Bab 27. Kamu cuman milikku seorang (1)

16 11 4
                                    



Menyebalkan! Benar-benar menyebalkan, hancur sudah kebahagiaanku Aaaaa. Kenapa namanya bisa ada si? Ini benar-benar membuatku curiga, jangan sampai bedebah gila itu sengaja menaruh namanya di bawah namaku agar, dia bisa bersama-sama bersamaku. Dasar bedebah gila!


Maki Claudia membatin membanting buku yang ia pegang dengan sangat kuat. Hingga membuat siswa lain terkejut di buatnya.


“Dasar gila! Huh! Pria itu benar-benar ya! Dasar bede—“


“Siapa yang gila? Pria mana?” tanya pria tersebut dengan secara tiba-tiba, berdiri tepat di hadapan Claudia dengan memasang wajah polosnya membuat Claudia ingin sekali melemparinya buku. Tetapi niat tersebut ia urungkan, mengingat mereka yang sedang berada di perpustakaan.



Dasar bodoh! Pakai nanya lagi. Yah kamulah.


“Jawab pertanyaanku! Jangan diam seperti orang bisu.” Agam berbicara sembari, mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang berada tepat di samping Claudia duduk. Claudia hanya diam enggan berbicara apalagi menatap pria itu. Lebih baik diam, mendengarkan ocehan pria itu daripada Meladeninya, yang nantinya akan membuatnya kesal sendiri.


“Hei, apakah kau berpura-pura tuli lagi? Aku sedang berbicara! Aku tidak suka di acuhkan!” tutur Agam dengan suara manjanya, menyandarkan kepalanya di bahu Claudia. Hingga membuat  gadis itu terkejut, dan syok.


Benar-benar pria yang berani! Berani sekali dia menyandarkan Kepalanya di bahuku. Huh, dasar bedebah gila jauhkan kepalamu. Claudia berteriak membatin, dengan paksa menyingkirkan tubuhnya dari Agam. Pria itu benar-benar berani, tidak ada takutnya padahal sudah di ancaman loh.

“Mengapa kamu seperti ini? Saya kan hanya ingin bersandar saja, cuman sebentar kok. Cuman kamu saja yang menolak berdekatan denganku, padahal banyak wanita di luaran sana malah bahagia jika aku dekati.” Cerocos Agam dengan jahilnya menggerakkan kepalanya, yang saat ini sedang bersandar di bahu Claudia.



Dia kira aku sama seperti wanita di luaran sana? Oh tentu saja tidak! Hanya orang bodoh saja yang mengidolakan pria sepertimu.


“Apakah lukamu sudah sembuh?” tanya Agam kali ini ia, sedang memainkan jarinya yang lentik mendekatkannya tepat di depan wajah Claudia hingga pandangan mereka bertemu. Membuat jantung keduanya berdebar-debar di dalam sana.


Mengapa pria ini bertanya tentang lukaku? Dan apa maksudnya, tiba-tiba memanggilku dengan kata ‘Aku dan kamu' biasanya kan ‘Lo dan Gue' Jangan bilang dia salah makan tadi. Claudia membatin, tatapannya dan Agam beradu netra keduanya nampak saling memandang. Bahkan jantung keduanya, bersamaan berdebar dengan kencang. Seperti ada sesuatu yang aneh di hati keduanya, rasa yang tidak pernah mereka dapatkan pada orang lain selama ini.



Akh! Ada apa dengan jantungku, jangan bilang aku menyukainya. Claudia membatin dengan wajah frustasi, sebenarnya rasa apa ini? Mengapa setiap kali bertemu dan saling pandang begini, jantung Claudia tidak akan pernah berhenti berdebar dengan kencang. Sungguh perasaan aneh, benar-benar aneh.



“Aku tampan bukan?” tanya Agam dengan pedenya menautkan kedua alisnya, tersenyum dengan penuh percaya diri. Membuat Claudia refleks tertawa dan memukulkan pria itu buku yang sedang ia pegang, dengan kuat membuat Agam meringis kesakitan.

Bugh!

“Aww ... “ ringis Agam mengusap lengannya yang, habis di pukul buku oleh Claudia. Rasanya sakit bercampur pedih, sepertinya gadis itu memakai tenaga dalam Agam pun sampai meringis benar-benar gadis yang kuat.


“Sorry.” 


Agam menolehkan kepalanya kepada Claudia, melihat wajah gadis itu yang mulai memerah karena malu bahkan telinganya pun ikut memerah benar-benar gadis yang manis. Merasa tidak percaya kepada kata yang di lontarkan gadis itu, ‘Sorry' katanya wah benar-benar ajaib. Sepertinya sifat dingin dan arogan gadis itu berkurang lima puluh persen, karena habis jatuh sungguh hal yang ajaib kata Agam.


“Jangan tutupi wajahmu seperti itu, tanpa kau tutupi pun aku sudah tahu bahwa, kau sedang malu bukan!” tutur Agam menahan tawanya ketika kembali melihat, warna merah merona di kedua pipi gadis tersebut.


Apa dia bilang? Dia kembali memakai kata ‘Kau' Ck! Benar-benar pria yang menyebalkan, ternyata dia sedang mempermainkan aku ya! Berani sekali.


“Ada apa? Mengapa menatapku seperti itu? Jangan bilang aku ini memang tampan.” goda Agam untuk kedua kalinya. Membuat Claudia membuang wajahnya ke samping. Jika tidak melihat keadaan sekarang, sudah sedari tadi Claudia menjambak rambut pria itu.


“Ya kau memang tampan,” gantung Claudia membuat Agam tersenyum penuh kemenangan di bibirnya.

“Sangat tampan, bahkan monyet pun kalah denganmu. Kau kan keturunan Gorila!” ejek Claudia dengan segera melangkahkan kakinya, dengan terburu-buru meninggalkan Agam yang termenung di tempatnya mencoba menjabarkan perkataan Claudia tadi di hatinya.


Setelah sadar ia pun berteriak dengan kencang, membuat seluruh siswa yang sedang membaca di perpustakaan seketika terdiam mendengar teriakan, dari seorang pria tampan anak pemilik sekolah ini, kelak pria itu yang akan menggantikan posisi pemilik aslinya.


“CLAUDIA!” pekik Agam menggelegar di seisi ruangan. Tidak ada yang berani untuk marah, walaupun itu guru sekali pun.


***

British School.


“Haha ...” tawa Claudia ketika sampai di tempat seperti biasanya, ia menghabiskan waktu. Yaitu di bawah pohon, yang terletak di belakang sekolah. Menyendiri sendirian, tanpa seorang teman adalah kebiasaannya semua orang di sekolah ini menganggapnya cupu tidak ada yang mau berteman dengannya. Makanya Claudia memilih sendiri, Claudia pun tidak berharap mempunyai teman.


“Rasakan! Sapa suruh menggangguku.” ujar Claudia dengan malas mendudukkan tubuhnya bersandar tepat, di belakang pohon. Rasanya begitu damai dan tenang menyendiri seperti ini. Walaupun sejujurnya lebih enak, mempunyai teman agar ada orang yang bisa di ajak, berbicara.


Aku jadi mengantuk jika seperti ini. Claudia membatin seraya memejamkan kedua matanya, berharap ia bangun nanti bertepatan dengan bunyinya bel pulang. Saat ingin memasuki alam bawah tidur, tiba-tiba saja Claudia merasakan rambutnya seperti di jambak oleh seseorang, tarikannya bahkan lebih kuat di banding tadi. Claudia pun di buat meringis kesakitan, siapa yang tidak akan kesakitan jika di jambak seperti ini.


“Argh!” ringis Claudia tercekat, rasanya lehernya seperti sedang di cekik hingga membuatnya tidak dapat mengeluarkan teriakannya. Dengan spontan Claudia membuka kedua matanya, menatap siapa orang yang berani melakukan hal ini kepadanya.


Deg!


“Hai Claudia, apa kabar Lo!” sapa wanita tersebut tersenyum sinis, tanpa ada niatan untuk melepaskan cekikan serta jambakannya, dari rambut Claudia.


“Vi—viola!” Claudia berucap dengan terbata-bata, mencoba melepaskan sebuah tangan yang sedang mencekiknya.


“Le—lepas!  Da—dasar Gi—gila!” pekik Claudia dengan suara yang terbata-bata mencoba melepaskan tangan kotor Viola, yang saat ini mencekiknya.


“Haha ... Gak bakalan gue lepaskan! Sebelum Lo panggil Agam ke sini!” tawa Viola dengan sinis menatap wajah Claudia yang nampak memucat. Sepertinya gadis itu kesakitan, karena perbuatan jahat Viola saat ini.


“Uhuk ... Uhuk!” batuk Claudia merasa, cekikikan Viola kali ini semakin kuat pada lehernya membuatnya sampai terbatuk.


“Panggil Agam dulu! Baru Lo bisa lepas.” ujar Viola tersenyum licik. Ia tidak sabar untuk, melihat wajah tampan pria yang di cintainya dan di rindukannya selama ini, siapa lagi kalau bukan Agam Wiliam.


“Le—lepas!” pekik Claudia mencoba untuk melepaskan cekikan tangan Viola, tetapi lagi-lagi ia tidak bisa tangannya sudah di pegang erat oleh Viola. Dirinya kalah telak, dari gadis licik itu. Hanya satu harapannya yaitu Agam, pria itu harus segera datang menyelamatkannya dari wanita gila ini.


“Gue ga—“ ucapan Viola seketika  berhenti ketika mendengar suara, bentakan dari seorang pria yang di rindukannya. Tetapi belum tentu pria itu, merindukannya karena kejadian bulan lalu.


“Lepaskan Claudia?!” bentak seorang pria, dengan wajah terkejutnya mendapati gadis yang sedari tadi dia cari-cari ternyata, sedang dalam bahaya. 


“Hai A, apa kabarmu?” tanya Viola tanpa mendengarkan ucapan dari Agam tadi. Hatinya sungguh bahagia bisa melihat pria itu lagi, tetapi hatinya pun di buat sakit ketika mendengar bentakan pria itu. Yang lebih memilih gadis yang, sedang dalam kunkungannya ini, daripada dia. Sungguh Viola di buat sakit hati mendengarnya, sebenarnya ada hubungan apa, antara Agam dan gadis cupu ini?


Bahkan Agam terlihat mengkhawatirkan gadis ini, terlihat dari ekspresi wajahnya.


“Lepaskan Claudia! Sebelum aku melepaskannya darimu.” tutur Agam dengan wajah yang terlihat datar, dengan rahang yang mengeras sepertinya pria itu sedang menahan amarah di hatinya. Terdengar  dari nada bicaranya kepada Viola.


Sementara Viola, ia mencoba memberanikan diri walaupun kenyataannya saat ini dirinya sedang ketakutan membangunkan harimau galak, yang sedang tertidur. Tetapi demi mendapatkan cinta Agam kembali, apa pun akan dia lakukan walaupun membuat pria itu marah sedikitpun. Karena Viola tahu Agam tidak akan pernah berani, melawan seorang wanita.


“Aku ti—tidak mau A. Aku tidak takut dengan ancaman darimu! Karena aku tahu kau tidak akan pernah berani, melukai seorang wanita apalagi mommu adalah seorang wanita.” Viola berbicara dengan sedikit terbata-bata.


Tanpa ada niatan sedikitpun melepaskan cekikan tangannya dari leher Claudia, yang saat ini nampak memucat memejamkan kedua matanya, menahan rasa sakit di area lehernya.


“Oh ya. Kau sedang menantangku ya, oke terserah apa katamu. Jangan salahkan aku jika, aku melakukan sesuatu kepadamu. Momku memang seorang wanita tetapi dia tidak sepertimu. Hanya kepada wanita yang aku cintai saja, aku akan menghormati mereka, tetapi wanita sepertimu tidak pantas untuk di hormati!” ucap Agam penuh penekanan menatap Viola dengan datar.


“Agam Wiliam?!” bentak Viola dengan amarah di hatinya, rasanya hatinya sangat sakit mendengar perkataan pria itu.


“Cepat lepaskan Claudia, sebelum yang aku katakan tadi benar-benar terjadi. Aku hitung sampai tiga jika kau tidak melepaskannya maka semuanya aku anggap selesai.” ancam Agam dengan senyuman sinis terukir di wajah tampannya.


Ketika melihat wajah Viola yang berubah pias. Rasanya ia puas, melihat ketakutan di wajah Viola.


“Baiklah waktumu habis. Cepat lepaskan ata—“ belum selesai Agam berbicara, tiba-tiba saja Viola melepaskan tangannya dari leher Claudia dan mendorong tubuh, lemah gadis itu. Hingga membuatnya hampir saja terjatuh ke tanah, tetapi untungnya ada Agam yang sigap menangkapnya.


“Kau tidak apa-apa? Maaf karena membuatmu menunggu,” ucap Agam dengan mimik bersalah membuat Claudia terdiam, seharusnya ia yang berterima kasih kepada pria itu. Jika dia tidak segera datang entah apa yang akan terjadi kepada gadis itu.


“Cepat tangkap dia!” perintah Agam setengah berteriak, membuat Viola menggelengkan kelapanya rasanya begitu terkejut, ternyata Agam pria itu sudah menyiapkan semuanya dari awal tanpa di ketahui olehnya. Bahkan Viola lupa membawa, anak buahnya ke sini untuk sekedar berjaga-jaga.


“A  apa yang kau lakukan! Mengapa kau menyuruh mereka menangkap aku? Jangan coba-coba menyentuhku. Kalian akan aku hancurkan jika berani menangkapku, apalagi menyentuhku?!” pekik Viola dengan histeris mundur ke belakang dengan, kedua tangan ke atas sebab anak buah Agam ternyata membawa pistol, dan mengarahkannya tepat kearah Viola.


Membuat nyalinya seketika menciut, siapa yang tidak takut jika di arahkan pistol. Tubuh Viola pun sempat bergetar karena takut, tatapan Agam benar-benar berubah saat menatapnya benar-benar membuat Viola ketakutan. Ada rasa menyesal di dalam dirinya, karena menantang orang yang salah.


“Lepaskan aku please, aku ja—janji tidak akan pernah mengganggu siapapun lagi!” mohon Viola dengan wajah yang ketakutan serta tubuh yang bergetar hebat.


“Aku tidak percaya kepadamu lagi Viola! Jangan harap kau bisa lepas, setelah apa yang kau perbuat! Kau kira dengan permintaan maafmu ini akan mengembalikan keadaan seperti semula, yang sempat kacau? Oh tentu saja tidak! Jangan bermimpi jika kau akan mendapatkan belas maaf dariku?!” tegas Agam dengan rahang mengeras, menatap Viola penuh kebencian.


Karena wanita licik itu, Tuan James memutuskan untuk memindahkan putra sematang wayangnya penerus keluarganya di negara Jerman tempat asal istrinya. Tuan James berputusan seperti ini, bukan karena dirinya egois untuk memisahkan putranya dengan orang yang di cintainya. Tetapi ia ingin melindungi putranya itu, ke tempat yang lebih aman dulu. Tuan James ingin Agam belajar banyak di Jerman nanti, dan pada saat kembali ke Paris putranya akan melangsungkan pernikahannya bersama orang yang di cintainya. Itulah keputusan dari tuan James, yang tidak dapat di bantah oleh Agam.
Jika mengingatnya rasanya Agam ingin memberi pelajaran kepada, wanita licik yang berada di hadapannya itu. Sungguh ia benci ini! Gara-gara wanita itu dadnya berputusan seperti ini. Ada rasa tidak rela di hatinya untuk berpisah, dari seseorang yang sudah mendapat tempat di hatinya. Gadis itu terlihat biasa, tetapi di mata Agam gadis itu adalah perempuan yang paling spesial sungguh Agam menyukainya bukan dari segi fisik tetapi hati yang di miliki gadis itu.


Gadis berkacamata, berpenampilan apa adanya yang saat ini di peluknya.


Cuman satu tahun! Kamu hanya akan menjadi milikku seorang, Claudia Kenzia Albert. Agam

***

Bersambung...

Beberapa part lagi End. Terimakasih banyak yang sudah ikutin cerita ini sampai end 😌❤🤩

Tag PJ EvaLiana63

#LovRinzWritingChallengeBatch02

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang