(1)

150 0 137
                                    

Han Cha Young berjalan pelan dengan berjinjit, kedua tangannya memegang sepatu flat shoes agar tak mengeluarkan bunyi dan tasnya diselempangkan di kiri. Koridor yang dilewatinya mulai gelap dan yang dia inginkan hanya sampai di kamarnya sebelum ibu asrama menangkapnya. Tanpa sadar dia melewati cermin besar di dinding kiri dan Cha Young berhenti—sedikit terkejut melihat dirinya yang sedikit berantakan meskipun dia menggunakan gaun putih yang manis.

Sesungguhnya suasana hatinya pun saat ini berantakan.

Matanya sudah kering dengan air mata tapi gadis itu tidak perduli. Beberapa menit kemudian akhirnya dia sampai di kamarnya yang sudah gelap dan sedikit berbau aroma terapi, yang menandakan Suzy teman sekamarnya telah tidur. Suzy tak bisa tidur tanpa aroma terapi. Cha Young menghela nafas lega—bisa panjang urusan kalau Suzy belum tidur dan menemukannya baru pulang dengan keadaan seperti itu. Dengan berhati- hati Cha Young meletakkan tas selempang di meja dan sepatu di rak sepatu kecilnya lalu mengambil handuk di beranda dan masuk ke kamar mandi.

Gadis itu terdiam sejenak dan bersandar di pintu, nafasnya tersengal- sengal. Selain karena perjalanan menegangkan hingga ke kamar asramanya, tapi karena sesuatu yang baru saja dia alami.

Ya Tuhan, apa yang baru saja dia lakukan?

Apa yang baru sama mereka lakukan?

Cha Young menutup mata, dadanya masih berdebar kencang dan tanpa sadar airmata kembali membasahi pipinya. Dia tidak percaya dirinya bisa melakukan itu. Gadis itu berjalan dengan gontai dan sedikit mengisak, menyalakan shower yang hangat, menanggalkan pakaiannya.

Gadis itu kembali terdiam melihat tanda merah di dada, perut dan pundaknya dan rasa tegang itu kembali menyelimutinya.

Ya Tuhan... apa yang baru saja aku lakukan? Gadis itu menangis dalam guyuran air, menutup wajahnya.

Dia baru saja melakukan hal yang fatal.

*

Besoknya dia terbangun dan menemukan dirinya terlambat. Suzy sudah tidak ada di tempat tidurnya dan aroma wangi terapi sudah menghilang dari kamar, menandakan Suzy sudah pergi cukup lama. Cha Young terbatuk sebentar dan kepalanya terasa berputar- putar. Sial, itu pasti efek minuman tak dikenal yang semalam diteguknya.

Tiba- tiba gadis itu tertegun.

Minuman...

Wine...

Cha Young menggeleng kepalanya. "Andwe," bisiknya, meyakinkan diri sendiri. "Aku tidak boleh mengingatnya." Dua jam shower semalam menghasilkan keputusan bahwa dia apapun yang terjadi tadi malam tidak pantas diingatnya.

Tapi apakah semudah itu?

Apa yang terjadi tadi malam sangat- sangat fatal dan tidak seharusnya dia lakukan...

Cha Young mengerang dengan suara serak dan mengubur kepalanya dalam selimut, mencoba meyakinkan diri bahwa dia hanya bermimpi.

Sial, dia tidak bisa mengatakan dia bermimpi.

Karena semua terasa sungguh nyata dan tanda- tanda merah dalam tubuhnya itulah buktinya.

Suzy menatapnya dari ujung meja ketika Cha Young melangkah ke tempat duduknya. Cha Young sendiri berpura- pura tidak melihatnya, sibuk mempersiapkan buku materinya yang tebal dan segera memakai kacamata burung hantunya, berpura- pura sibuk menekuni tulisan di buku tebal tersebut. Namun hatinya mencelos mendengar suara kursi berderit dan detik kemudian Suzy telah duduk di depannya, menatap Cha Young dengan tatapan tajam dan menginterogasi.

"H—hai," Cha Young tersenyum polos, yang bagi sahabt baiknya ini terlihat sangat mencurigakan.

"Kau pulang jam berapa semalam?" tanya Suzy curiga, dan tatapan menakutkan.

Shine Where stories live. Discover now