Bab 26. Bingkisan dari Keluarga Wiliam

13 13 5
                                    

                 •Happy Reading•
                  

             "Merelakan adalah pilihan
          Terbaik, daripada memiliki.
             Apa yang kamu rencakan,
          Tidak seindah rencana Tuhan.
         Tuhan lebih mengetahui."


“Apa yang dia kirim? Apakah mom dan dad tahu?” tanya Caca ketika melihat pak satpam masuk, dengan membawa sebuah bingkisan di tangannya, dengan beragam bentuk.

“Saya tidak tahu nona muda, nyonya dan tuan sudah tahu nona. Beliau menyuruh, agar bingkisan ini di antarkan di kamar milik nona Claudia,” tutur maid tersebut. Sontak membuat wajah Caca dan Karina melongo menatap tumpukan bingkisan itu, tadinya mereka mengira hanya satu ataupun dua. Tetapi ternyata lewat dari dua, bingkisan tersebut sangat banyak dan mereka tidak tahu dengan jelas apa isinya.

“Baiklah. Biarkan kami yang membawanya ke kamar kak Claudia!” ujar Caca hendak menyentuh kotak bingkisan tersebut, tetapi langsung di cegat oleh maid langsung. Mana berani mereka, membiarkan nona mudanya membawa bingkisan sebanyak itu ke dalam kamar milik nona Claudia.

“Sebaiknya kami saja nona yang membawanya, Anda silahkan jalan duluan nona. Sepertinya nona Claudia sudah menunggu kedatangan Anda sedari tadi!” Tutur maid tersebut dengan hormat mempersilahkan nona Caca dan nona Karina, pergi duluan ke kamar Claudia.

Sementara Caca dan Karina, segera menganggukkan kepala mereka tanpa protes segera melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Claudia tanpa protes sama sekali.

Sesampainya mereka di depan pintu kamar, bertuliskan ‘Claudia’ mereka pun segera mengetuk pintu kamar tersebut. Ternyata dua orang bodyguard yang sudah di tugaskan untuk berjaga-jaga di area kamar Claudia sudah di berhentikan, pasti dad Dimitri sudah membebaskan putrinya itu dari keposesifannya. Akhirnya Caca dan Karina bisa bernafas dengan lega, selama satu minggu terkurung di mansion rasanya bosan juga.

Ceklek!

“Dimana pai buatku? Apakah kalian membawa pai ke sini?” tanya Claudia dengan mimik wajah antusias. Membuat Caca dan Karina cekikikan, merasa tidak percaya jika gadis berkacamata yang sedang berdiri di hadapan mereka itu adalah Claudia. Rasanya berbeda, secara tiba-tiba gadis cool seperti kulkas lima puluh pintu ini, berubah hangat seperti dirinya yang dulu.

“Kak apakah kau sakit? Apakah kau masih waras?” tanya Caca seraya menaruh telapak tangannya tepat di dahi Claudia, seperti orang yang sedang memeriksa suhu panas anaknya saja. Bahkan Claudia di buat melongo ketika Caca menaruh telapak tangannya, tepat ke dahi Claudia. Benar-benar Caca, aneh nama panggilan yang cocok buat adiknya yang, sedikit oleng itu.

“Mana paiku? Aku sedang bertanya hei! Minggirkan tanganmu Caca,” kesal Claudia menepis telapak tangan adiknya dari dahinya. Membuat Caca kesal, kakaknya ini tidak bisa di ajak bercanda.

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang