“Siapa dia sayang?” tanya pria asing tersebut, hendak melihat seseorang yang telah mengganggu aktivitas panas mereka. Tetapi sebelum itu terjadi Viola sudah lebih, dahulu mendorong tubuh pria itu dan menyuruhnya untuk bersembunyi.
“Pergilah cepat! Jangan banyak bertanya?!” bentak Viola kepada pria asing yang berada di hadapannya. Yang tidaklah lain, adalah kekasihnya sendiri.
“Tapi—“
“Pergilah?! Nanti aku suruh baru kau boleh keluar!” bentak Viola menyeringai tipis. Kali ini rencana yang ia buat tidak boleh sampai gagal.
“Baiklah,” kesal pria tersebut dengan tergesa-gesa segera pergi, untuk bersembunyi.
‘Bagus, kali ini rencanaku tidak boleh sampai gagal,’ batin Viola menyeringai licik ketika melihat orang yang ia tunggu, kini sudah datang ke hadapannya bersama seorang pria tampan di belakangnya. Yang Viola yakini adalah rekan bisnis ayahnya. Yaitu tuan Kevin.
“Wah ... Ternyata dugaanku benar! Kau pasti akan membawa seorang pria untuk menemanimu. Benar-benar cocok untuk di katai seorang pengecut!” ejek Viola dengan sinis. Membuat Claudia seketika terdiam dengan senyum tipis di bibirnya. Tanpa Viola sadari.
“Kau! Berani sekali kau mengatai Claudia pengecut! Apakah aku tidak salah dengar!” kesal Kevin. Menatap Viola dengan sangat tajam. Karena telah berani mengatai sepupunya.
Beginilah sifat Kevin tidak pernah berubah. Dari dulu sampai sekarang, selalu bersikap manis dan, perduli kepada sepupunya. Hanya kepada Claudia saja ia bersikap terbuka dan konyol, Kevin yang terkenal es kulkas enam belas pintu, jika bertemu Claudia yang notabenenya adalah sepupunya sendiri. Akan berubah 180 derajat. Contohnya seperti sekarang, Kevin tidak Terima jika Claudia di katai-katai pengecut oleh wanita licik yang berada di hadapan mereka.
“Jadi aku harus memanggilnya apa? Dia pantas di panggil seorang pengecut! Atau bit*h!” ejek Viola tanpa sadar ia mengejek dirinya sendiri.
“Ck! Sepertinya kau harus sadar diri Viola! Bukan aku yang Bit*h tetapi kau! Berciuman dengan seorang pria asing, apakah itu bukan seorang bit*h!” tutur Claudia dengan mengejek.
Jujur Claudia begitu marah dirinya di katai Bit*h oleh, seorang wanita mura*an seperti Viola.
“Lo ya! Dasar cupu?!” bentak Viola dengan amarah melayangkan tangannya ke atas, dan segera berjalan mendekati Claudia. Siap untuk menampar wajah Claudia. Tetapi sebelum itu terjadi Kevin sudah lebih dulu, menangkap tangan Viola dan menghempaskannya dengan kasar.
“Jaga bicaramu wanita gila! Sepertinya yang cupu di sini, bukan Claudia tetapi otakmu! Pemikiranmu terlalu pendek! Menganggap penampilan seseorang cupu! Apakah ini etika yang ibu dan ayahmu ajarkan kepadamu!” ujar Kevin dengan berapi-api menatap Viola dengan dingin dan tajam.
Hingga membuat wanita itu bergidik ngeri.
“Hei tuan Kevin! Apa Anda bilang? Pemikiranku terlalu pendek? What! Apakah aku tidak salah dengar.”
“Dan apa? Etika? Ck! Jaga bicara Anda tuan. Aku bisa saja memberitahukan kepada dadku agar menarik seluruh saham yang ia berikan kepadamu! Agar kau jatuh miskin?!” bentak Viola dengan sinis menatap Kevin beserta Claudia secara bergantian.
“Beritahu saja! Aku tidak takut akan ancamanmu. Bukan aku yang akan jatuh miskin! Tetapi keluargamu!” sinis Kevin. Membuat Viola seketika terdiam.
“Maksud Anda apa? Asal Anda tahu dadku adalah orang terkaya di Paris! Keluargaku adalah keluarga terpandang! Jadi jangan macam-macam kepadaku. Aku bisa saja membuat kalian berdua jatuh miskin!” ancam Viola dengan bangganya. Karena keluarganya adalah keluarga, terpengaruh di Paris.
Tanpa Viola sadari bukan cuman keluarganya yang terkaya dan terpandang di Paris.
“Ck! Sepertinya haluanmu sangat tinggi wanita gila! Jika bukan karena bekerja sama dengan perusahaan keluargaku! Perusahaan ayahmu tidak ada apa-apanya di banding kami.” ejek Kevin. Karena sejujurnya tanpa adanya campur tangan, dari perusahaan Albert dan Graham perusahaan Bernade tidak ada apa-apanya, di mata dunia.
“Kevin,” peringat Claudia menyenggol lengan kekar milik sepupunya itu.
“Eh sorry, aku hampir lupa.” sahut Kevin dengan cengegesan.
Sementara Viola yang mendengar ucapan dari Kevin tadi. Seketika terdiam dengan ekspresi wajah yang sulit di artikan.
‘Ini tidak mungkin! Pasti pria itu sedang berbohong untuk menjatuhkan harga diriku di hadapan gadis cupu dan jelek itu,’ batin Viola. Dengan emosi meremas ujung roknya.
“Kau pasti sedang berbohong tuan Kevin! Ayahku selalu benar. Dia sendiri yang membangun perusahaan itu dengan hasil kerja kerasnya sendiri! Mana ada dia meminta bantuan kepada keluargamu dan keluarga Albert! Kalian pasti sedang berbohong, untuk menjatuhkan harga diriku bukan?!” bentak Viola.
“Terserah kau saja! Aku sudah memberitahumu yang sebenarnya! Jika kau tidak percaya tanyakan saja langsung kepada kedua orang tuamu!” tutur Kevin dengan dingin.
Membuat Viola kembali terdiam. Masih tidak percaya atas apa yang tuan Kevin ucapkan kepadanya.
“Tidak ini tidak mungkin! Pasti kalian sedang membohongiku bukan?!” bentak Viola emosi. Segera berjalan mendekati Claudia lagi. Walaupun tubuhnya harus di dorong oleh tuan Kevin.
“Minggirlah! Biarkan aku berbicara berdua, dengan gadis cupu itu!” marah Viola. Memandang Kevin dengan sangat tajam.
Andai pria itu tidak ada, mungkin Viola tidak akan segan-segan mendorong Claudia dari atas Rootpoff.
“Ck! Aku tidak mau.” tolak Kevin. Jujur ia takut, jika sampai Viola berbuat hal buruk kepada Claudia.
“Kau?!”
“Kak Kevin, biarkan dia berbicara kepadaku. Jangan khawatir aku jamin, dia tidak akan berbuat macam-macam kepadaku percayailah!” pinta Claudia membuka suara. Karena sedari tadi diam melihat pertengkaran antara Kevin dan Viola.
“Tapi—“ tampak Kevin ragu-ragu, untuk membiarkan Claudia berbicara berdua dengan Viola. Mengingat Viola bukanlah gadis baik-baik. Membuat Kevin takut.
“Percayalah,” bisik Claudia.
“Jika dia berani macam-macam kepadaku! Aku pasti akan memanggilmu!” Claudia berucap dengan penuh keberanian. Jika Viola sampai macam-macam kepadanya lihat saja, tangan gadis itu akan ia patahkan untuk kedua kalinya.
“Oke baiklah. Jika dia sampai macam-macam panggil aku,” bisik Kevin. Segera pergi meninggalkan Claudia dan Viola berdua.
Selepas Kevin pergi. Viola langsung tersenyum sinis memandang rendah gadis yang berada di hadapannya yang tidaklah lain adalah Claudia. Gadis cupu, yang telah merebut Agam darinya. Hingga membuat hubungannya dengan Agam sampai berakhir.
“Bagus ya, jadi seorang ja*ang. Ke mana-mana pasti di temani. Bilangnya pengecut! Padahal dia sendiri yang pengecut! Dasar bit*h!” ejek Viola dengan melipat kedua tangannya di dada. Memandang Claudia dengan rendah.
“What? Apakah aku tidak salah dengar? Kau bilang aku apa? Ja*ang? Bukankah kebalikannya?” balas Claudia mengejek sambil tersenyum sinis. Membalas tatapan Viola dengan tajam .
“Lo ya?!” pekik Viola hendak menampar wajah Claudia. Tetapi sebelum tangannya mendarat di wajah gadis itu, Claudia sudah lebih dahulu menarik tangan Viola dan menggigitnya dengan sangat kuat. Hingga membuat Viola berteriak kesakitan. Karena tangannya yang di gigit oleh Claudia dengan sangat kuat.
***Bersambung...
Happy Reading 🤩
Tag PJ
Yuk jangan lupa Vote and komennya 🤩 Biar author tambah Semangat buat update.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT]
General Fiction"Merelakan adalah pilihan terbaik, daripada harus memiliki. Tuhan punya cara lain untuk, menguji kesabaran para hamba-hambanya-Nya." ~Arinda Tepat di tanggal 5 Februari 2022 seorang gadis keturunan Albert, mengembuskan nafas terakhirnya di hari be...