(22)

87 0 100
                                    

PRIA itu melenguh pasrah menatap gedung pencakar langit di depannya. Gedung yang hampir seluruhnya berdindingkan kaca tersebut adalah yang paling besar dan mencolok; seolah mengintimidasi gedung- gedung mewah di sekelilingnya.

Sama seperti pemiliknya. Batin pria itu. Dan kenyataan bahwa dia harus masuk ke dalam membuatnya merasa lebih tertekan lagi. Setidaknya dia tidak ingin masuk dalam keadaan seperti ini; buntu dan tanpa informasi. Pria itu dapat membayangkan apa yang akan diterimanya di dalam nanti dan dia mulai berfikir mungkin lebih baik dia tidak masuk ke dalam; atau lebih baik dia tidak pernah menerima pekerjaan ini.

Tapi dia sudah terlanjur menerima uang dan menandatangani kontrak. Kalaupun dia ingin lari, mereka pasti akan menemukannya. Bosnya selalu mendapatkan apa yang beliau inginkan. Wanita di meja sekretaris langsung mempersilahkannya masuk dengan senyum ramah namun tatapan sedikit mengiba. Semua orang tahu bagaimana sosok di dalam ruangan pimpinan tertinggi di perusahaan itu bisa mengintimidasi raja Zeus sekalipun kalau dia mau—lupakan pria malang yang satu ini.

Pria itu sedikit mengira akan menemukan bosnya sedang menandatangani beberapa tumpuk berkas seperti yang biasa beliau lakukan setiap dia datang tapi di luar perkiraannya sosok berwibawa sekaligus menakutkan itu sedang sibuk menatap bingkai foto keluarganya di atas meja kerjanya, salah satu pemandangan yang sedikit kontras dengan kepribadiannya di depan mereka sehari- hari. Pria itu memang terkenal berbeda ketika menghadapi keluarganya; sikapnya sangat lembut dan melindungi.

Mungkin karena itulah beliau bermaksud mencarinya...

"Aku harap kau membawa berita yang cukup penting untuk menyita waktuku..." suara berat dan berwibawanya sedikit membuat pria ini gentar.

"Maafkan saya, Tuan Besar—"

Kilat gusar terlihat di mata tuannya dan yang diinginkan oleh lelaki itu hanyalah kabur.

"Kami belum bisa menemukan panti asuhan itu tapi sepertinya kami bisa melacak tempat di mana wanita itu sempat tinggal sebelum dia melahirkan..."

Tuannya mengerutkan keningnya. "Sepertinya?" beliau mengeluarkan nafas terhibur tapi sinis. "Biar aku tekankan di sini, Mr. Ahn Gi Seok—aku membayarmu puluhan juta won tidak untuk memberikanku kabar angin atau sesuatu yang diawali dengan kata sepertinya."

Suaranya sangat dingin dan datar namun tatapan matanya menunjukkan kemarahan yang membuat Mr. Ahn membayangkan sekelebat hal- hal mengerikan yang akan terjadi padanya. "Maaf, tapi ini sangat sulit. Wanita itu tidak memiliki keluarga atau siapapun yang memiliki sangkut paut dengannya. Tapi dari hasil pencarian kami selama sebulan terakhir ini, ada satu hal yang kami temukan dan kami yakini..."

Kalimatnya kali ini mendapat perhatian penuh dari tuannya yang melipat tangannya di meja dan menarik nafas dengan sabar, tatapan tajamnya seolah menegaskan 'sebaiknya-yang-kau-katakan-benar'.

"Dia tidak pernah menyembunyikan putri Anda," ujar pria itu. "Dia juga tidak tahu di mana gadis itu berada. Namun tidak seperti kita, dia tidak repot- repot mencarinya. Kami melacak riwayat hidupnya dari sekitar dua puluh tahun yang lalu dan tidak pernah ada tanda- tanda bahwa wanita itu bersama dengan seorang bayi ataupun seorang anak,"

Air muka tuannya tidak berubah, tapi Mr. Ahn tahu berita itu cukup memukul perasaan pria yang hampir menginjak umur setengah baya tersebut. Semua bisa terlihat di matanya.

"Dia membuang bayi itu, atau lebih buruk lagi; dia telah menggugurkannya."

Wajah gagah nan pria setengah baya itu terlihat seperti ditampar, meskipun beliau sama sekali tidak bergeming. Namun Mr. Ahn tahu, berita yang dia sampaikan ini memberikan efek yang cukup besar untuk pria itu mengingat beberapa tahun yang telah dia habiskan untuk mencari putrinya.

Shine Where stories live. Discover now