Utahime terdiam melihat Shoko campur tangan semua pekerjaan rumahnya, terlebih lagi Satoru malah tidak melarang Shoko. Terkadang hatinya selalu resah, apa suaminya hanya pura-pura baik pada Shoko atau memang dia punya maksud lain--karena Satoru yang sudah mengakui kesalahannya.
Jadi pagi itu, Shoko membantu memakai dasi untuk Satoru, dan membantu memakaikan jas kerjanya--seharusnya itu tugasnya. Utahime memilih diam tidak mau mencari keributan karena mengingat pesan dokter kalau dirinya harus menjaga tekanan darah, dia sangat mengkhawatirkan bayi yang tengah di kandungnya.
Mereka sarapan bersama untunglah Satoru lebih memilih duduk bersebelahan dengan Utahime cukup melupakan kehadiran Shoko
~◇♡◇~
Sampai siklus pagi itu terus berulang dan membuat Utahime jengah akan tingkah laku Shoko yang mencari muka pada suaminya, dia pernah menegur tapi Shoko balas memarahi Utahime.
.
.
."Hime, aku dengar kamu ribut lagi. Udah jangan ribut sayang, dia kan-"
"Apa? Dia apa, hamil." kata Utahime menekan kata itu sampai membuat Satoru terdiam, dia membalikkan posisi tidurnya memunggungi suaminya.
"Udah tidur sana, besok kerja bukan"
"Besok minggu, Hime" jawab Satoru.
Tidak ada balasan hanya ada hembusan nafas berat keluar dari mulut Utahime.
"Iya besok minggu, tapi kan Satoru sering masuk kerja. Bukan begitu?"
"......." Satoru tidak menjawab lagi.
.
.
.Siang hari setelah Utahime selesai beres-beres rumah dan menjemur pakaian, suaminya memanggil Utahime ke ruangannya--awalnya Utahime berpikir 'mungkin masalah pengeluaran yang aku pakai' pikir Utahime, tapi entah mengapa ketika dia masuk ke ruangan kerja suaminya dia punya pirasat tidak enak.
"Hime, sudah selesai?" Tanya Satoru
Utahime hanya membalas anggukan lekas menutup pintu di belakangnya dan menuntun kakinya mendekati Satoru. Dia diam sementara Satoru berkata duduk dan dia duduk di samping suaminya.
"Ada apa?" Ucap Utahime penasaran.
Satoru memberikan sebuah kertas print yang baru saja dia print tadi, Utahime menelan pahit air ludahnya seakan tidak percaya apa yang dia lihat dan kembali menatap mata suaminya.
"Ini maksudnya apa, Satoru" kata Utahime, tangannya gemetar.
"Ini... perjanjianku untuk bertanggung jawab masalah Shoko, jika Hime menolak aku juga akan menolak"
Surat perjanjian pertukaran posisi, dimana Utahime yang sebagai istri sah Satoru harus angkat kaki dari rumahnya dan Shoko menggantikan posisi Utahime jadi sementara.
"Kamu gila!? Kamu tuh lebih sayang Shoko ya, ketimbang aku" kata Utahime membanting surat itu ke meja.
"Ngga Hime, aku sangat menyayangimu-"
"Kalo kamu sayang dan peduli sama aku, kenapa kamu nerima ide Shoko!!"
"Aku bukan menerima ide Shoko, tujuanku mencari yang menghamili Shoko. Hime dengar, aku tahu-aku brengsek kalau sampai mengusirmu, tapi--aku harus menyingkirkan Shoko dulu dan mencari tahu siapa yang menghamilinya"
"Lalu... jika kamu sudah menemukan orang itu, kamu mau apa? Menikahinya" tanya Utahime mengeluarkan semua kekesalannya.
"Tidak, tidak akan... kamu istriku satu-satunya yang aku miliki. Aku berjanji setelah selesai ini semua aku akan menjemputmu" kata Satoru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look at me (HIATUS)
Romanceseorang wanita yang berhati lembut dan tegar ini hanya bisa tersenyum lemah melihat rumah tangganya yang retak. sosok sahabat yang selalu hadir dan meminjamkan pundaknya dan di anggap saudarinya sendiri, mengkhianatinya berselingkuh dengan suami yan...