Hari sabtu pukul 10.00 pagi, Ryujin sudah berada di rumah sakit. Ia harus menemui salah satu perawat yang bertanggungjawab untuk memberikan izin menjenguk sebelum masuk ke ruangan pasien.
"Batas maksimal berkunjung dua jam ya."
"Baik terimakasih," balas Ryujin.
Ryujin tidak datang dengan tangan kosong, ia membawa satu paper bag berukuran sedang dan di dekapan tangannya ada satu buket bunga.
Sesampainya di depan kamar inap, Ryujin sempat memeriksa isi ruangan terlebih dahulu melalui kaca jendela pada pintu dan ternyata sudah ada seseorang yang ia kenal.
Suara pintu terbuka membuat seorang laki-laki yang berada di dalam ruangan itu langsung membalikkan badannya dan menatap Ryujin yang tersenyum padanya.
"Hai Sa, gue dateng ke sini mau jenguk tante Jisoo. Boleh kan?"
Asahi adalah laki-laki itu dan kini ia bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Ryujin.
"Kenapa gak bilang dulu?"
"Waduh, apa Asahi gak suka kalau gue dateng kesini?" batin Ryujin.
"Umm itu..."
"Gue bisa jemput lo sekalian."
"Hah?" Ryujin benar-benar tidak bisa menebak Asahi.
"Berarti lo gak marah kan kalau gue jenguk nyokap lo?"
"Kenapa harus marah?" tanya Asahi balik.
"Ya siapa tau lo marah-marah lagi kayak waktu itu," jawab Ryujin sembari tersenyum kaku.
"Sorry buat waktu itu."
OH TUHAN, ada apa dengan laki-laki ini sebenarnya? Mengapa semakin ke sini sifatnya menjadi lebih lembut dari sebelumnya, begitu pikir Ryujin.
"Anyway, gue bawain kotak musik sama bunga. Nanti biar gue minta perawat buat nyalain kotak musiknya saat dia cek nyokap lo. Semoga aja ini bisa sedikit menemani dan menghibur tante Jisoo."
Kini Ryujin berjalan menuju meja samping kasur Jisoo lalu mengeluarkan bunga yang berada di vas bunga dan menggantinya dengan bunga yang ia bawa.
Selesai itu, Ryujin mengeluarkan kotak musik dari dalam paper bag dan juga menaruhnya di samping vas bunga.
"Sebagai teman yang baik, gue siap kok jenguk tante Jisoo lebih sering lagi."
"Emang kita berteman?"
Ryujin terdiam, baru saja ia diterbangkan tinggi dengan sikap lembut seorang Asahi dan pada akhirnya tetap dijatuhkan juga.
Walau begitu Ryujin harus menahan rasa kesalnya. Mengambil simpati Asahi adalah tugas Ryujin, sehingga lambat taun laki-laki ini akan luluh padanya.
"Kita bisa ko jadi teman. Gue Ryujin Alana Anindira, lo bisa panggil gue Ryujin," ucap Ryujin sembari mengajak Asahi untuk berjabat tangan.
Angin yang masuk melalui kaca jendela yang membalas jabat tangan Ryujin. Asahi hanya diam menatap Ryujin dengan memangku kedua tangannya di depan dada.
"Sabar Ryu sabar, tunggu bentar lagi," ucap Ryujin dalam hatinya, padahal tangannya sudah mulai pegal.
"Lo hanya perlu bales jabat tangan gue, apa susahnya sih ASAHI!" teriak Ryujin masih dalam hatinya.
Asahi masih menatap Ryujin, ia menghiraukan perempuan yang kini sudah mulai terlihat kesal itu. Entah disadari oleh Ryujin atau tidak, Asahi tengah tersenyum walaupun hanya tipis-tipis saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ Kisah cinta antara seorang laki-laki bernama Asahi, calon penerus perusahaan teknologi ternama dengan seorang perempuan pemilik toko bunga, Ryujin. Awal mulanya, pertemuan Asahi dan Ryujin telah direncanakan sebelumnya. Tanpa sepengeta...