+62 • 6

275 40 6
                                    

🐰 Hidup itu terasa nyaman, ketika memiliki tetangga yang enggak pernah rewel. Iya, kan?" 🐰

Kiara



Ujian Tengah Semester hari terakhir. Kiara berlari menghampiri Aka yang menunggunya di depan ruang ujian laki-laki itu. "Gimana soalnya?"

"Lumayan. Aku belum pernah ikut pelajarannya, tubrukan sama jadwal latihan kompetisi debat."

"Kamu kapan main ke rumah lagi? Papa nyariin tuh, anaknya enggak ada yang bisa main catur. Kalaupun Gilang bisa, masih gampang diakalin sama Papa."

"Oh iya, anak gadisnya ini kan cuma jago main bola bekel," ledek Aka.

Saat melewati lapangan olahraga, Kiara menghentikan langkahnya. Menatap satu-persatu adik kelas atau teman seangkatannya yang sedang berebut bola berwarna oranye.

"Aka, latihan basket sana."

"Buat apa?" tanya Aka bingung.

"Biar sekolah kita punya siswa cakep yang jago basket. Lihat, mereka kulitnya eksotis semua, enggak ada yang cerah kayak Aka. Kayak di Wattpad gitu-gitu."

Aka merotasi bola matanya dan meninggalkan gadis itu. "Namanya juga atlet olahraga sekolah, pasti kulitnya eksotis. Bukan kamu, atlet halu sekolah."

"Hey! Meskipun halu, Kia pernah juara tiga lomba cerpen antar SMA se Jawa Barat!"

"Hm."

"Ih, Aka jangan remehin gitu dong. Lomba cerpen waktu itu tuh tema cerpen dikasihnya lima menit sebelum lomba. Durasi waktu nulisnya empat jam. Kia harus nyusun kata, alur, mikirin endingnya kayak gimana, paragraf pertama yang menarik kayak gimana—"

"Iya, Ya, iya."

"Jangan—"

"Hai, Ya, Ka. Malam Minggu besok gue ulang tahun, usahain datang ya." Stephanie memberikan dua buah undangan berwarna pink pada mereka.

Kiara dan Aka dengan kompak membuka undangan itu. "Gue sama Aka pasti datang, santai, Step," ucap Kiara.

"Ini kira-kira selesai jam berapa?" tanya Aka. Membolak-balik undangan di tangannya, berharap menemukan susunan acara. Sayangnya tidak ada.

"Enggak sampai jam sepuluh. Tenang, Ka, enggak bakalan ada minuman yang berbahaya buat kesehatan."

"Oke, kita usahain datang."

"Makasih ya, Step."

Setelah Stephanie pergi, Kiara menyenggol lengan Aka. "Dress code-nya batik. Indonesia banget, jadi kek mau kondangan."

"Justru itu bagus, Ya."

"Iya sih ...."

"Kenapa memangnya?"

Kiara meringis, "Kia enggak punya baju batik selain seragam sekolah. Gimana dong?"

"Beli."

"Ish, Kia enggak suka pakai baju batik, Aka."

"Pinjam."

Bukan Kisah Novel • TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang