Bab 21. Bercerita

28 24 39
                                    


 

“Mo—mom ha—haus!” lirih Claudia. Membuat mom Lea seketika terharu, karena putrinya sudah sadarkan diri.

“Sayang ... Tunggu ya mom panggil Dokter dulu!” ujar mom Lea dengan tergesa-gesa berlari ke luar ruangan berteriak memanggil Dokter, yang sudah di tugaskan untuk merawat putrinya.

“Dokter!” teriak mom Lea membuat Dokter wanita tersebut, terperanjat kaget.

"Dottore! Mia figlia è sveglia!” ucap mom Lea dengan bahagia.

[Dokter! Putri saya sudah sadar!]

“”Mia figlia ha detto che aveva sete, puoi darle da bere?” tanya mom Lea lagi kepada Dokter wanita yang, berada di hadapannya itu.

[Putriku bilang dia haus, apakah bisa memberinya minum]

“È meglio non essere signora, aspettiamo lo sviluppo per 24 ore. Se ti senti meglio, allora puoi darmi qualcosa da bere.”  Ucap Dokter wanita tersebut to the point membuat mom Lea terdiam, menganggukkan kepalanya.

[Sebaiknya jangan dulu nyonya, kita tunggu dulu perkembangannya selama 24 jam. Jika sudah di rasa membaik, baru nona muda boleh di beri minum]

“Farei meglio a controllare prima le condizioni della giovane donna.” Ucap Dokter tersebut, segera mempersilahkan mom Lea untuk ikut bersamanya kembali menuju ke ruang ICU.

[Sebaiknya aku memeriksa kondisi nona muda dulu]

Sesampainya mereka di ruangan ICU. Dokter tersebut segera melakukan pekerjaannya, memeriksa dengan sedetail mungkin, bagian tubuh Claudia yang terluka. Tanpa melewatkan semuanya, karena orang yang ia periksa ini bukanlah orang biasa.

“Bagaimana?” tanya mom Lea memakai bahasa kepada Dokter wanita tersebut. Kebetulan Dokter itu adalah kenalannya dulu, saat menjadi mahasiswa di Universitas yang sama di Indonesia.

“Semuanya baik nyonya.” Jawabnya dengan sopan.

“Jangan panggil aku nyonya! Panggil aku Lea saja, jangan bilang kau lupa denganku!” hardik Lea.

“Tidak mana mungkin aku melupakan Anda nyonya,” ucap Dokter itu lagi menundukkan kepalanya. Membuat mom Lea kesal karena dirinya di panggil dengan embel-embel nyonya lagi.

“Lea, panggil aku Lea. Kau Yuqikan?” tanya mom Lea menatap intens wajah Dokter itu. Yang nampak mendongakkan kepalanya.

“Iy—iya nyonya, eh maksudku nyonya Lea,” tutur Dr. Yuqi dengan malu-malu di depan mom Lea yang terlihat kesal kepadanya karena lagi-lagi di panggil dengan embel-embel nyonya.

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang