34 - Tidak bisa berhenti begitu saja

399 67 33
                                    

Yuri baru saja sampai di apartemennya setelah seharian mengecek semua penginapan, saat ini sudah pukul 16.15 sore.

Yuri meneguk habis air minumnya lalu duduk di meja mini bar sembari memakan buah anggur. Bersamaan dengan itu, ada panggilan masuk dari ayahnya. Omong-omong ayah Yuri bernama Changkyun.

"Halo pah."

"Kamu dimana nak?"

"Di apartemen pah."

"Awalnya papah sama mamah mau ke Jakarta tapi tiba-tiba banyak tamu jadi papah bicara disini aja ya."

"Ada apa pah? Mendesak banget ya?"

"Iya, ini soal hubungan kamu sama Asahi. Papah sudah mendengar beritanya kalau penerus perusahaan bukan Asahi, makanya papah ingin kalian putus."

"Apa pah? Papah bercanda aja kan? Yuri gak mau putus dari Asahi pah, papah kan tau kalau Yuri sayang banget sama Asahi."

"Tapi dia tidak pernah serius padamu, iya kan? Sudahlah Yuri, papah juga akan menghentikan kontrak dengan mereka. Lebih baik kamu menikah dengan anak teman papah, kehidupannya sudah jelas dan dia pasti bisa membahagiakan kamu."

Perkataan Changkyun membuat Yuri sedih, bukan ini yang ia inginkan. Yuri mencoba untuk mengatur perasaannya, ia tidak ingin berdebat dengan ayahnya.

"Papah...Yuri udah besar, Yuri berhak memilih kehidupanku sendiri termasuk pasangan hidupku. Walau Asahi bukan penerus perusahaan, dia masih keluarga Dharmendra. Hubunganku sudah direstui oleh om Younghoon dan kakek Seunghyun, Yuri gak mau melepas kesempatan ini gitu saja."

"Papah tidak peduli Yuri, semua ini demi kebaikan kamu. Kalau kamu masih bersikap keras kepala, pulang ke Bali dan tidak usah tinggal di Jakarta lagi."

"Papah..."

PIP – Panggilan telepon itu terputus padahal Yuri belum menyelesaikan perkataannya.

Buah anggur yang sedari tadi ada dalam genggamannya kini hancur akibat diremukkan, Yuri sangat kesal.

Tak lama terdengar suara bel, Yuri bangun dari duduknya lalu mencuci kedua tangannya sebelum ia berjalan untuk membukakan pintu.

"Asahi," ucap Yuri saat membuka pintu.

"Kita harus bicara."

"Masuk dulu."

Yuri mempersilahkan Asahi masuk ke dalam apartemennya. Kini keduanya duduk di sofa ruang tamu, Yuri juga sudah menyajikan segelas minuman untuk Asahi.

"Aku senang kamu mau dateng ke sini Sa."

"Kita putus."

DEG – Jantung Yuri berdebar lebih kencang, ia sangat terkejut mendengarnya dan perasaannya menjadi tidak karuan.

"Putus? Aku gak mau."

"Lo gak akan tersiksa lagi karena sikap gue dan gue minta maaf soal itu."

Tidak ada tanggapan, Yuri sedang mengatur perasaan dan emosinya. Kepalanya terasa berat, Yuri mulai merasa pening.

"Gue tau gue salah, sekali lagi gue minta maaf soal itu. Yuri lo berhak dapetin kebahagiaan."

Masih saja tidak ada tanggapan, Yuri memegangi kepalanya yang semakin terasa sakit.

"Lo boleh benci gue, gue terima itu semua. Hiduplah lebih baik lagi kedepannya, temui laki-laki yang bisa mencintai lo sepenuhnya."

Yuri mengepalkan tangannya lalu berdiri, "Bentar Sa."

Uncontrollable - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang