34-Penuh Penekanan

87 46 1
                                    

Sepulang sekolah Raffa kembali meninggalkan Aqilla, dengan tubuh yang lemas Aqilla menaiki motornya lalu melaju membelah jalanan yang panas dan macet, Hari ini Aqilla sangat tidak bersemangat karena sebagian besar semangatnya ia taruh pada sahabatnya tetapi sekarang ntah kenapa sahabatnya malah menjauhinya

Tanpa Aqilla sadari ada dua motor yang mengawasinya dari jauh ia terus mengikuti Aqilla sampai kedanau yang waktu itu Aqilla kunjungi

Aqilla mendudukan tubuhnya menatap air danau yang begitu tenang, Hatinya saat ini begitu hancur dan rapuh hidupnya terasa seorang diri semuanya meninggalkan Aqilla bahkan Aqilla tidak tahu alasannya

"ARGHH GW SALAH APAA" Teriaknya membuat orang-orang yang tadi mengikutinya menatap sendu Aqilla

"Gw salah apa hiks" Lirihnya sambil menangis tidak karuan

"Hikss gw capek"

"Kenapa harus seperti ini hikss"

"Gue lebih baik mati hiks didunia ini gak ada lagi yang peduli sama gue" Lirihnya dengan bahu yang bergetar

DEG

Raffa menatap Arka hatinya sudah tidak kuat melakukan drama ini ia tidak sanggup melihat Aqilla seperti ini "Gw harus apa ka" Ujarnya pelan

"Kita lihat dulu apa bokap Qila akan terus nyakitin Aqilla, Kalo benar ia menepati janjinya kita terpaksa harus seperti ini demi Aqilla, dan jika bokap Qilla mengingkari janjinya kita batalin rencana kita, Percuma!" Ujar Arka tidak biasanya bicara panjang lebar

"TUHAN AKU CAPEK" Teriak Aqilla lalu merosotkan tubuhnya ketanah

“Hiks hiks”

Sahabatnya yang melihat itu menatap Aqilla sendu kemudian Raffa mengajak sikembar untuk pergi dari sana karena tidak sanggup lagi melihat Aqilla yang kacau seperti ini

Berbeda dengan Aqilla ia terus melamun memori suramnya berputar seperti kaset yang rusak, Membuat air matanya turun semakin deras

"Gw udah bilang sama kalian, kalian satu-satunya penyemangat gw tapi kenapa kalian malah jauhin gw" Lirihnya

Sampe sore pun Aqilla belum pulang dari sana. Raffa, Arka dan Ardi yang sudah menunggu dirumah Raffa ikut cemas karena Aqilla ynag tidak kunjung terlihat tapi alat deteksi ya menunjukkan titik keberadaan Aqilla masih ditempat yang sama membuat mereka heran apa yang sedang Aqilla lakukan disana?!

"Aqilla belum balik" Ujar Raffa sembari berjalan dari balkonnya

"Kasihan Aqilla gw gak bisa jauhin dia" Keluh Ardi yang sedari tadi murung

"Sabar" Sahut Arka

"Setelah kejadian ini Aqilla pasti benci sama gw" Gumam Raffa menatap langit-langit kamarnya

Mereka bertiga menunggu Aqilla dengan perasaan yang cemas dan untungnya Aqilla pulang saat adzan maghrib Raffa menghela nafas lega bibirnya terangkat membentuk senyuman kecil

Aqilla masuk kerumahnya dengan mata yang sembab bahkan Raffa pun dapat melihatnya, Sesampainya diruang keluarga Aqilla ia menyerngit heran, karena tvnya menyala tidak biasanya panji menonton tv bahkan sudah hampir tiga bulan tv itu tidak digunakan, Aqilla Lagi-lagi terdiam melihat orang yang duduk disoffanya dengan cemilan yang banyak

"Hai qil dari mana lo" Ujarnya

"Bukan urusan lo" Sarkas Aqilla lalu melanjutkan langkahnya

"PAH SI ANAK BEBAN UDAH PULANG" Teriak Abilla kemudian panji datang dari arah kamarnya dengan wajah yang marah

"Goblok" Batin Aqilla

"Dari mana saja kamu Aqilla jam segini baru pulang" Sentak panji dengan mata yang selalu melotot

Aqilla yang trauma dengan bentakan ia menundukkan kepalanya tubuhnya terasa lemas

"DARI MANA!!" Bentak panji

"Danau" Sahut Aqilla pelan

"Bohong kamu! Pasti kamu main sama temen-temen begajulan itukan"

"Aqilla gak bohong pah buat apa Aqilla bohong toh sahabat Aqilla juga udah ngejauh" Sarkasnya

"Kamu emang pantas untuk dijauhi kamu itu sangat berbeda dengan orang lain, Kamu berpenyakitan, mental kamu juga rusak!!" Sentak Panji

DEG

Lagi-lagi kata 'Berpenyakitan' dilontarkan membuat hati Aqilla teriris bahkan orang tuanya sendiri yang mengucapkan itu

“Mental Aqilla rusak karena papah!” Pekiknya penuh penekanan

"AQILLA KAYAK GINI GARA-GARA Siapa HAH? GARA - GARA KALIAN! PAPAH DAN BUNDA SELAU SIKSA AKU MENTAL AKU JADI RUSAK PAH!” Sentaknya dengan nada yang tinggi

PLAK

Panji menampar Aqilla dengan emosi yang memuncak

“Hiks” Aqilla hanya menangis dengan tangan yang meraba pipinya

“Yang sopan kalo ngomong sama orang tua” Pekik Panji

"Papah jahat! Aqilla penyakitan seperti ini karena Aqilla berkorban untuk papah pah" Lirihnya

Abilla melotot jangan sampai Panji tahu tentang transplantasi ginjal itu

Panji malah berdecak memutar bola matanya jengah "Sekali lagi kamu bilang saya penyebabnya saya gantung kamu! Yang nolong saya itu udah meninggal jadi kamu jangan seenaknya ngaku-ngaku" Pekiknya

"Meninggal?" Beo Aqilla langsung menatap Abilla tajam

Abilla mengangkat satu alisnya tersenyum licik, lalu memalingkan wajahnya menatap kembali tv yang ada dihadapnnya sungguh serasa rumah milik sendiri

“Capek tiap hari ribut mulu” Gerutu Abilla

PLAKK

"PERGI KAMU DARI SINI SAYA MUAK LIHAT MUKA KAMU" Ujar panji

Aqilla memegang pipinya menatap nanar panji lalu berlari masuk kekamarnya, Aqilla membanting pintu kamarnya lalu menjatuhkan tubuhnya dikasur queen sizenya

"Kapan gw dapet kasih sayang dari kalian! Kapan"

"Gw capek hiks apa yang harus gw lakuin"

"Siapapun Bilang sama gw" Lirihnya sambil memukuk-mukul bonekanya

"MATI" Pekik Abilla yang tidak sengaja mendengar lirihan Aqilla, ia terus melangkah pergi ke kamar yang bersebelahan dengan Aqilla

Aqilla menatap Abilla kesal ia kembali menangis dan mendumel Aqilla yang sudah malas menyakiti tubuhnya ia langsung meminum obat dinakasnya agar Aqilla bisa tidur pulas dengan air mata yang selalu menetes Aqilla sudah terlelap dimimpinya

KITA BERBEDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang