Tiga

1.1K 121 0
                                    

Selamat malam pemirsah yang budiman!!

Balik lagi sama Minvan dengan membawa dua bersaudara yang pasti bakal berbau bawang, jadi silakan menyiapkan tisu untuk membaca cerita ini. Udah nggak sabar kan? Yok langsung aja

 Udah nggak sabar kan? Yok langsung aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis oleh karizka94 & kimhaneul28

Belakangan, Regan disibukkan dengan persiapan olimpiade

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belakangan, Regan disibukkan dengan persiapan olimpiade. Terkadang ia pulang lebih sore karena jam tambahan, dan kesibukan itu sering membuatnya lupa dengan jam makan. Regan memang anak petakilan yang tidak bisa diam tapi kalau dia sudah mode serius tidak akan ada yang bisa mengusiknya, termasuk Tian sekalipun. Tian sudah lelah berteriak menyuruh adiknya untuk makan, tapi Regan bahkan hanya menjawabnya dengan gumaman dan kembali fokus pada lembaran latihan soal yang dia kerjakan. Sampai di pukul sembilan malam dia merasakan sesuatu yang mengalir dari hidungnya. Regan menyentuhnya dan betapa terkejutnya dia melihat cairan pekat ditangannya. Perlahan tangannya menjadi gemetar, Regan segera memejamkan matanya dan berteriak memanggil Tian.

"BANG TIAAN!!"

"Apaa?" Tian hanya menyahut, tidak ada niatan menghampiri. Toh sejak tadi dia juga di abaikan.

"BAAANG, DARAH!"

Tian menatap tangga menuju lantai atas dengan alis terangkat. "Apaan sih?!" Kesalnya. Namun kaki-kaki jenjangnya ia langkahkan dengan malas ke arah kamar sang adik yang heboh menyebut-nyebut darah. Kamar Regan tidak tertutup, adiknya sedang duduk, tangannya menutup mulut hingga hidung, matanya memejam dengan kening berkerut-kerut menahan diri untuk tidak menangis. Bau besi cairan pekat itu makin merajalela membuatnya pusing, padahal darah-darahnya sendiri.

Pemandangan itu membuat Tian agak terkejut, jejak merah disela jari adiknya bahkan sebagian sudah jatuh mengenai kertas soal yang dipelajari Regan. Namun ia berusaha mengontrol diri untuk tidak menunjukkan kepanikan karena itu justru dapat memicu Regan menjadi lebih parno. Ia hanya mendecak, kemudian memundurkan kursi belajar Regan yang untungnya bisa menggelinding, kemudian memutarnya hingga Regan menghadap ke arahnya. "Lepas." Tian menurunkan tangan Regan. Lelaki itu menarik beberapa lembar tisu diatas susunan buku meja belajar kemudian menahan bagian bawah hidung Regan dengan benda itu. "Jangan dongak! Ini pegang" Sebelah tangannya yang lain menahan tengkuk Regan tetap tegak.

Kelu Berselimut SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang