14. Surat dari mama

52 29 73
                                    

Agatha dan Kenan berada dipuncak gunung,seperti permintaan Agatha, Kenan menurutinya untuk datang kesini.

Mereka memilih diatas gunung,karena tidak akan ada yang bisa tau tentang pembicaraan Kenan dan Agatha.

"Ini,gue nemu surat ini terkubur tanah,belum gue buka,karena niatnya gue mau buka bareng sama lo." Ucap Kenan,saat dia berbicara serius kenapa terlihat lebih tampan?

Agatha langsung membuka surat yang disodorkan Kenan,surat itu sudah usang,kotor dan ada bagian yang sobek,bahkan ada tetesan air mata yang sudah mengering.

Air mata Agatha langsung keluar begitu saja,saat melihat isi dari surat itu. Gadis itu terus menunduk sembari menahan isak tangisnya.

Kenan mengangkat dagu Agatha, "Jangan nunduk,nanti mahkotamu jatuh."

"Gue salah apa,Ken?" mendengar itu Kenan langsung menarik Agatha dalam pelukanya.

"Lo gak salah,dunia emang kejam." Kenan mengusap punggung Agatha,dia tahu Agatha sedang membutuhkan senderan.

"Nangis aja gak papa,kalo emang buat lo lega."

"Kenapa semua ini terjadi di gue,Ken? Kenapa?!" Agatha mendongak menatap Kenan dengan tatapan bertanya.

"Ini udah takdir,Ta." Satu tetes jatuh dari mata Kenan,membuat laki-laki itu langsung mengusapnya.

Agatha kembali terjatuh dalam pelukan Kenan,terus mengeluarkan air matanya,membuat jaket Kenan basah.

Kenan menarik paksa surat yang berada ditangan Agatha,"Gak ussh dibaca lagi,gue gak mau lo nangis terus." Kenan melipat kertas itu dan memasukan kedalam kantong celananya.

"Udah nangisnya?" Tanya Kenan.

Agatha langsung mengelap wajah kasar. "Pulang," Ucap Agatha membuat Kenan mengangguk.

"Kita ke makam nyokap lo dulu mau?" tawar Kenan dengan suara beratnya.

Agatha mengangguk.

Motor berwarna hitam yang dinaiki sepasang pemuda itu melesat dengan kecepatan tinggi.

Saat sudah sampai di Makam,Agatha langsung berlari kecil kearah gundukan tanah yang berada didekat pohon.

"Mama," sapa Agatha mengulas senyum terpaksa.

Kenan menyodorkan keranjang bunga yang sempat ia beli tadi, Agatha langsung menerimanya dan meletakan disamping sepatunya.

Mata Agatha kembali menatap batu nisan yang sudah kotor.

Beberapa minggu lalu Agatha jarang datang ke Makam mamanya,karena setiap ia ingin mengunjungi makam ini,papanya selalu menambah jam belajar untuknya.

Tangan Agatha bergerak mencabuti rumput yang berada digundukan tanah itu.

"Maaf ya Ma, Ata jarang kesini."

"Ata disuruh belajar terus sama papa."

"Dan... Makasih udah pernah hadir dikehidupan Ata,walaupun Ata bukan anak kandung mama." tangisan Agatha mengelegar dimakam itu.

Kenan langsung membawa Agatha kedalam pelukanya. Tangannya setia mengusap punggung Agatha.

"Kak,takdir gue kayak gini ternyata." Ucap Agatha kepada Kenan.

Dug.

Pasokan ditubuh Kenan seketika berkurang,baru pertama kali ini dia dipanggil 'kak' oleh Agatha.

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang