Ditulis Oleh karizka94 & kimhaneul28
Regan sudah mulai disibukkan dengan bimbingan mata pelajaran matematika untuk persiapan olimpiade yang akan dia ikuti. Beruntung kali ini Yogi juga ikut, walaupun temannya itu terbilang pintar tapi ogah untuk urusan bersusah payah. Regan sudah mengenal Yogi sejak TK, dulu mereka satu sekolah dan kebetulan ibunya Yogi adalah teman bunda Regan, jadi mereka bisa dekat. Regan sangat bersyukur memiliki teman yang keluarganya menerima Regan dengan baik, ayah Yogi sebagai pemilik yayasan tempatnya bersekolah saat ini yang membantu Regan dengan beasiswa lima puluh persen dari sekolah. Setidaknya Regan bisa sedikit membantu Tian dengan mendapatkan beasiswa itu, lebih lagi kalau dia bisa mendapatkan beasiswa penuh.
Meski terbilang anak yang pintar, Regan juga anak yang cukup bisa membuat guru BK pusing. Karena tingkah randomnya yang kadang tidak bisa diprediksi hingga membuatnya harus mendapat hukuman. Seperti saat ini, dia tidak sengaja menabrak pak Wanto--guru BKnya, karena berlari di koridor dan berujung menumpahkan es yang dibawanya ke wajah pak Wanto.
"Maaf, pak. Lain kali saya nggak lari-lari." Kata Regan menyesal. Pak Wanto menghela napas, lalu mengangguk. "Kali ini kamu saya bebaskan, karena sedang mengikuti bimbingan untuk olimpiade, belajar yang giat. Kamu boleh keluar." katanya.
"Terimakasih pak, saya permisi." Regan beranjak dari sana, dan mengelus dada, sangat lega saat berhasil keluar dari ruangan BK tanpa mendapat hukuman.
"Selamat...." Gumamnya di luar ruangan
"Tuman sih, suka kek bocah lari-lari nggak jelas!" Celetuk Yogi yang menunggu diluar sejak tadi.
"Kek lo nggak aja."
Yogi hanya tertawa, "Pulang sekolah kemana?" Tanya Yogi, mereka pun berjalan menuju ruang kelas.
"Free dong. Kenapa mau neraktir gue?" tanya Regan dengan percaya diri, membuat Yogi memberikan toyoran dikepalanya.
"Yeee, traktiran mulu isi kepala lo!"
"Kalau ada yang gratis kenapa nggak mau?"
"Ya udah skuy lah. Lo bawa motor nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelu Berselimut Sendu
Teen FictionSetelah perceraian kedua orangtuanya dan kepergian sang ibu untuk selamanya, satu hal yang Regan takutkan di dunia ini adalah kehilangan Tian--sang kakak--sebagai satu-satunya keluarga yang ia miliki. Namun, serentetan peristiwa menghampiri mereka...