AKHIR

4.4K 218 8
                                    

Regan terdiam dengan napas memburu meremas rambutnya kasar memaki kebodohannya yang tak bisa menahan sang istri. Lelaki itu berjalan gontai menuju lobi dan kembali keruangannya.

Sampai diruangan Regan meminta Putra untuk jangan membiarkan siapapun masuk dan membatalkan semua pertemuan. Regan merasa tubuhnya tak sanggup untuk bertopang, kepalanya teramat pusing apalagi setelah kejadian tadi. Kesempatan bisa bersama istrinya hilang begitu saja karena kebodohannya tak dapat menahan Shalom, padahal wanita itu sendiri mendatangi nya. Haruskah ia percaya diri jika sang istri ternyata sudah memaafkannya dan merindukannya?

Regan menelan air liurnya sulit. Tenggorokannya begitu sakit dan kepalanya terasa sakit luar biasa seperti tertimpa beban berat hingga ke pundak apalagi penglihatannya begitu berat dan panas. Jika seperti ini lebih baik dirinya pulang dan beristirahat.

Regan menekan angka ditelpon kantor ruangannya untuk memanggil Putra agar bisa mengantarnya kerumah. " Halo Boss? Ada apa?"

"Putra, tolong kamu antar saya kembali kerumah."

"Akhirnya Boss nyerah juga! Daritadi saya minta Boss untuk pulang." Senyum lega terpatri di bibir Putra ketika Regan memintanya untuk mengantarnya pulang, ya memang betul Putra sedari kemarin meminta Regan untuk beristirahat saja dirumah. Namun, Boss gila kerja nya ini keras kepala dan tak mendengarkan perkataannya.

"Ya ya cepat keruangan saya!" Putra mengernyitkan dahinya saat Regan berkata demikian. "Lah kenapa gak langsung keluar aja sih Boss? Emang perluh saya gendong? Boss udah gak kuat bener? Atau udah mau pingsan ini?"

"Banyak tanya kamu! Yasudah saya keluar sekarang. Kamu siap- siap!"

"Beres Boss udah siap ini!" Regan menghelah napasnya lelah mendapati balasan Putra, segeralah ia mematikan sambungan telpon dan bergegas untuk keluar. Dirinya sudah tidak sanggup, bahkan dua pil obat pereda pusing saja tidak mempan untuk nya.

Hemm nasib - nasib di tinggal istri!

........

Sampai dirumah Regan bergegas masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa berpesan kepada Putra untuk mampir ke Apotik di depan komplek, dirinya tadi lupa untuk meminta saat diperjalanan tadi.

Di dalam kamar Regan langsung menidurkan dirinya, badannya yang menggigil dan matanya yang memberat tak menyulitkannya untuk tidur. Bahkan dengan badan lemas seperti ini membuat Regan dengan mudah terlelap. Keringat dingin membasahi dahi lelaki itu, walaupun suhu AC dalam kamarnya yang paling rendah tetap saja membuat dirinya menggigil namun juga kepanasan akan suhu tubuhnya sendiri.

Regan terbangun pukul enam sore sebentar lagi adzan magrib, dirinya bergegas bangun dan membersihkan diri untuk sholat. Setelah sholat lelaki itu malah terdiam duduk di dekat ranjang dengan masih mengenakan baju koko. Rasa malas dan lesu membuatnya sungkan beranjak apalagi melamun sepanjang malam ini seakan jam bergerak begitu cepat hingga tiba adzan isya dirinya langsung berdiri dan mendirikan sholat kembali.

Setelah sholat isya lagi - lagi Regan seakan kehilangan energi untuk sekedar melepas baju koko dan melipat sejada, lelaki itu malah duduk merenung dan meresapi kata - kata pedas yang terlontar oleh sang istri tadi siang.

Wajah datar tanpa ekspresi itu perlahan menyunggingkan senyum kecewa kepada dirinya sendiri, ia bukan menyalahkan Shalom tapi malah merutuki dirinya yang begitu bodoh. Jika saja dulu dirinya tak pernah berniat jahat dengan Shalom mungkin rumah tangga nya akan baik - baik saja, Regan juga tak bisa menyalahkan Natali. Wanita itu memang sedari dulu menginginkannya namun ketika sudah bisa mendapati dirinya malah takdir berkata lain. Ya siapa yang bisa menerima dengan mudahnya, pasti sulit juga untuk wanita itu, meskipun terlihat jahat di mata orang lain. Natali cukup baik jika menjadi pasangan, dan Regan berharap semua urusan dirinya dan wanita itu sudah selesai dengan baik - baik dan mendapatkan kebahagiaan masing - masing.

Mommy, Where's Daddy? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang