Bab 14. Kekesalan Claudia

36 23 2
                                    

“Ck! Mengapa kau datang lagi? Aku sudah bilang kepadamu! Jangan pernah menggangguku lagi!” kesal Claudia. Segera menyandarkan kepalanya lagi di pohon. Mencoba untuk tidak memperdulikan Agam. Pria yang selalu membuatnya panas dingin.


“Ini tempat umum, siapapun bisa datang ke tempat ini! Mengapa kau melarang aku untuk datang ke sini? Apakah ini tanah nenek moyangmu!” sungut Agam dengan santai duduk, di samping Claudia. Tanpa memperdulikan tatapan tajam, yang Claudia lontarkan untuknya.


“Iya! Ini tanah nenek moyangku asal kau tahu?!” bentak Claudia dengan sangar menggeser tubuhnya ke kanan, agak berjauhan dengan Agam. Karena ia tidak ingin ada seseorang yang melihat mereka berdua, duduk berdekatan. Bisa-bisa ia jadi bahan fitnahan satu sekolah nanti.


“Jadi cewek jangan galak-galak, nanti tidak akan ada satu pria pun,  yang menyukaimu! Tentu saja siapa yang mau menyukai gadis cupu sepertimu!” ejek Agam. Membuat Claudia seketika di buat emosi.
Bisa-bisanya pria itu mengejek dirinya cupu. Apakah Claudia secupu itu?  Sehingga di ejek-ejek terus-terusan.


Bukan cuman satu kali, Claudia di ejek seperti itu. Sudah banyak kali, bahkan ia pernah sampai di bully satu sekolahan. Karena berpenampilan seperti itu. Padahal mereka tidak tahu, siapa sebenarnya Claudia, jika mereka tahu mungkin semua pembullyan yang Claudia alami tidak akan terjadi. Siapa yang berani, membully keluarga Albert? Yang terkenal dengan kekuasaannya dimana-mana.


“Kau! Apakah aku secupu itu? Sehingga di ejek-ejek terus-terusan? Ck! Mata kalian sepertinya harus di cuci agar tidak buram!” sahut Claudia dengan mengejek. Membuat Agam seketika terdiam.



“Bedakan yang mana cupu! Dan mana tidak! Jangan seenaknya menilai seseorang dari penampilannya! Lihatlah dari kepribadiannya bukan cara berpakaiannya!” tutur Claudia dengan berapi-api. Sungguh Claudia miris dengan, orang-orang sekarang menilai orang dari cara berpakaian serta penampilan mereka.


Tetapi bukan, dari kepribadian serta hatinya.


“Putih belum tentu bersih, yang hitam pun belum tentu kotor! Jadi stop, mengejek seseorang dari cara berpenampilan mereka. Itu mungkin sudah jadi, ciri khas masing-masing!” pinta Claudia. Dengan segera mengambil tas miliknya, lalu pergi dari hadapan Agam. Yang nampak terdiam mematung.


‘Gadis unik, baru pertama kali aku melihat gadis sepertinya. Menasehatiku seperti momku sendiri, benar-benar menarik. Siapapun yang telah, menjadi milikku tidak akan pernah aku lepaskan,’ batin Agam tersenyum penuh arti.


Menatap punggung Claudia, yang menghilang dari balik gedung.



***


Mansion Utama Albert.


Claudia yang sudah sampai, segera masuk ke dalam mansion dengan langkah tergesa-gesa.


“Sayang, are you oke?” tanya mom Lea. Mengejar putrinya, yang hendak menaiki anak tangga. Nampak wajah putrinya yang pucat pasi, membuat mom Lea khawatir. Karena tidak seperti biasanya Claudia pulang ke mansion tanpa bersuara.


“Mom dad dimana? Aku ingin berbicara sesuatu kepadanya?” tanya Claudia.


“Apa kau lupa sayang, dad sedang dalam perjalanan kembali ke Inggris!” sahut mom Lea dengan kedua kening yang mengkerut heran. Apakah Claudia lupa jika dadnya sedang kembali ke Inggris, untuk mengurus anak cabang baru di Inggris.


“Astaga aku lupa! Bagaimana ini mom.” panik Claudia. Ia hampir lupa, jika dadnya sudah pergi ke Inggris.


“Bagaimana apanya? Ada apa denganmu Claudia?” tanya mom Lea dengan heran. Sebab putrinya itu hanya diam saja ketika ia bertanya.

“Mom! Apakah kau tahu, besok penerimaan raport di sekolah. Jika dad tidak datang, aku tidak akan bisa mengambil raportku mom,” kesal Claudia mengerucutkan bibirnya. Membuat mom Lea langsung tertawa.


“Kan ada mom, dadmu akan tinggal di Inggris sampai anak cabang itu selesai sayang. Karena dia membutuhkan tenaga kerja dari dad,” jelas mom Lea. Kepada putrinya itu yang nampak memasang wajah kesalnya.


Hanya kepada ibu dan ayahnya saja, Claudia bersikap manja dan keras kepala.


“Hmm ... Baiklah mom. Caca dan Karina apakah mereka sudah pulang?” tanya Claudia. Menatap sekitarnya mencari-cari keberadaan adik, dan sepupunya itu.


“Caca tidak pergi sekolah karena perutnya sakit, sedangkan Karina pergi ke bandara untuk menjemput grandma dan aunty Lala,” jawab mom Lea. Seraya mencicipi makanan yang habis ia masak di kitchen tadi.


“Oh, aku kira Karina sudah kembali ke Jerman. Bukankah dia ada acara minggu ini.” tutur Claudia seraya mengambil buah apel yang berada di hadapannya, dan segera menggigit buah apel tersebut.


“Mom juga berpikir begitu, tetapi kata Karina dia akan pindah ke sini, karena ada masalah besar yang terjadi kepadanya saat di Jerman!” sahut mom Lea.


Membuat Claudia seketika terdiam. Apakah yang ia dengar kemarin, betul? Karina bercerita kepada Caca tentang masalah yang ia alami di Jerman hingga dirinya hampir di perkosa oleh bosnya sendiri. Claudia yang kebetulan kemarin, lewat di depan kamar milik Caca yang sedikit terbuka. Sempat mendengar pembicaraan antara adik dan sepupunya itu. Sampai Karina menangis pun ia dengar, gadis itu begitu sedih. Karena dirinya hampir di perkosa oleh pria asing yang berstatus sebagai bosnya sendiri.
‘Apakah yang aku dengar kemarin betul? Tetapi gadis itu tidak pernah, menceritakan masalahnya kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi kepada Karina? Bahkan aunty Lala pun tidak pernah bercerita kepada mom tentang masalah besar yang terjadi kepada putrinya! Padahal mereka adalah saudara,’  batin Claudia dengan heran menatap, semangkok sup yang berada di hadapannya itu.


Ia begitu penasaran, dengan masalah yang terjadi kepada sepupunya itu. Sampai keluarganya pun tidak di beritahu. Apa yang sedang aunty Lala sembunyikan? Kepada keluarga mereka, sampai saudaranya sendiri pun tidak di beritahu.



“Sayang, mengapa melamun? Apakah supnya kurang sesuatu?” tanya mom Lea. Menatap putrinya itu dengan intens. Yang nampak diam tanpa ada niatan untuk, menyantap sup yang berada di hadapannya itu.



“Tidak ada mom, supnya enak karena yang membuatnya mom. Pasti akan selalu enak,” ungkap Claudia. Membuat mom Lea tersipu malu, karena mendapat pujian dari putrinya.


“Masa sih.” malu mom Lea. Memukul tangan putrinya dengan pelan.


“Mom bolehkah aku bertanya?” tanya Claudia.





“Boleh, memangnya Claudia ingin bertanya apa?” tanya mom Lea balik.



"Mamma, se un uomo si avvicina a noi cosa significa?" tanya Claudia.
[Mom jika seorang pria mendekati kita itu, artinya apa?]


"Perché chiedere così? C'è un uomo che osa avvicinarsi alla figlia di questa mamma?" tanya mom Lea balik, menahan tawanya ketika melihat wajah putrinya yang nampak berubah kesal.
[Kenapa bertanya seperti itu? Apakah ada pria yang berani mendekati putri mom ini?]


"Io. No! Stavo solo chiedendo alla mamma. Dopotutto, chi osa avvicinarsi a me!" kesal Claudia.
[Aku. Tidak! Aku hanya bertanya pada mom. Lagi pula siapa yang berani mendekatiku!]


"È vero?" tanya mom Lea menahan tawanya.
[Benarkah?]


“Yes mom!” jawab Claudia dengan kesal. Bisa-bisanya momnya itu menertawakan dirinya.



***

Bersambung...

Happy Reading 🥰

Wah ... Wah tercium bau-bau konflik di mulai 😌🙈 Jangan lupa Vote and komen kalian 🙏 Biar penulisnya tambah semangat lagi buat update  ...

Izin tag PJ

EvaLiana63

#LovRinzWritingChallengeBatch02

Penerbit_LovRinz 🥰

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang