiara takut mama akan terus merasa sakit dan selalu teringat dengan lukanya. Karena empat anaknya begitu mirip dengan papa. Gilang sekarang terlihat semakin mirip dengan papa. Apalagi si bungsu, yang kata orang-orang adalah kembaran Kiara dan papa.
Kiara sendiri tersenyum lebar. Ini adalah hari terakhir ujian. Setelah ini, ia hanya tinggal memikirkan akan masuk perguruan tinggi mana dan belajar untuk seleksinya.
Tinggal di kos dan sesekali dikirim makanan oleh Bu Isti. Kadang juga menginap di rumah Aka, karena harus belajar bersama.
Kiara tersenyum dan menghampiri Aka yang sudah menunggunya di kantin. "Kok murung?"
"Lagi banyak pikiran, Ya. Ini dimakan rotinya." Aka menyodorkan beberapa bungkus roti sandwich.
"Makasih. Aka kenapa? Sini dong, cerita sama Kia. Gantian, kan biasanya Kia yang cerita sama Aka."
"Sebelumnya aku minta maaf, Ya."
"Um?"
"Aku ... enggak bisa jadi teman ambis kamu lagi."
"Maksudnya? Aka dapat undangan dari perguruan tinggi? Enggak apa-apa kali, nanti kita tetap bisa satu kampus."
Aka menggeleng. "Orang-orang udah pada tahu, kalau aku anaknya artis sinetron. Aku jadi makin banyak yang ganggu. Aku enggak sebebas dulu. Ini semua gara-gara mama yang terang-terangan post fotoku di media sosial dia. Aku kemarin dikejar-kejar wartawan pas beliin kamu pembalut."
"Sori ...."
"Bukan salah kamu kok, Ya."
"Terus, Aka mau kemana?"
"Aku ... aku mau ke luar negeri. Ayah sekarang ada di Selandia Baru dan ajak aku hidup di sana. Ayah udah keluar dari kerjaannya. Sekarang jadi juru masak di restoran Indonesia yang ada di sana. Aku mau ikut ayah."
"Pak Lilik dan Bu Isti juga?"
"Mereka mau pulang ke Semarang. Mereka juga punya kehidupan sendiri."
"Terus, Kia di sini sama siapa?"
"Maaf, Ya, aku enggak bisa ajak kamu pergi. Ini hari terakhir aku di sini. Besok aku berangkat sama ayah."
"Aka enggak mau ikut perpisahan?" tanya Kiara. Tak bisa menyembunyikan wajahnya yang kecewa.
"Ada banyak hal yang harus aku urus, Ya. Kalau gitu, aku pamit ya. Semoga kamu bisa masuk kampus impian kamu. Senyum terus ya, meskipun udah enggak ada aku. Kamu jangan insecure terus. Karena kamu itu cantik." Aka tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Berbeda dengan Kiara yang sudah menumpahkan air matanya sejak tadi.
"Ma-makasih ya, Ka. Udah bantu mewujudkan halu-halu Kia, udah jadi sahabat Kia sejak SD. Selalu ada buat Kia. Maaf, kalau selama ini punya banyak salah. Sukses selalu ya, Ka."
"Aamiin. Makasih ya."
Aka bingkas dan mulai menciptakan jarak. Ia melangkah menjauh, tanpa sekalipun menoleh ke arah Kiara yang menangis sendirian di kantin.
Ia kemudian mengambil ponselnya. Memblokir Kiara dari semua media sosial miliknya.
Di tempatnya, Kiara mengusap air mata dan menyimpan roti dari Aka. Berjalan gontai kembali ke kos dan kembali menangis setelah menutup pintu kamar.
Dengan dada yang begitu sesak, Kiara mengambil ponselnya dan menghubungi mama.
"Kia enggak punya siapa-siapa lagi, ma."
"Kakak mau ikut mama? Mama beliin tiketnya ya."
"I-iya, Kia mau ke sana."
Menjauh dari kota yang menorehkan banyak kenangan dalam hidupnya.
"Apa sebenarnya Kia hidup di dalam novel? Kenapa endingnya harus kayak gini?"
Kiara mengemasi barang-barangnya. Sementara ia akan berada di Jogja. Hidup bersama mama dan adiknya.
Tak ada lagi seorang Naraka Priatama Hasbi yang tiada hari tanpa membuatnya tertawa.
Ia tetap memiliki keluarga yang menjadi tempatnya pulang. Meskipun orang tuanya tak lagi bersama.
Kiara tahu, bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir terbaik dari Sang Pencipta.
....
Alhamdulillah, akhirnya cerita ini tamat.
Endingnya memang kayak gini, guys. Kiara berusaha ikhlas dengan alur novel hidupnya. Ya meskipun hidup ini bukan kisah novel, karena enggak bisa kita tebak alurnya bakalan kayak gimana.
Terima kasih, sudah menemani Kiara sampai ke titik ini. 🧡
...
Mau ekstra part? 🐰
Mau gak?
Enggak, ya? Ya udah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kisah Novel • Tamat
Novela Juvenil#2 "Aka, kok di sekolah kita enggak ada pangeran es ya?" "Aka, latihan basket sana. Biar kaya cowok Wattpad." "Jadi cowok badboy sana, Ka." "Kira-kira di sini ada geng motor enggak ya? Aka gabung sana, kalau bisa jadi ketua gengnya." Kiara mengira...