Bab 3.
Viola
Keesokan harinya.
Claudia bangun sangat pagi, karena dirinya tidak ingin terlambat untuk masuk sekolah. Karena selepas pulang sekolah nanti ia akan pergi ke rumah sakit tempat biasa ia, kemoterapi. Kata Dokter, jika Claudia merasa terus kesakitan, ia harus segera berkonsultasi ke Dokter Ridwan. Dokter bedah yang telah mengoperasinya dulu, dan Dokter Ridwan bukanlah orang lain dengan dirinya.
Saat tengah memakai sepatu, Claudia di buat terkejut dengan kedatangan seorang pelayan membawa banyak makanannya. Berupa, pizza keju kesukaannya yang pastinya di beli dari restoran terkenal yang berada di penjuru kota Paris. Claudia tidak dapat berkata-kata, ketika melihat betapa banyaknya kotak pizza tersebut dan ukurannya bukanlah, ukuran kecil melainkan ukuran jumbo. Dan harga pizza tersebut tidaklah murah.
Dan Claudia bisa menebak, jika semua pizza tersebut pasti yang membelinya adalah Caca. Tidak ada lain selain adiknya yang tinggal di mansion ini. Bahkan bukan hanya pizza, Caca bahkan memborong banyak spaghetti. Dan itu mampu membuat Claudia terdiam, mau di kemanakan makanan sebanyak itu. Apakah perutnya mampu menampung semuanya.
"Caca, dimana Caca?" tanya Claudia segera berdiri dari sofa, ketika melihat pelayan tersebut hendak keluar dari kamarnya setelah selesai meletakkan semua makanan tersebut.
"Non Caca? Dia sudah pergi nona, lima menit yang lalu. Saat saya di suruh untuk mengantarkan semua makanan ini ke kamar Non." ucap pelayan tersebut.
Membuat Claudia terdiam, dengan tangan yang terkepal kuat. Pasti Caca melarikan diri karena tidak mau membayar seluruh tagihan makanan yang ia pesan. Dan pasti sasarannya yang akan membayar seluruh tagihan tersebut, adalah Claudia. Karena seluruh makanan tersebut di pesan dengan mengatas namakan dirinya.
Dan itu mampu membuat Claudia emosi. Siapa yang tidak emosi, jika di tinggal kabur hanya untuk membayar tagihan makanan tersebut.
"CACA!!" pekik Claudia.
***
British School.
Sesampainya Claudia di depan gerbang, milik sekolah terkenal dan mewah di negara paris. Dengan tergesa-gesa ia segera berlari masuk, sebelum jam pelajaran di mulai. Karena sebelum jam sepuluh ia harus berada, di rumah sakit. Sebab Dokter Ridwan, akan berangkat ke negara London karena ada banyak urusan di sana.
Saat tengah berlari, dengan tergesa-gesa memasuki koridor sekolah tersebut, tanpa Claudia sadari tiga orang wanita dengan pakaian minimnya tengah menunggu dirinya di depan pintu kelas.
Bugh!
"Argh!" ringis Claudia sembari memegangi, punggungnya yang serasa seperti habis di pukuli dari belakang. Saat hendak berbalik, menatap siapa orang yang telah memukuli dirinya. Secara tiba-tiba Claudia di buat terkejut dengan tawaan sinis seseorang tengah menertawakan dirinya.
"Haha ... Sakit gak? Mana sakit, kamu atau saya!" bentak wanita berpakaian minim tersebut tertawa sinis sembari berjalan mendekati Claudia yang nampak, tengah menghela nafasnya dengan kasar. Ternyata orang yang berani memukuli punggungnya, adalah orang yang satu minggu lalu ia patahkan tangannya hingga masuk rumah sakit.
Dan sekarang orang itu datang, menganggunya lagi, apa dia lupa kejadian satu minggu lalu. Apa masih belum kapok tangannya di patahkan oleh Claudia hingga masuk ke rumah sakit? Sungguh wanita itu tidak ada takutnya, mengganggu seorang singa betina yang tengah jinak.
"Cewek CUPU?! Mendingan lo keluar deh dari sekolah ini!" bentak Viola membuat Claudia seketika mengepalkan kedua tangannya. Menahan emosi, karena wanita buruk seperti Viola menghinanya jika ia adalah cewek cupu. Padahal aslinya Claudia tidaklah, secupu yang mereka bayangkan. Hanya saja lebih ke kutu buku, dan sederhana.
"Gara-gara lo, tangan gue bengkak! Dasar CUPU, Udah jelek sok-sok'an pintar!" ucap Viola dengan sengitnya. Membuat Claudia bertambah emosi, hingga wajahnya yang semulanya pucat pasi kini berubah menjadi kemerahan. Pertanda gadis itu sedang menahan emosinya.
"Gue kasih waktu ke lo, cepat keluar dari sekolah ini. Atau tunggu gue laporin ke dad gue biar dia keluarin lo dari sekolah ini!" sentak Viola dengan sinisnya mentoyor jidat Claudia. Membuat Claudia seketika mundur beberapa langkah ke belakang.
Viola bisa sombong seperti itu, karena daddynya adalah seorang kepala sekolah di sekolah ini. Jadi Viola bisa seenaknya berkuasa, dan menindas para gadis-gadis cupu yang sekolah di sini.
"Dasar Cupu!" ejek Viola hendak mentoyor jidat Claudia kembali. Tetapi sayangnya Claudia segera menarik tangan milik Viola, dan menggigitnya dengan kuat hingga kelihatan kedua lesung di pipinya. Serta gigi taring, yang nampak menggigit tangan tersebut dengan kuat hingga memar.
"Argh! Lepas bego! Tangan gue?!" pekik Viola dengan kesakitan. Mengibas-ngibasi tangannya yang habis di gigit oleh Claudia. Sedangkan kedua orang teman Viola, nampak menelan ludah mereka dengan sangat susah payah ketika melihat dengan beraninya Claudia menggigit tangan Viola hingga memar.
"Tolong gue! Cepat panggil A. Biar dia hajar nih wanita cupu!" suruh Viola terus mengibas-ngibasi tangannya ke udara. Yang terasa ngilu, sakit dan panas. Akibat ulah Claudia tadi. Sementara Claudia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat, kedua orang teman Viola nampak pergi untuk memanggil seorang pria. Untuk membantu melawan dirinya.
Benar-benar wanita pengecut. Katanya ia berani melawan Claudia seorang diri, tetapi dia malah membawa dua orang teman wanitanya yang sok jago. Tetapi aslinya nyali mereka menciut dengan seketika, ketika melihat wajah dingin Claudia.
"Dasar Cupu! Tangan gue hiks. Lo harus tanggung jawab?! Gue bakalan laporkan lo ke pihak berwajib?!" bentak Viola tercekat. Ketika melihat wajah garang Claudia nampak, mendekat ke dirinya. Nampak senyuman sinis, Claudia yang ia lontarkan kepada Viola.
"Gue gak takut, asal lo tahu. Bukan hanya lo, yang bakalan laporin gue ke polisi. Gue juga mau melaporkan lo ke polisi atas tuduhan bullying yang lo buat selama ini!" bentak Claudia. Menatap sengit kearah Viola yang nampak terdiam dengan wajah takut. Bukan takut karena akan di laporkan ke polisi, karena bagi Viola ia punya banyak, pembela yang membela dirinya dari tuduhan Claudia kepadanya.
Viola takut, akan tatapan yang Claudia lontarkan kepadanya. Karena selama ini dalam hidup Viola ia tidak pernah di tatap sesengit itu dari orang-orang, yang ia bully.
"Dasar pengecut! Katanya ingin berkelahi berdua dengan gue! Kok malah bawa teman? Mana panggil teman yang lain lagi. Itu namanya lo yang pengecut! Dasar penakut, pengecut dan penakut gak ada duanya. Berani cuman bawa-bawa teman," sinis Claudia. Tersenyum tipis, dan segera berbalik untuk segera pergi meninggalkan Viola seorang diri.
Karena tidak ingin berlama-lama, bersama wanita licik seperti Viola. Yang memiliki dua muka.
Saat hendak melangkah pergi, tiba-tiba tangan Claudia seperti di tarik oleh seseorang dari belakang. Sehingga membuatnya tertarik ke belakang dengan paksa.
Pada saat ingin melawan, tiba-tiba Claudia di buat terkejut dengan sosok pria yang menariknya.
"Lo?!"
***
Happy Reading 💫
Penerbit_LovRinz #WritingChallengeBatch02 💫❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT]
General Fiction"Merelakan adalah pilihan terbaik, daripada harus memiliki. Tuhan punya cara lain untuk, menguji kesabaran para hamba-hambanya-Nya." ~Arinda Tepat di tanggal 5 Februari 2022 seorang gadis keturunan Albert, mengembuskan nafas terakhirnya di hari be...