+62 • 3

276 31 0
                                    

🐰 Kata Papa, berteman itu harus tulus. Jangan karena kasihan atau ingin memanfaatkan. 🐰

♪Kiara♪

Kembali ke beberapa tahun yang lalu.

Seorang gadis cilik berseragam merah putih tengah duduk di sebuah bangku panjang. Hanya tersisa dirinya yang belum dijemput. Hari ini pulang lebih awal tanpa pemberitahuan sebelumnya, alhasil dia lebih suka menunggu, daripada berjalan kaki menuju toko Papanya.

Perutnya berbunyi, gadis cilik bernama Kiara itu membuka tasnya. Bekalnya sudah habis, ia membuka kotak pensil bergambar Spongebob miliknya. Tidak ada uang. Kiara menghela napasnya.

Ia terperanjat saat merasakan ada orang lain duduk di bangku. Seorang anak laki-laki, nampak asing.

"Hallo," sapanya riang.

Anak laki-laki itu menoleh dan membalas sapaannya, lalu kembali menyeruput susu kotaknya.

Kiara berdiri dan mengulurkan tangannya. "Kenalan."

"Oh, aku Aka."

"Namaku Kia. Kamu ganteng, hi-hi."

"Makasih." Wajah anak laki-laki itu bersemu.

"Enggak mau bilang kalau Kia cantik?" tanya Kiara tak terima.

"Berarti kamu enggak ikhlas."

Bibir Kiara cemberut. "Aka murid baru ya? Kakak kelas empat, kan?"

Anak laki-laki itu mengangguk sekali.

"Kalau Kia kelas tiga."

Lagi-lagi Aka mengangguk.

"Rumah Aka dimana?"

Kali ini Aka menggelengkan kepalanya. "Aku baru satu mingguan disini, belum hapal jalan. Alamat rumahku juga belum tahu secara pasti."

"Tinggal di perumahan?"

"Iya."

"Ooh. Belum dijemput?"

"Belum."

"Kia juga belum dijemput. Padahal Kia lapar, tadi main bola dulu sama kelas lima dan enam."

"Oh."

"Aka enggak suka bicara ya? Yaudah, Kia diam aja." Kiara kembali duduk di tempatnya tadi, mengayunkan kakinya bergantian.

Adzan Dzuhur sudah berkumandang, Kiara menghela napasnya dan memakai kembali sepatunya yang tadi sempat ia lepas. "Kia mau pulang jalan kaki, Aka mau bareng?"

Aka berdecak. "Aku enggak tahu rumahku dimana."

"Kan Kia cuma tanya, Aka enggak usah galak." Baru berjalan sepuluh langkah, Kiara berhenti saat Aka mengikutinya. "Mau bareng?"

"Udah dijemput."

Kiara menunduk lesu. Menyesal, seharusnya dia berjalan kaki sejak tadi menuju toko Papanya. Tengah hari seperti ini, matahari begitu menyengat. Kiara berjalan gontai, ingin membeli es, tapi uangnya sudah habis.

"Kamu mau bareng?" tanya seseorang di dalam mobil yang berhenti di dekat Kiara.

🌟

Sore ini Kiara tengah asik mengayuh sepedanya mengelilingi halaman rumah sang kakek. Ia terlihat bingung saat melihat rumah yang biasanya kosong, kini ada orang yang tengah menyapu halamannya.

"Wah, rambutan!" seru Kiara.

"Nenek!" panggil Kiara pada perempuan yang tengah menyapu di bawah pohon rambutan. "Nenek sapu!"

Bukan Kisah Novel • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang