Dua jam kemudian.
Setelah perbincangan hangat, dan menyedihkan antara nyonya Alana dan mom Lea. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke ruang IGD ketika mendengar bahwa putra nyonya Alana telah siuman dari komanya. Membuat mom Lea bersyukur, karena orang yang telah menyelamatkan putrinya telah sadar.
Ruang IGD.
“Sayang ... Kau sudah sadar? Apakah sakit?” tanya nyonya Alana menatap putranya itu dengan sendu.
Sungguh ia tidak kuat, melihat putra semata wayangnya dalam kondisi seperti ini. Benar-benar membuat hatinya terpukul.
“Mo—mom di—dimana Claudia?” tanya Agam terbata-bata menatap sekitarnya dengan saksama mencoba menyesuaikan penglihatannya yang agak buram.
“Di—dia!” nyonya Alana nampak terdiam ia bingung mau menjawab apa, tentang gadis itu?
“Claudia baik-baik saja Nak,” jawab mom Lea menimpali perkataan Agam dengan senyuman.
Membuat Agam terdiam dengan ekspresi wajah yang sulit di jabarkan dengan kata-kata.
“Da—daddy di—dimana?” tanya Agam menanyai dadnya pria yang ia rindukan saat ini.
“Sayang dadmu sedang di luar kota, mungkin besok atau lusa baru datang ke paris.” Jawab nyonya Alana mengusap penuh kasih sayang wajah tampan putranya itu.
“Mom bisakah aku bertemu dengan Claudia?” tanya Agam setenang mungkin, membuat kedua wanita tersebut saling tatap dengan ekspresi wajah yang sulit di jabarkan dengan kata-kata.
“Mom!” kesal Agam yang baru saja bangun dari alam bawah sadarnya, tetapi ia sudah berani memanggil momnya dengan nada kesalnya. Sebab wanita parubaya itu nampak diam saja tanpa ada ancang-ancang untuk mengiyakan permintaan dari putranya Agam.
“Ta—tapi Bagai—“ ucapan nyonya Alana tergantung ke udara, ketika mendengar ucapan dari wanita cantik asli Indonesia yang berada di hadapannya itu.
“Jika kau ingin bertemu dengan putriku Claudia maka, kau harus istirahat dulu. Jangan banyak pikir dulu. Kau baru saja sadar!” tutur mom Lea berkata dengan tenang. Menatap pria tampan yang terbaring di atas brankar rumah sakit. Nampak wajah tampan itu terlihat pias, sepertinya ia tidak sabaran untuk bertemu gadis yang baru saja ia panggil namanya tadi.
“Baiklah!” balas Agam dengan wajah pias segera menutup kedua matanya. Dokter wanita nampak datang ke dalam ruangan UGD menyuruh kedua wanita tersebut untuk keluar, agar memudahkan mereka untuk merawat dan memeriksa pasiennya yang saat ini sudah sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT]
General Fiction"Merelakan adalah pilihan terbaik, daripada harus memiliki. Tuhan punya cara lain untuk, menguji kesabaran para hamba-hambanya-Nya." ~Arinda Tepat di tanggal 5 Februari 2022 seorang gadis keturunan Albert, mengembuskan nafas terakhirnya di hari be...